Karena pada kenyataannya, sosiologi sastra merupakan penelitian yang terfokus pada masalah manusia (Suwardi, 2003: 79). Yang di dalamnya memaparkan perjuangan manusia dalam menghadapi kehidupan. Dengan demikian kehidupan manusia tidak akan terlepas dari teks sastra, karena posisi sosiologinya sangat penting untuk mewarnai sebuah karya sastra.
Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Karena penelitian sosilogi sastra menekankan dan melihat karya sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Penelitian sosiologi sastra melihat adanya hubungan antara pengarang dengan kehidupan sosialnya. Baik dalam bentuk dan isi karya sastra yang akan terbentuk oleh lingkungan dan kekuatan social pada masa tertentu. Dalam hal ini teks sastra dilihat sebagai sebuah pantulan zaman dan ia menjadi saksi zaman.
Sosiologi sastra adalah penelitian yang terfokus pada masalah manusia. Karena sastra sering mengungkapkan perjuangan manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan, dan intuisi.
Pada prinsipnya, menurut Laurenson dan Swingewood (1971) terdapat tiga perspektif berkaitan dengan sosiologi sastra, yaitu: (1) penelitian yang memandang sebuah karya sastra sebagai dokumen sosial yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan, (2) penelitian yang mengungkap sastra sebagai cermin situasi sosial penulisnya, dan (3) penelitian yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya. Hal inilah yang menjadi acuan di mana sosiologis sastra bisa menjadi kajian yang memuat dari berbagai sudut pandang yang benar-benar telah memberikan wadah menjadi karya yang baik.
Secara kesejarahannya, sosiologi sastra sudah berkembang di dunia Barat sebagai kajian yang paling dominan beriringan dengan munculnya pendekatan strukturalisme yang kemudian menimpa pendekatan sosiologi sastra sehingga terlupakan. Namun, tatkala sosiologi merupakan lahan penelitian yang tak pernah lepas dari sastra karena mengandung hubugan hakiki antara karya sastra dengan masyarakt.Â
Hubungan-hubungan yang dimaksudkan disebabkan oleh: (a) karya sastra dihasilkan oleh pengarang, (b) pengarang sendiri itu adalah anggota masyarakat, (c) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat, dan (d) karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat (Nyoman, 2004: 60). Dengan demikian hubungan timbal balik antara pengarang dan masyarakat menentukan keadaan karya sastra dalam memperoleh hasil yang baik dalam masyarakat.
Hubungan sastra dengan sosiologi menjadi keterpaduan dan memperkaya kajian untuk bisa menilai karya sastra. Rene Wellek dan Austin Waren dalam bukunya 'Teori Kesustraan' menjelaskan bahwa penelitian dilakukan untuk menjabarkan pengaruh masyarakat terhadap sastra dan kedudukan sastra dalam masyarakat. Hal-hal yang dapat dikaji dalam pendektan sosiologi sastra adalah:
Sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan institusi sastra. Yang menyangkut masalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial, status pengarang, dan ideologi pengarang  sehingga mempengaruhi karyanya.
Isi karya sastra, tujuan, serta hal lain yang ada dalam karya sastranya.
Permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra.
Ketiga masalah di atas menjadi objek kajian dalam menilai karya sastra, karena antara pengarang, karya sastra, dan pembaca menjadi keterpaduan yang saling berhubungan dan tidak mungkin terlepas dari konteks pengkajian karya sastra.Â