“Ah baiklah Alpha anakku yang sangat pintar dan tampan”
Dia mendapati ku seolah-olah sedang mengomeli kucing yang selalu kencing sembarangan.
Setelah selesai sarapan, aku pergi untuk menemui pak RT karena akan ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan dengan beliau. Dulunya memang akrab dengan Ayah dan sempat jadi teman masa kecilnya.
Sesampai dirumahnya aku melihat beliau sedang memberikan makan kelinci nya, dan segera aku hampiri. “Siang pak RT” sapa ku
“Halo Alpha, ada apa? Ayo duduk dulu“ tanya pak RT sembari mengajak duduk didepan teras nya.
“Tidak serius amat kok pak RT, hanya ada sesuatu yang mau saya tanyakan sama Bapak”
“Silahkan William kecil”
“Saya agak berat untuk menanyakan ini sebenarnya, tapi demi ketenangan saya yang memikirkan ini terus menerus makanya saya memberanikan diri. Pak RT, apa akhir-akhir ini ada hal yang mungkin menjadi perbincangan tentang ibu saya?“ aku menatapnya, nafasnya berat dan pandangannya tidak ke arahku. Tampaknya dia berat untuk mengatakan hal ini.
“Sebenarnya ada beberapa dari mereka berbisik pada saya tentang ibu mu akhir-akhir ini, namun saya sangat paham dengan hal itu. Dulu William ayahmu, orang yang sangat baik dan disegani disini. Tak heran jika ibumu tidak bisa melupakan William dan bahkan mungkin frustasi setelah kepergiannya. Dan saya mengatakan pada beberapa orang yang berbincang-bincang mengenai hal ini, untuk tidak membicarakannya lagi, dan tetap bersosialisasi sebagaimana mestinya. Menghargai sesama manusia itu adalah hal sederhana yang memiliki nilai tinggi di bab kemanusiaan, tetap bertoleransi adalah penting, nah Gibran, kamu jangan terlalu memikirkannya lagi. Saya sebagai teman baik William paham betul dengan kekhawatiran mu saat ini. Oke anak pintar?“
“Oke. Pak RT saya terimakasih banyak, maaf waktunya telah terpotong karena saya kesini”
“Bukan apa-apa, segera pulang takut dicari Ibu”