Nasihat beliau selalu ku ingat dan menjadi penawar rasa kekecewaan terhadap dunia yang kejam ini.Â
" Assalamualaikum Pak ," Â ku ucapkan salam.
 " walaikumussalam ayo cepet masuk udah mau Iqamah!" ucap Pak Zaenal.
Setelah selesai menunaikan shalat subuh aku langsung bergegas pergi ke TPS karena aku harus sudah ada di sana sebelum jam enam pagi, di perjalanan kuperhatikan  kota Bekasi yang sibuk dan aku pun tersenyum.
Sesampainnya di TPS aku langsung melakukan rutinitasku seperti biasa mengambil dan memungut sampah-sampah plastik ,styrofoam , kaleng- kaleng yang cukup berharga di mata kami para pemulung.
Matahari sudah tepat di atas kepalaku itu tandannya waktu makan pertama , jika orang lain mengenal breakfast,lunch,dinner, dan dessert. Aku juga punya makan pertama di jam 12.00 dan makan kedua jam 19.00 itu sudah cukup bagiku.
Sebelum  pergi ke warteg terdekat , aku harus  menukar sekantung penuh di pundak ku ini dengan uang karena ibu warteg mana mau menukar tempe oreknnya dengan sampah-sampah ini.
Pak Burhan seorang pengepul yang mempunyai wajah gahar yang membuat orang akan segan jika berbicara dengannya. Kami para pemulung biasa memanggil dia dengan sebutan bos , bos yang satu ini membeli setiap kg dari sampah plastik dengan harga Rp 5000 . Aku bisa mengumpulkan sampai Rp 15 .000 setiap harinya dan itu sudah cukup bagiku.
" Bos ga bisa lebih sedikit? Padahal cuma kurang 100 gram, " ucapku.
" No..no.. kalau gitu ane bakal rugi bandar , nih 14 500, " kata Bos .
'Ya.. padahal cuma gope lagi ," keluhku.Â