"Sangat buruk, mungkin paling buruk, Vee. Emakku menutup pintu rumah," jawabku dengan isak yang masih tersisa.
"O...begitu."
"Aku tidak sanggup diberlakukan seperti itu oleh Emak, Vee. Dialah yang selalu memberi dorongan dalam perjalanan hidupku, selalu mengerti semua kenakalanku. Aku tidak sanggup, Vee."
Isak tangisku kembali memecah kesenyapan jurang ini. Vee merebahkan kepalaku di pundak kanannya.
"Sudahlah, Van. Aku juga punya orang tua. Tapi, apa yang bisa kita perbuat. Kita sudah berada di jurang ini. Kita sangat jauh dari mereka, Van."
"Tapi, aku sangat terikat dengan Emak, Vee," ucapku yang segera membuat Vee menegakkan kembali kepalaku.
"Jangan pernah kau ucapkan kata itu lagi, Van." Suara Vee membawa perintah tegas.
"Kenapa, Vee? Apa perkataanku mengusik kedamaianmu lagi?"
 Lama ia hanya menundukkan kepala. Tidak biasanya dia seperti ini.
"Aku tidak mau terikat. Tidak juga denganmu, Van."
Pernyataan Vee sungguh membuatku heran. Mengapa harus terlontar pernyataan seperti itu? Belum sempat aku membalas, ia segera berkata lagi.