Pariwisata di Kabupaten Lamongan mengalami peningkatan dalam tata pengelolaan, pengembangan dan optimalisasi pada tahun 2000an. Wisata yang telah dikelola Pemerintah Kabupaten Lamongan pada tahun 2001 hanya menggunakan konsep ala kadarnya, keterbatasan anggaran menjadi kendala dalam memaksimalkan.Wisata Bahari Lamongan yang diresmikan pada 14 November 2004 terbukti mampu meningkatkan kunjungan wisatawan di Kabupaten Lamongan dan menjadi penyumbang PAD di lima tahun awal pembangunan. Dengan mempertimbangkan temuan utama, implikasi kebijakan, dan saran untuk penelitian selanjutnya, dapat disimpulkan bahwa marine ecotourism memiliki potensi besar sebagai penggerak ekonomi lokal di Provinsi Jawa Timur. Namun, implementasi kebijakan dan upaya keberlanjutan perlu terus dipertimbangkan agar manfaat jangka panjang dapat dicapai tanpa merusak ekosistem laut yang rapuh.
DAFTAR PUSTAKAÂ
Yoeti, Oka A. (2000). Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Hawkins, Donald E. (1995). Ekotoerisme: Petunjuk untuk Perencana dan Pengelola. Vermont: The Ecotourism Society North Bennington.
Nurisyah, Siti. (2001). Rencana Pengembangan Fisik Kawasan Wisata Bahari Di Wilayah Pesisir Indonesia. Buletin Taman dan Lanskap Indonesia. Perencanaan, Perancangan Dan Pengelolaan. Vol. 3. No. 2. Studio Arsitektur Pertamanan Fakultas Pertanian IPB Bogor.
Orams, Mark. (2002). Routledge Advances in Tourism: Marine Tourism: Development, Impacts and Management (1). London, UKS: Routledge.
Â
Cater, E., and Cater, C. (2007). Marine Ecotourism: Between the Devil and the Deep Blue Sea. Wallingford, GB: CAB International.Â
Keraf. S. (2000). Dimensi Budaya Ekologi Pesisir Dalam Pengembangan Wisata Bahari. Naskah Seminar. Denpasar: Kajian Budaya Universitas Udayana.
Pendit, S. Nyoman. (2003). Ilmu Pariwisata. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.Â
Muawanah, U., Triyanti, R., & Soejarwo, P. A. (2020). Dampak Ekonomi Wisata Bahari Di Kabupaten Alor. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 15(1), 33-46.