17.30
Petang menjelang. Di luar mendung masih menggumpal. Namun tak kutemui lagi di matanya, di rautnya. Ia seperti baru saja mendapat pencerahan, itu pendapatku. Semoga saja benar adanya. Gerimis tak lagi ramai. Namun masih sesekali jatuh. Gerimis yang deras justru jatuh merinai di pelataran hatiku. Aku bangga, sekaligus kecewa. Merasa berguna, sekaligus terbuang. Menjadi dewasa, sekaligus kerdil. Andai ia tahu, aku tak perlu menjadi cewek untuk merasakan yang ia rasakan. Tak perlu menjadi dirinya untuk berada di posisinya. Dan itu akan seterusnya menjadi kebisuan. Tanpa ungkapan. Sebuah ironi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!