1. Anasir geni ( agni )= api, bearsal dari matahari, memancarkan nafsu amarah, yang  diidenttikkan dengan darah merah. Jika nafsu amarah ini tidak terkendali  orang ini mudah “ mengamuk/brangasan “
2. Anasir bumi, masuk kedalam manusia lewat tanaman yang  dimakan, memancarkan nafsu “aluamah “ jika tidak terkendalikan manusia bisa berwatak rakus, serakah menindas orang lain.
3. Anasir angin, berasal dari swasono ( suasana) di udara, memancarakan  nafsu supiyah yang terujud dalam nafas manusia, lewat mencium bau-baun yang dapat nmenimbulkan nafsu birahi. Jika nafsu ini tidak terkendali akan muncul tindakan yang tidak senonoh,  seperti perilaku binatang.   .
4. Anasir  banyu ( air), berasal dari air yang diminum manusia, ia memancarkan nafsu mutmoinah, yang diidentikan dengan warna yang terdapat dalam tubuh manusia yang berupa cairan putih.   Mutmoinah ini lah yang memampukan manusia untuk dapat ber-   fikir dan keinginan yang gaib. Sifat dan watak dasar manusia ini ditentukan oleh anasir yang dominan dalam diri orang itu. Tetapi pada hakekatnya ke empat sifat watak dasar itu ada dalam  setiap diri manusia.
  Â
Pelayanan injil dan pembinaan jemaat (pwg) yang berlatar belakang budaya jawa dengan kepercayaanya.
Kepercayaan Jawa adalah kepercayaan yang bersifat non-teistik.
Sifat itu meliputi kepercayaan yang bercorak dinamisme dan animisme maupun yang bercorak kosmik-monistik. Keyakinan kepada kuasa transenden memang ada, tetapi bersifat agnostik tanpa pengenalan personal. (Band Kis 17:23-28 ).
Pengakuan terhadap kuasa yang mengatasi manusia dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Â Pertama, kepercayaan kepada kuasa-kuasa yang tidak mengatur jalan hidup manusia, tetapi kuasa-kuasa itu dapat menimbulkan bencana. Usaha-usaha untuk menghindari dari benturan dengan kuasa itu, mereka mengadakan upacara ritual tertentu dengan memberi sesaji. Kedua, pengakuan terhadap daya kosmik yang menentukan kehidupan manusia, sebab manusia adalah bagian dari realitas kosmos.
Kepercayaan Jawa tidak mempersoalkan asal-usul kehidupan, walaupun tetap mengakui adanya kuasa transenden yang mengatasi dirinya. Kuasa tersebut tidak dikenal dalam hubungan personal. Penekanan utama adalah realitas hidup saat ini, harmonis  atau dis-harmonis dengan kosmos dengan segala konsekwensinya. Dalam realitas batin segenap kosmos tercakup dalamnya. Itu sebabya  dicari manunggaling kawulo Gusti ( jagad cilik pada jagad agung.) Mencermati corak kehidupan masyarakat, sistem nilai, konsepsi-konsepsi alam berfikir dan kepercayaan asli etnis Jawa, kemudian diupayakan bagaimana membawa Injil di tengah-tengah masyarakat Jawa yang sudah terbangun word view  sekian lamanya/turun temurun sampai saat ini. Bagaimana  melaksanakan Pembinaan Warga Gereja ( PWG) kepada  mereka yang memiliki latar belakang etnis Jawa
KESIMPULANÂ