"Tidak, Ustadz."
Setelah tidak ada yang bertanya, ustadz Muchsin menutupnya dengan salam.
***
Uh, untuk hari ini aku merasa puas. Pertanyaan dalam hati sudah terjawab. Tidak ada lagi keraguan untuk aku ikut menunaikan ibadah haji bersama orang tuaku. Dan di malam hari kira-kira pukul setengah sembilan, aku menemukan ayah dan ibu sedang ada di ruang keluarga. Mereka membicarkan mengenai keberangkatan haji dengan serius.
"Bagaimana ayah, aku bisa untuk ikut naik haji?"
"Akbar, sebelumnya ayah dan ibu meminta maaf karena tabungan ayah tidak cukup untuk ongkos kamu naik haji." Ucap ayah seperti menyesal.
"Iya, Nak. Ibu juga minta maaf, mungkin untuk tahun ini biar ayah dan ibu yang berangkat duluan. Kamu kan masih kecil, masih banyak waktu untuk kamu melaksanakan keinginanmu naik haji." Ucap ibu sambil memelukku.
"Iya. Nanti setelah ayah pulang dari Mekah, ayah akan mulai menabung lagi untuk kamu nanti naik haji. Insya Allah, kamu akan mencapai cita-cita kamu."
"Aamiin." Ucap ibu diikuti aku.
"Ayah, Ibu, Akbar bahagia memiliki orang tua seperti kalian. Akbar bangga. Akbar juga akan terus berdoa agar bisa menunaikan ibadah haji. Mulai sekarang Akbar akan lebih rajin lagi untuk menabung." Ujarku dengan membuang kekecewaan.
"Kami juga bangga mempunyai anak seperti kamu." Ucap ayah sambil memeluk aku dan ibu.