"Mungkin." Lanjutku.
Tidak terasa kita sudah sampai di pesantren. Aku mendapatkan ustadz Muchsin begitu ceria. Ustadz tersenyum lebar ketika melihatku. Aku dan teman-teman heran dengan keadaan ustadz Muchsin saat ini.
"Akbar, ada apa dengan ustadz Muchsin hari ini?" bisik Rahmat sambil menyikutku.
"Tidak tahu. Mungkin saja mendapat kebahagiaan yang berlimpah di hari ini." Jawabku.
Setelah memberi salam dan mencium tangan Ustadz Muchsin kami langsung duduk dengan rapi. Pengajian dimulai dengan membaca doa belajar. Meskipun ayah dan ibu tidak ada, tetapi aku berusaha tidak melakukan kesalahan untuk aktivitasku setiap hari. Aku melaksanakannya seperti biasa dan tidak pernah absen. Untuk saat ini Ustadz Muchsin menerangkan tentang Idul Adha atau disebut juga lebaran haji yang sebentar lagi akan segera diperingati oleh umat islam di seluruh dunia.
Oleh sebab itu, ayah dan ibu berangkat ke Mekah bersama umat islam yang lainnya untuk menunaikan ibadah haji agar merasakan berlebaran haji di tanah suci. Aku merindukan ayah dan ibu.
"Nah, kalian pasti sudah mengetahui sejarah adanya Idul Qurban atau lebaran haji? Mengenai cerita nabi Ismail dan ayahnya yaitu nabi Ibrahim, siapa yang bisa menjelaskannya?" tanya ustadz Muchsin.
"Aku." Sahutku sambil menunjuk tangan ke atas.
"Ya, Akbar. Coba ceritakan!"
Aku menjelaskan panjang lebar bahwa sejarah Idul Qurban adalah ketika nabi Ismail yang akan disembelih oleh ayahnya yaitu nabi Ibrahim. Karena nabi Ibrahim bermimpi mendapat perintah dari Allah agar menyembelih anaknya. Nabi Ismail adalah anak yang shaleh sehingga menyanggupi apa yang telah diceritakan ayahnya karena beliau tahu kalau semua itu adalah perintah Allah yang tidak boleh dilanggar. Sebelum nabi Ismail disembelih, Allah menggantinya dengan hewan sebangsa domba.
"Bagus, Akbar. Kalian mau menjadi seperti Nabi Ismail? Anak shaleh akan selalu disayang oleh Allah dan semua orang. Kalian harus menuruti perintah Allah, jangan sampai meninggalkannya."