Mohon tunggu...
Debora Putriani Br Nainggolan
Debora Putriani Br Nainggolan Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Negeri Medan

Menulis bagaikan menciptakan imaji dalam dunia sendiri yang diciptakan sesuai dengan keinginan dirimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kumpulan Puisi Karya "Debora Putriani Br Nainggolan" Beserta Maknanya

7 Juni 2024   22:05 Diperbarui: 7 Juni 2024   22:24 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di persimpangan jalan, berharap sekilas.

Meski mungkin takkan pernah bersua,

Hatiku tetap setia, mencintaimu, tanpa kata.

Maknanya:

Puisi ini menggambarkan cinta yang mendalam dan bertahan lama terhadap seseorang yang tak dikenal, tanpa harapan atau kebutuhan untuk balasan. Dalam keramaian kota, hati penyair terikat pada sosok tanpa nama, mencerminkan perasaan cinta yang terjadi begitu saja tanpa direncanakan. 

Waktu yang berlalu selama delapan tahun hanya memperkuat cinta ini. Meski hanya melihat mata orang tersebut dalam sekejap, kenangan itu tetap tergores di benak penyair dan tidak pernah pudar. Rindu yang tumbuh ini adalah cinta yang tak terucap, mengakar meski tanpa komunikasi langsung.

Penyair tidak mengharapkan balasan atau pengakuan. Cinta ini digambarkan seperti bayang-bayang, yang diam-diam menyaksikan tanpa mengganggu, dan seperti angin yang mencumbu dedaunan tanpa pelukan nyata. 

Meskipun penyair menanti selama delapan tahun di persimpangan jalan, berharap untuk sekilas melihat orang yang dicintai, ia menyadari bahwa mungkin pertemuan itu takkan pernah terjadi. Namun, hatinya tetap setia, mencintai sosok tanpa nama itu tanpa perlu kata-kata.

Puisi ini menunjukkan keindahan cinta yang diam dan tak bersuara, serta kekuatan hati yang mampu mencintai tanpa pamrih, meski tanpa harapan akan pertemuan atau balasan. 

MENANTI DALAM KEABADIAN

Dalam senyap malam yang hening,

Di bawah rembulan yang pucat pasi,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun