Di persimpangan jalan, berharap sekilas.
Meski mungkin takkan pernah bersua,
Hatiku tetap setia, mencintaimu, tanpa kata.
Maknanya:
Puisi ini menggambarkan cinta yang mendalam dan bertahan lama terhadap seseorang yang tak dikenal, tanpa harapan atau kebutuhan untuk balasan. Dalam keramaian kota, hati penyair terikat pada sosok tanpa nama, mencerminkan perasaan cinta yang terjadi begitu saja tanpa direncanakan.Â
Waktu yang berlalu selama delapan tahun hanya memperkuat cinta ini. Meski hanya melihat mata orang tersebut dalam sekejap, kenangan itu tetap tergores di benak penyair dan tidak pernah pudar. Rindu yang tumbuh ini adalah cinta yang tak terucap, mengakar meski tanpa komunikasi langsung.
Penyair tidak mengharapkan balasan atau pengakuan. Cinta ini digambarkan seperti bayang-bayang, yang diam-diam menyaksikan tanpa mengganggu, dan seperti angin yang mencumbu dedaunan tanpa pelukan nyata.Â
Meskipun penyair menanti selama delapan tahun di persimpangan jalan, berharap untuk sekilas melihat orang yang dicintai, ia menyadari bahwa mungkin pertemuan itu takkan pernah terjadi. Namun, hatinya tetap setia, mencintai sosok tanpa nama itu tanpa perlu kata-kata.
Puisi ini menunjukkan keindahan cinta yang diam dan tak bersuara, serta kekuatan hati yang mampu mencintai tanpa pamrih, meski tanpa harapan akan pertemuan atau balasan.Â
MENANTI DALAM KEABADIAN
Dalam senyap malam yang hening,
Di bawah rembulan yang pucat pasi,