Mohon tunggu...
Demitri
Demitri Mohon Tunggu... Freelancer - Biarkan kata bicara

- Ibu rumah tangga. Suka utak-atik kata -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Pengakuan

26 Juni 2022   12:58 Diperbarui: 26 Juni 2022   13:31 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku berbalik. Di depanku berdiri Bayu dengan mata bening dan senyum lebar menghias wajah. Tunggu dulu. Aku tak melihat jenggot di dagunya.

"Lupa padaku?" tanyanya.

Ini memang dia. Bayu, namun tanpa janggut.
Mataku membesar. Mulut sedikit terbuka. Jantungku berdegup kencang. Dia sungguh memesona. 

Aku ingin berkata sesuatu, namun mulutku tercekat. Tangan kananku menutup mulut yang terbuka. 

"Senang bertemu denganmu lagi," katanya dengan wajah cerah.

Kuakui aku juga senang. Perlahan kutenangkan diri. Jantungku mulai berdetak normal. Kubenahi tali tas yang agak melorot. Kutahan tali tas di bahu. Punggung tangan yang menggenggam tali tas menyentuh leherku. Seketika sebuah kesadaran menyeruak.

Aku berlari turun. Kutinggalkan Bayu. Kubiarkan dia memanggil-manggilku.

"Ri! Riyanti! Ada apa?"

Masih berlari, teringat pembicaraanku dengan ibu. Ibu yang memintaku kembali pada diriku yang dulu. Aku, Riyanto. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun