Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Ada Cinta di Balik Hidayah

28 November 2021   06:46 Diperbarui: 28 November 2021   06:48 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mau Ustadz." Jawab aku dan teman-teman semua.

Diakhiri dengan salam, kami pun dibubarkan.

"Akbar, aku titip salam buat Kak Ranti." Ucap Ustadz Muchsin.

Sekarang aku baru mengerti mengapa Ustadz Muchsin begitu sangat bahagia hari ini. Aku pun menyampaikan salam pada Kak Ranti.

***

Setelah pulang dari pengajian untuk jam malam, Rahmat dan Yaser langsung menuju rumahku. Mereka akan menginap di rumahku. Mereka sudah minta izin kepada orang tua masing-masing. Kami bertiga belajar bersama, saling cerita dan bersenda gurau. Sebelum tidur, kami menemui nenekku agar mau bercerita atau mendongeng tentang masa lalu. Nenekku pun sudah menjadi hajjah sehingga aku pun meminta nenek menceritakan di saat nenek pergi ke tanah suci.

Aku menjadi antusias untuk ingin cepat-cepat pergi ke Mekah setelah mendengar cerita dari nenek. Untuk menunaikan ibadah haji, aku harus menyiapkan segalanya sebelum waktunya tiba. Aku dan kedua temanku segera menuju kamar tidur untuk sekadar membaringkan tubuh. Yaser memimpin doa sebelum tidur.

"Yaser, nanti jangan lupa bangun pukul dua." Ucapku mengingatkannya.

"Iya, aku sudah pasang alarm agar tidak telat."

Pukul dua malam kami bertiga terbangun dari tidur. Kami melaksanakan shalat malam untuk menemui Allah dan memohon doa kepada-Nya. Aku pun tidak lupa untuk mendoakan ayah dan ibu agar selamat sampai di rumah ini menjadi haji yang mabrur. Tidak terasa butiran air berlinang di pelupuk mataku. Begitu pun dengan Rahmat dan Yaser. Mereka begitu khusyu berdoa kepada Allah.

Ayam sudah mulai berkokok. Jam dinding sudah menunjukkan pukul lima. Aku melaksanakan lari pagi bersama teman-teman mengintai jalan di waktu pagi. Aku  mengajak Nisa dan Nurma untuk ikut bersama kami. Kami berlima sudah seperti keluarga. Kekokohan cinta kami sudah terbangun sehingga satu orang ada yang sakit maka yang lainnya juga akan merasakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun