Di akhir film ini, Bhisma didampingi Dewa mengunjungi makam Renjani dan mempersembahkan komposisi "Biola Tak Berdawai" yang dipesan secara khusus oleh Renjani. Adegan tersebut sekaligus menekankan bahwa di balik kematian Renjani ada cerita kehidupan yang harus terus diperjuangkan.
Renjani, berdasarkan paparan-paparan di atas, merupakan representasi dari Dewi Sri yang kematiannya tetap mampu memberikan kehidupan kepada manusia di muka bumi dengan padi dan tanaman pangan lainnya. Renjani juga merupakan representasi kehadiran Ibunda Theresa yang meskipun sudah meninggal, ia tetap menjadi inspirasi banyak orang untuk terus memberikan perhatian kepada anak-anak yang membutuhkan sentuhan kehidupan dari seorang ibu.Â
Perempuan akan tetap menjadi ibu yang selalu dikenang dan memberikan energi-energi baru setelah kematiannya. Ibu adalah peran luhur yang mampu menjadikan perempuan sebagai kekuatan yang signifikan dalam proses kehidupan di muka bumi ini. Bentuk adegan tersebut menghadirkan makna ibu dan wacana ke-ibu-an yang akan selalu berlanjut, meski ajal menjemput.
PEREMPUAN YANG TETAP BERDAYA: SIMPULAN
BTB dengan beragam representasi filmisnya menghadirkan kembali makna ibu dan wacana ke-ibu-an dalam perspektif yang lebih luas dan kritis. Film ini dengan apik menghantarkan pemahaman kita bahwa menjadi ibu merupakan pilihan ideologis yang mampu ‘memberikan kehidupan’ dan menjadi nilai tawar bagi seorang perempuan, meskipun ia tidak ikut melahirkan anak-anak yang dirawatnya.
Representasi perempuan sebagai ibu dalam BTB memberikan pemahaman kritis tentang keyakinan, kekuatan, dan perjuangan seorang perempuan sebagai ibu non-biologis yang tetap mampu memberikan kehidupan kepada anak-anak yang dirawatnya. Posisi Renjani sebagai 'ibu' merupakan resistensi terhadap wacana yang memosisikan perempuan korban perkosaan tidak berdaya traumatis dan cenderung terjebak dalam dunia gelap pelacuran, sebagaimana banyak direpresentasikan dalam film-film Orba.Â
Dengan kembali kepada kodrat ke-ibu-an, seorang perempuan sebenarnya mampu terus menunjukkan peran dominannya dalam kehidupan dengan merawat anak-anak terlantar ataupun melakukan hal-hal positif lainnya. Dalam konteks ini, Renjani merupakan representasi perempuan kultural yang tetap memposisikan dirinya sebagai ibu.Â
Pilihan menjadi ibu bagi anak-anak difabel dan sakit keras merupakan pilihan untuk berkontestasi, berdaya, dan memberdayakan dalam kehidupan. Seorang perempuan tidak harus menjalani profesi atau bertingkah seperti para laki-laki, tetapi dengan menjadi ibu bagi mereka yang membutuhkan sentuhan keperempuanan dan keibuan.
Kesendirian dan kemandirian perempuan merupakan satu tawaran wacana lain yang perlu dicermati. Ketidakmauan Renjani untuk menerima kehadiran Bhisma sebagai pendamping dalam mengarungi sisa kehidupannya, bukanlah pilihan tanpa alasan.Â
Perasaan terlalu tua untuk Bhisma yang masih muda, pencapaiannya sebagai seorang ibu bagi anak-anak yang menderita, dan sakit yang dideritannya merupakan alasan-alasan logis yang dikembangkan dalam film ini.Â
Alasan tersebut merepresentasikan kuatnya pengaruh pemikiran ideal dalam masyarakat Indonesia tentang sebuah hubungan serius antara dua insan. Di satu sisi hal itu berbeda dengan alasan-alasan para feminis radikal-libertarian Barat yang berargumen bahwa kehadiran laki-laki hanya akan melanjutkan situs penderitaan bagi perempuan.Â