Contoh : Widuri, lahir : Sabtu Pahing; Perhitungannya : Sabtu= 9; Paing = 9, jumlah = 18; setelah dikurangi 7 atau kelipatnnya 14, maka diperoleh sisa 4; Angka 4 memiliki watak dasar : “ sumur sinobo “ artinya orang tersebut selalu mendapat keberuntungan
Contoh lain: Tomy, lahir : Senen Wage = Senen 4; Wage =4, setelah dijumlah= 8; kemudian dikurangi angka 7; sisa 1, angka 1 memiliki watak dasar wasesa segoro, artinya memiliki wawasan luas. Oleh sebab itu manusia harus meyelaraskan diri dengan segala ketentuan kosmos, baik bersifat statis (sifat api/panas, air/dingin),maupun yang bersifat dinamis sebagai peredaran (musim, bulan, tahun). Bukti bahwa mereka itu terikat oleh kosmos antara lain: terungkap dengan kata-kata : “ wus titi wanci” ( sudah tiba waktunya; “ durung mangsane “ (belum waktunya ); wus winates ( sudah dibatasi); wus garise ( sudah ditakdirkan )
Kepasrahan diri terhadap siklus alam ini masih “ lekat dalam sikap hidup orang Jawa“. Sebab pandangan hidup mereka, bahwa keharusan hidup manusia yang utama adalah merangkaikan dan menyelaraskan diri dengan peredaran kosmos dan senantiasa menjaga hubungan yang harmonis. Keharmonisan itu diwujudkan dalam semboyan : “tata tentrem, gemah ripah karta raharjo, subur sarwo tinandur, murah sarwo tinuku’ murah sandang murah pangan”, becik katitik olo ketoro; lan kalis ing nir sambi kolo
Jika terjadi penyimpangan terhadap tertib kosmos akan menimbulkan ketidak seimbang-an atau disharmoni, dalam keseluruhan tata tertib kosmos, akan mengakibatkan goncangan, malapetaka, bencana, dll.
Seperti bencana banjir di Jakarta, Situbondo,Pati, Juwana, bulan Januari-Februari 2002 . diyakini oleh mereka karena terjadi disharmoni antara makro kosmos dan mikro kosmos ( jagad gede dan jagad cilik )
Kepercayaan terhadap daya gaib alam ini mampu bertahan dalam kepercayaan masyarakat Jawa, bukan hanya dikalangan rakyat jelata/marginal, tetapi juga masih mendarah daging pada orang terpelajar/bangsawan, bahkan para petinggi negara sekalipun. Meskipun kekuatan gaib itu tidak dapat diterangkan dengan nalar manusia, tetapi merupakan misteri yang membuat orang Jawa berpikir bahwa disamping kekuatan yang kongkret, masih terdapat kekuatan yang ajaib di luar batas jangkauan logika manusia. Selanjutnya mereka mempercayai sistem perhitungan hari kelahiran dengan cara bila dijumlahkan antara hari pasaran, kemudian dikurangi dengan angka tujuh atau kelipatannya, maka sisa pengurangan tersebut mengindikasikan watak seseorang. Oleh sebab itu jika :
Sisa 0 : disebut lebu katiup angin, pemboros, sering dirugikan
Sisa 1 : disebut waseso segoro, berwawasan luas,
Sisa 2 : disebut tunggak semi, jiwanya tidak terkendali
Sisa 3 : disebut satriyo wibowo, selalu mendapat keberuntungan
Sisa 4 : disebut sumur sinobo, senang menolong sesama