Mohon tunggu...
Deby
Deby Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional

Saya adalah seorang mahasiswa Hubungan Internasional di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat terkait Imigrasi Era Kepemimpinan Donald Trump (2017-2019)

30 Maret 2024   20:51 Diperbarui: 30 Maret 2024   20:55 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.independent.co.uk/topic/america-first

Kebijakan Trump dinilai diskriminatif, bahkan rasialis dan membahayakan keutuhan AS. Jaksa Agung dari 16 negara bagian menilai putusan tersebut inkonstitusional dan bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan AS. Implementasi   kebijakan yang menimbulkan deportasi besar terhadap warga yang sesuai kriteria aturan tersebut, banyak keluarga akan terpecah, pariwisata AS akan menurun dan penerimaan dari sektor pendidikan berkurang dengan berkurangnya mahasiswa asing. Beberapa universitas menolak untuk mengungkapkan status keimigrasian para mahasiswanya untuk mencegah mereka dideportasi. Ratusan diplomat menyebarkan memo mengkritisi kebijakan Trump kepada pejabat tinggi Departemen Luar Negeri AS. Mereka menganggap kebijakan tersebut tidak efektif untuk melawan terorisme, merusak citra AS, hingga pada akhirnya mengancam perekonomian AS.

Dalam penelitiannya yang berjudul “Kecenderungan Kebijakan Imigrasi Amerika Serikat di Era Pemerintahan Donald Trump”, Yohanes (2019: 11) berpendapat bahwa terdapat pergeseran identitas AS dari bangsa imigran menjadi bangsa nativis didorong oleh kemunculan ideologi nativisme di era kontemporer. Secara lebih rinci, argumen tersebut dapat dijelaskan melalui tiga tahapan proses. Pertama, nativisme merupakan konstruksi sejarah di AS. Kedua, Trump sebagai pembuat kebijakan luar negeri membawa diskursus tentang nativisme ke dalam politik kontemporer dengan retorika populisme. Ketiga, nativisme dan populisme yang berkembang di AS menandai pergeseran identitas menjadi bangsa nativis yang eksklusif; identitas yang kemudian memengaruhi kepentingan nasional hingga menghasilkan kebijakan migrasi AS yang restriktif. Melalui temuan tersebut, terdapat sebuah pemahaman tentang arti penting eksplanan identitas nasional dalam analisis kebijakan luar negeri.

Di bawah pemerintahan Trump, AS memiliki orientasi kebijakan luar negeri yang berbeda dibandingkan dengan Obama maupun Bush, dimana “America First” lebih mempromosikan nasionalisme AS dan cenderung anti-intervensionis. Apabila dilihat dari agenda-agenda yang disebutkan oleh pemerintah AS dalam “America First”, tampak bahwa AS sangat memprioritaskan keamanan nasionalnya dibandingkan dengan isu-isu lain.

PENUTUP

Slogan "America First" yang diusulkan mewakili ideologi Trump untuk memprioritaskan perlindungan warga negara dan kepentingan nasional AS, terutama dalam konteks keamanan nasional seperti masalah imigrasi dan terorisme. Di sisi lain, kebijakan luar negeri AS di bawah kepemimpinan Trump akhirnya bergerak menuju unilateralisme atau fokus yang lebih besar pada masalah dalam negeri.
"America First" adalah kebijakan luar negeri AS yang diimplementasikan selama masa kepemimpinan Trump. Kebijakan ini menekankan perlindungan dan keamanan nasional AS dengan prinsip "Peace Through Strength", yang diyakini pemerintah AS dapat menciptakan dunia yang lebih aman dan stabil dengan konflik yang minimal.
Isu-isu imigrasi dan terorisme juga dianggap sebagai bagian dari keamanan nasional. AS sering menjadi tempat tujuan bagi imigran ilegal, seperti dari Meksiko, yang kemudian menimbulkan masalah sosial, atau kedatangan banyak pencari suaka dan pengungsi, terutama dari daerah konflik, yang dapat membawa ancaman keamanan. Meskipun imigran telah membentuk AS sebagai bangsa selama lebih dari empat ratus tahun, mereka telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi ekonomi, sosial, dan politik AS. Namun, kehadiran imigran juga menimbulkan masalah bagi penduduk asli AS, seperti persaingan dalam lapangan pekerjaan. Imigran ilegal dianggap sebagai ancaman bagi keamanan AS, termasuk perdagangan narkoba, perdagangan manusia, dan kekerasan lainnya.
Dalam kebijakan luar negeri "America First" terkait dengan imigrasi, kepentingan keamanan nasional AS, menurut klasifikasi gagasan K.J. Holsti tentang kepentingan nasional, termasuk dalam kategori jangka pendek, dengan fokus pada pengamanan wilayah, cyberspace, dan menjaga "Peace Through Strength" sebagai gaya hidup.

REFERENSI

Amaritasari, Indah. (2015). Keamanan Nasional dalam Konsep dan Standar Internasional. Jurnal Keamanan Nasional.1. 10.31599/jkn.v1i2.21

Anak A. B. Perwita & Yanyan M. Yani. (2012). “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”. PT Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm. 53-66.

Andy Afinotan. (2014). “Decision Making in International Relations: A Theoretical Analysis”. Canadian Social Science Vol. 10 No. 5, hlm. 252-255

Berkowitz, Morton, and Bock, P.G, eds. (1965). American National Security. New York: Free Press.

Budiman, Abby. (2020). Key findings about U.S. immigrants. Pew Research Center. https://www.pewresearch.org/fact-tank/2020/08/20/key-findings-about-u-s-immigrants/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun