Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Perempuan yang Berkawan Kabut

29 Februari 2020   23:32 Diperbarui: 12 Juni 2020   20:41 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya, Pak. Maafkan aku sudah merepotkan dan membuat Bapak sakit," ucapku sambil terisak.

"Yang penting kamu sudah pulang, Ndok. Permasalahanmu, biarlah kita bicarakan nanti. Kamu pulang, hati Bapak lega rasanya. Bapak cuma takut kalau terjadi apa-apa."

"Tenang, Pak. Aku baik-baik saja. Bapak lihat sendiri kan?"

Selepas Maghrib kami berempat makan malam bersama. Kebetulan suami kakakku sedang mengirim sayur ke Surabaya. Ibu memasak sayur sop kesukaanku sejak kecil. Senang sekali rasanya. Entah karena kedatanganku atau karena obat, Bapak tampak lebih segar.

"Memang selama tiga hari ini kamu nginap di rumah siapa, Ndok? Di mana?" Tanya Bapak di sela-sela makan.

"Aku nginap di rumah teman perempuanku, Pak, di Probolinggo," jawabku sambil menambah sop.

"O, syukurlah, Ndok. Ibu sampai berdoa setiap malam agar kamu tidak kenapa-kenapa," tutur Ibu sambil menuangkan air putih untuk Bapak.

"Terima kasih, Bu."

Selesai makan, Bapak mengajakku ngobrol berdua di kamar. Pasti Beliau akan membicarakan permasalahanku dengan monster itu. Aku duduk sambil memijat kakinya.

"Tiga hari yang lalu orang tua Derry datang ke sini. Mereka menanyakan kenekatanmu minggat dari rumah, juga permintaan ceraimu. Ya, Bapak jawab tidak tahu-menahu. Itu urusan kalian berdua. Mereka marah karena aku dianggap tidak bisa nuturi kamu, Ndok. Ya, aku marah balik."  

"Maafkan aku, sudah melibatkan Bapak dan Ibu dalam masalah ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun