Sebentar lagi ayah dan ibu akan meninggalkanku. Aku akan tinggal bersama nenek yang datang dari Bandung. Orang tua dari ayah berasal dari kota kembang, Bandung. Ayah dan ibu akan mengunjungi ka'bah. Berangkat ke Mekah untuk melengkapi ibadah rukun islam yang terakhir. Meskipun aku sedikit kecewa karena tidak bisa ikut sekarang menunaikan ibadah haji, tetapi aku bahagi dengan keadaan keluargaku saat ini. Aku pun lepas dengan panggilan Pak Haji dari teman-teman. Aku berdoa, beberapa tahun kemudian aku akan menjadi Pak Haji sungguhan. Amin.
Muslim Sejati
Pohon-pohon telah tumbuh besar. Dedaunannya telah mulai berguguran. Suasana hatiku mulai merengkuh hari dengan doa-doa yang tertuju pada Allah. Aku sudah dua minggu ditinggal ayah dan ibu. Mereka pergi untuk menemui rumah Allah di Mekah.Â
Aku sekarang tinggal bersama nenek. Tetapi yang tinggal di rumahku bukan hanya kami berdua. Ada seorang perempuan muda yang bernama Ranti yang dibawa nenek ke Sukabumi. Dia adalah saudara sepupu yang tinggal di Bandung. Nenek pun tidak berani tinggal berdua di rumahku, makanya mengajak Ranti untuk ikut dan mengurusi semua pekerjaan rumah.
Seperti biasanya, pukul dua siang aku berangkat ke pesantren bersama teman-teman. Teman-temanku kadang menginap di rumahku. Kadang aku yang menginap di rumah mereka. Tetapi hanya teman laki-laki yaitu Rahmat dan Yaser. Kami bertiga menjadi akrab setelah kami bersama-sama mengaji di pesantren. Senda gurau yang penuh kenangan tidak membuat aku kesepian ditinggal orang tua.
"Akbar, nanti aku menginap di rumahmu lagi ya?" ucap Yaser.
"Aku juga." lanjut Rahmat.
"Ya, sudah. Aku senang kalian mau menemaniku di rumah. Meskipun ada nenek dan Kak Ranti tetapi aku sering merasa kesepian."
"Memangnya kamu tidak dekat dengan mereka?" tanya Nisa.
"Aku dekat dengan mereka. Maksud aku, aku tidak ada teman bermain. Aku sering bercerita dan bercanda tetapi tetap saja suasana hati merasa kesepian."
"Oh, itu karena kamu sudah terbiasa dengan orang tuamu. Sekarang kan suasananya berbeda di rumahmu." kata Nurma.