Mungkin di mata mereka hanya gubuk kotor seperti sampah di kota mereka yang dipenuhi gedung-gedung pencakar langit. Tapi kami masih manusia seperti mereka sudah hilangkah rasa simpati di hati mereka.
Para pejabat  korup bermuka tebal , Konglomerat pelit , Pengusaha kapitalis serakah mereka itu jauh lebih buruk dari kami . Walaupun di dunia ini kami dianggap sampah tapi suatu saat nanti akan kubuktikan siapa yang lebih baik .
" Hey kalian semua  katakan pada pemimpin kalian  ,  Aku  memang  tidak berdaya melawan kalian tapi tak apalah karena Tuhan ku lah yang akan membalas kalian. Kalian dan pemimpin kalian akan mendapat kesenangan , kekayaan dan kebahagiaan dunia tapi karena itulah kalian akan jatuh kalian akan dimabukan , jatuh sangat dalam dan tak ada kesempatanan untuk selamat dan kalian akan menyesal dan lebih bersedih daripada kami saat ini " teriak ku dengan lantang .
Kubalikan badan dan pergi dari sana dengan kepala tegak . Walapun tadi aku bilang kami menangis tapi itu tidak bisa dikatakan benar , sejak awal sampai sekarang pun tak setetes pun air menetes di mataku ini.
Aku sering bertanya pada diriku sendiri apakah aku masih bisa disebut manusia. Aku tak bisa menangis lagi bukan karena ada masalah dengan mataku, tetapi hatiku serasa mati rasa dengan kesedihan.
Aku tak mengada-ngada bagiku sudah tak ada lagi di dunia ini yang bisa kutangisi. Seseorang akan ahli jika terus berlatih, seseorang akan bosan jika terus mengalami pengalaman yang sama terus - menerus . Anggaplah bahwa aku sudah banyak mengalami pahitnya kehidupan di dunia ini hingga aku ahli dan bosan dengan kejutan-kejutan yang dunia ini berikan. Dimataku dunia ini sudah hilang sinarnya
Tetapi bagi teman-temanku dimata mereka dunia ini masih bersinar mereka masih berharap pada dunia ini ,mereka masih memiliki semangat. Jadi tak perlu ragu untuk membantu teman dan saudaraku agar sinar itu tetap ada di mata mereka.
Seperti prajurit yang kalah perang ku berjalan  lemah menyusuri jalan. Dibawah terik matahari ku memikirkan nasib teman-temanku yang kehilangan tempat tinggal. Langkah kakiku terasa berat namun kupaksakan karena tempat yang kutuju mampu meringankan beban ini.
Saat di jalan ku melihat  seorang kakek yang sedang mengayuh becak, keringat bercucuran di wajahnya dengan memakai topi biru yang sepertinya tak mampu menahan panas siang hari. Saat dia lewat di sampingku kami bertatapan dan dia tersenyum , secara reflek diriku pun membalasnya dengan senyuman. Wajah gelisahku pun luntur karena kakek itu .
" Setua itu tapi masih semangat bekerja" ucapku.
Kakek itu sudah mengayuh becaknya jauh tapi senyuman di wajahku masih bertahan , mungkin ini cara tuhan menghiburku.