“Kamu tidak sekolah” tanyanya dengan keadaan setengah sadar
“Tidak, kan sudah mau wisuda” kata ku sembari menaruh air madu di meja sebelah tempat tidurnya. Aku menyelimuti ibu dan keluar dari kamar. Begitulah kurang lebih kehidupan kami sehari-hari, Mirey menjadi pelacur ketika ayah sudah meninggal dunia. Aku sudah terlalu lelah untuk terus berusaha menghentikannya, kata bibi Ayu aku tidak perlu mencegahnya lagi. Bibi ayu ini tetangga yang rumahnya bersebelahan denganku, dia sudah lansia dan hidup sendiri, tapi aku selalu sering mengunjunginya entah sekedar bermain-main ke rumahnya yg terbuat dari kayu untuk mengajaknya ngobrol, atau mungkin akan membantunya memasak kerupuk untuk dijual dan dititipkan ke warung atau toko-toko. Aku rasa dia sudah seperti nenekku sendiri karena kedekatan kami meskipun hanya sebatas tetangga.
Aku selalu berdoa pada Tuhan agar hal-hal berbahaya selalu dijauhkan dari Mirey, aku tidak akan mencegahnya lagi, aku akan menghargai sekaligus menghormati keputusannya, apapun itu. Entah nantinya aku akan menyerah atau aku akan terus kuat menghadapi jalan hidupku yang sekarang.
Aku mengambil buku catatan ku dan mulai menulis beberapa catatan disana.
“Ketika semua orang beramai ramai memilih jalan kanan untuk menjauhi dan mengucilkan mu, aku akan jadi satu satunya orang yg memilih berjalan di kiri untuk tetap berada disana dengan mu”
-Alpha-
Aku tidak tahu sesakit apa luka Mirey
Aku tidak tahu apa yang akan Mirey lakukan untuk
menyembuhkan lukanya
Aku hanya sebagai anak yang begitu mencintainya
Aku tidak akan menambahnya luka lagi