Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sastra: Tahu Novel "Namaku Teweraut"? Yuk Baca Lagi untuk Mengenal Budaya Suku Asmat

18 November 2021   07:30 Diperbarui: 18 November 2021   07:36 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Nama Teweraut karya Ani Sekarningsih yang diterbitkan di Jakarta tahun 2000 lalu ini ditulis oleh Ani Sekarningsih CTGM, seorang ahli baca tarot dan kartu Lenormand terkemuka saat ini di Indonesia. Ia seorang otodidak yang mempunyai hobi baca, motret dan melanglang dunia sampai ke pedalaman suku terasing di Irian Jaya. Ani termasuk salah satu pendiri Yayasan Kemajuan dan Pengembangan Asmat yang tetap aktif mencermati pendidikan TK di empat kercamatan Asmat dan SMU di Agats - Asmat, sejak 1986. Sehubungan kegiatan tersebut ia memperoleh penghargaan "Anugrah Citra Kartini 2000".

Kehadiran novel Namaku Teweraut ini menggunakan setting budaya suku  terpencil Asmat di Irian Jaya. Ani Sekarningsinh menceritakan bagaimana roman yang mengulas tentang realitas imajiner dan kenyataan sehari-hari dibaurkan dalam sebuah wisata rohani ke dunia setengah primitif dan dunia super-modern. Petualangan ini dianyam dalam sederet informasi yang sangat menarik. Dalam keseluruhan alurnya, roman ini ingin mengatakan betapa berat perjuangan seorang perempuan dari komunitas adat terpencil dalam upaya meningkatkan pendidikan kaumnya. Perempuan itu bernama Teweraut.

Pengarang juga menceritakan bahwa Suku Asmat adalah salah satu suku di Papua yang terkenal di dunia karena apa yang pernah dipraktekkan di masa lalu sebagai suku yang suka memenggal kepala musuh dan juga karena keunikan ide mereka dan keindahan desain yang mereka miliki dalam ukiran kayu.

Novel Namaku Teweraut ini merupakan realitas imajiner dan kenyataan sehari-hari kehidupan suku Asmat yang kemudian dibaurkan dalam sebilah wisata rohani ke dunia setengah primitif dan dunia super-modern. Petualangan di dua dunia itu dianyam dalam sederet informasi yang sangat menarik.

Secara historis, masalah yang dikemukan dalam Namaku Teweraut ini adalah pergulatan politik, gender, ritual-ritual keagamaan yang terdapat dalam suku Asmat. Pergulatan politik untuk memperoleh legitimasi dari publik dan ritual-ritual kepercayaan yang masih dilakukan oleh suku Asmat sampai saat ini juga memiliki nilai magis tersendiri. Kemudian penggambaran gender perempuan yang tidak berhak mengambil keputusan dan tidak memegang peranan penting dalam ritual-ritual  pada suku Asmat.

Membaca novel ini tidak jelas apakah novel ini sebagai karya sastra atau reportase dari pengarang sudah berpengalaman ke pedalaman suku Asmat di Agats. Bahkan bisa dibilang bahwa Namaku Teweraut ini merupakan sebuah roman antropologi dari rimba-rawa suku Asmat di Irian Jaya. Novel ini menghadirkan secara gamblang dan akrab bagaimana kehidupan masyarakat suku Asmat sekarang ini.

Sesuai dengan tujuan di atas, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi sastra. pendekatan ini digunakan untuk mengungkapkan hubungan-hubungan yang ada dalam karya sastra dengan lingkungannya. Karena novel ini merupakan representative dari yang ada dalam masyarakat Asmat, Irian Jaya. Pendekatan sosilogi sastra memandang karya sastra sebagai dokumen sosiobudaya. Artinya, di dalam karya sastra itu kita temukan hal-hal yang ada dalam kenyataan pada masa tertentu.

Pendekatan Sosiologis Sastra

Pandangan Wolf (Farauk, 1994:3) sosiologi sastra merupakan disiplin yang tanpa bentuk, tidak terdefinisikan dengan baik, terdiri dari sejumlah studi-studi empiris dan berbagai percobaan pada teori yang gak lebih general, yang masing-masing hanya mempunyai kesamaan dalam hal semuanya berurusan dengan hubungan sastra dengan masyarakat.

Sebuah karya sastra merupakan satu kesatuan yang memiliki berbagai aspek atau pendukung untuk mengukuhkan karya itu menarik untuk dibaca. Sehingga pengaruh dari sosiologis yang muncul bukan hanya dari si pengarang, akan tetapi dari isi karya dan karyanya juga dapat memberikan nilai kebenaran yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun