Aku berbalik. Di depanku berdiri Bayu dengan mata bening dan senyum lebar menghias wajah. Tunggu dulu. Aku tak melihat jenggot di dagunya.
"Lupa padaku?" tanyanya.
Ini memang dia. Bayu, namun tanpa janggut.
Mataku membesar. Mulut sedikit terbuka. Jantungku berdegup kencang. Dia sungguh memesona.Â
Aku ingin berkata sesuatu, namun mulutku tercekat. Tangan kananku menutup mulut yang terbuka.Â
"Senang bertemu denganmu lagi," katanya dengan wajah cerah.
Kuakui aku juga senang. Perlahan kutenangkan diri. Jantungku mulai berdetak normal. Kubenahi tali tas yang agak melorot. Kutahan tali tas di bahu. Punggung tangan yang menggenggam tali tas menyentuh leherku. Seketika sebuah kesadaran menyeruak.
Aku berlari turun. Kutinggalkan Bayu. Kubiarkan dia memanggil-manggilku.
"Ri! Riyanti! Ada apa?"
Masih berlari, teringat pembicaraanku dengan ibu. Ibu yang memintaku kembali pada diriku yang dulu. Aku, Riyanto.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H