Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sastra: Tahu Novel "Namaku Teweraut"? Yuk Baca Lagi untuk Mengenal Budaya Suku Asmat

18 November 2021   07:30 Diperbarui: 18 November 2021   07:36 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai suatu hari ketika Dawer pergi berburu, mbis dibawa ayahnya yang merasa kasihan melihat anaknya menjadi kurus dan tidak terawat. Mbis disuruh pergi naik perahu ke hutan. 

Sampai suatu hari mbis bertemu dengan Pupurpits, jodohnya. Akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia. Pupurpits adalah seorang pengukir handal. Suatu saat Pupurpits ingin sekali mengabadikan kecantikan mbis baik lahir maupun budi pekertinya lewat sebuah patung. Berbulan-bulan kemudian ia mengukir pada sebatang tou yang besar. Namun setelah selesai patung terukir, mendadak mbis pun meninggal tapi arwahnya menjadi abadi menitis dalam patung itu.

Versi kedua cerita asal usul upacara mbis:

Dahulu kala, nun jauh di hulu sungai Sirets tinggal sepasang suami istri di Sitan, yaitu Beworpits dan Teweraut yang hidup makmur. Sementara itu di muara sungan Sirets hidup kakak adik bernama Seitakap dan Tawer. Seitakap sebagai seorang pengembara yang murah hati dan suka menolong sesama. Namun Tawer sering menasehati agar terlalu berlebihan menolong orang yang dilanda kesusahan. 

Pada suatu hari Beworpits pergi berburu. Tetapi tak seekor pun binatang buruan dijumpainya, sampai ia bertemu dengan dua bersaudara itu. Akhirnya terjadi perkelahian dan Beworpits memenggal kepala dan tubuh Seitakap, sementara itu Tawer lari ke dalam hutan. Ketika Beworpits pulang ia disambut istrinya dengan tebaran kapur dari bumbung bamboo, sebagai penyataan gembira karena Beworpits pulang membawa daging yang banyak. Akhirnya mereka makan bersama sambil menabuh em atau genderang dan menari. Sisa tulang belukang kemudian dilempar ke dalam tungku api. Kemudian Beworpits mendengar permintaan roh Seitakap yang dibunuhnya. 

Roh Seitakap minta dibuatkan sebuah patung mbis yang disertakan sebuah nyanyian daiso, yaitu nyanyian keramat yang iramanya memilukan, memuat kerinduan dan dinyanyikan selama pembuatan patung mbis tersebut. Konon para leluhur berjanji akan menjamin kesejahteraan dan kebahagian bagi setiap mereka yang mengabadikan orang-orang yang meninggal dalam bentuk patung mbis. Sejak saat itu Beworpits membuat patung mbis dan dirangkaikan dengan nyanyian daiso dan sejak saat itulah upacara mbis kemudian diikuti masyarakat Asmat hingga kini.

Ritual Perkawinan Suku Asmat

Ritual pada perkawinan suku Asmat pertama dilakukan oleh pihak laki-laki yang telah mengumumkan secara resmi rencana pernikahan yang dianggap dapat mengeratkan hubungan antar kampung. Lalu diadakan awaipetei, yakni pertukaran makanan antara kedua besan pengantin. Si wanita yang akan menikah akan sibuk menganyam ese atau noken, tapin. Dan keluarga akan membawa awer baru untuk anak gadisnya itu, juga tak lupa an baru yang dirangkaikan menggunakan bulu-bulu kasuari. Setelah itu Endew akan memeriksa awer baru. 

Awer yang terbuat dari daun-daun muda putih kehijauan. Bulu-bulu cenderawasih dan bulu bangau memenuhi bagian penutup kepala. Bagian dada ditutp anyaman daun sagu dengan rumbai-rumbai bulu kasuari yang padat, menyembunyikan bukit-bukit yang masih ranum dan tidak terlalu besar. Enam buah kalung gigi anjing dengan bandulan taring-taring babi yang besar kekuningan menghiasi leher pengantin wanita.

Deburan pukulan genderang dari rumah mempelai pria berdentam tatkala rombongan wanita mendekati rumah keluarga pria. Kemudian berlangsung upacara seyborouw yang dihadiri kerabat dekat dari pihak wanita dan pria serta dari pihak istri-istrinya terdahulu. Kemudian nDiwi meratap dalam bentuk nyanyian weseyen. Akhirnya pengantin lelaki datang dengan berpakaian lengkap dan ditemani seorang lelaki dari rumah adat untuk menjadi berlangsungnya upacara. Ia lalu mendekati nDiwi dan mencoretkan pola-pola hias pada bagian tubuhnya dengan tanah merah. Baru menyusul upacara okonbi, yakni menggambari pola tertentu dengan tepung sagu jelaga. Kemudian si pria akan menghadiahi perempuannya dengan barang-barang yang menentukan martabat leluhurnya pengantin pria.

Kemudian kedua pengantin duduk berdekatan. Saatnya kakaku mengucapkan beberapa kata sebagai petuah setelah itu pengantin wanita secara sah menjadi seorang istri. Selanjutnya pengantin wanita akan menjalani upacara amas aminn, yakni membakar dan membagikan bola-bola sagu. Pertama kedua pengantin saling menyuapi, lalu saling menggosokkan dahi pasangannya sebagai pernyataan cinta. Baru menyuapi orang tua dan keluarga yang hadir. Keesokkan harinya pihak keluarga laki-laki akan menguji keterampilan memangkur wanita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun