Mohon tunggu...
Andika Widaswara
Andika Widaswara Mohon Tunggu... -

Menyukai petualangan, travelling, potografi dan menulis. Satu lagi, penikmat kopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Secangkir Kopi Tak Berteman

26 Februari 2011   07:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:15 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Oh ya, angin apa yang tiba-tiba membawamu berada disini Dev? Rasanya orang waras pun akan gila mendadak jika hanya untuk segelas Lemon Tea. Hehe..."

"Hahaha... iya ya, mungkin hatiku juga mengatakan aku gila bisa berada disini denganmu. Hehehe..."

Kami tertawa. Renyah. Susana hidup. Aku telah mengalahkan diriku untuk bisa menguasainya, menguasai keadaan.

"Aku pengen cerita..."

"Mendongeng juga boleh kok."

"Sayangnya aku bukan pendongeng yang baik."

"Jika aku sampai tertidur, kamu dinyatakan lulus sebagai pendongeng, dan berhak mendapatkan hak sesuai titel yang kau peroleh. Hehehe... Ngomong aja Dev, aku siap jadi pendengar yang baik kok."

"Yakin?"

"Seyakin pendapat orang-orang bahwa kau cantik."

"Gombal..."

Sejurus mukanya mendongak. Sekilas ada perubahan dalam rautnya. Mendung di luar perlahan menyapa wajah. Lalu tangannya sibuk mengaduk-aduk minuman yg ia pesan. Sesekali melempar senyum. Entahlah, aku malah menikmatinya. Menikmatinya sebagai kecemberutan. Sebagai mendung. Sebagai gerimis. Ah... penguasa hati selalu tampak sempurna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun