Dua upaya yang sama-sama melangkahi keputusan DPP PDIP dalam hal ini Megawati Soekarnoputri.
Kenapa bisa strategi menyingkirkan Bu Risma di Surabaya dahulu itu bisa mirip dengan strategi menyingkirkan Ahok di DKI Jakarta sekarang? Bisa jadi karena di belakang dua upaya tersebut terdapat penulis-penulis skenario yang sama. Mereka jugalah yang kini menjadi penulis skenario di belakang layar wacana PDIP mengusung Bu Risma di pilgub DKI 2017.
Ada agenda tersembunyi di balik skenario mendorong PDIP untuk mengusung Bu Risma melawan Ahok di pilgub DKI 2017, yang jika berhasil diwujudkan, mereka memperoleh keuntungan berlipat ganda, tak perduli Bu Risma menang atau pun kalah di pilgub DKI itu. Yang terpenting adalah sukses menyingkirkan Bu Risma dari Surabaya, dan Jawa Timur, agenda mereka sukses.
Jika PDIP jadi mengusung Bu Risma ke Jakarta, maka berarti pesta pora bagi kubu DPC PDIP Surabaya, karena secara otomatis Wisnu Sakti Buana akan naik menggantikan Bu Risma menjadi Wali Kota Surabaya! Akhirnya ambisi besar dan cita-cita yang sudah lama dipendam itu pun tercapailah sudah tanpa harus bersusah payah melakukan apa pun.
Target berikutnya adalah pilgub Jawa Timur 2018. Jika Bu Risma masih berkuasa di Surabaya, maka dia berpeluang besar akan diusung DPP PDIP. Tetapi jika Bu Risma sudah tidak berkuasa lagi di Surabaya, maka peluang itu terbuka lebar bagi kandidat calon merekalah yang maju.
Cara Bambang Menolak Bu Risma, Kini Diulangi pada Ahok
Skenario pertama Bambang pernah dicoba ketika menjelang pilwali Surabaya 2015, sebagai Ketua Bappilu PDIP Surabaya, ia malah beberapakali membuat pernyataan tajam yang sangat memojokkan Bu Risma, intinya Bambang ingin menekankan pemahaman kepada warga Surabaya bahwa Bu Risma tidak layak lagi menjabat sebagai Wali Kota Surabaya untuk kedua kalinya.
Menjelang pilwali Surabaya 2015, pada 17 Agustus 2015, ketika menjadi inspektur upacara di Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, Bambang membanding-bandingkan Rasiyo dengan Bu Risma.
Menurut dia, Rasiyo yang adalah kakak kelasnya di masa kuliah dan sahabat lamanya, merupakan sosok yang sangat santun, dekat dengan rakyat, mengayomi, tegas, berpengalaman dan tidak pernah marah, tak pernah punya pamrih dalam bekerja. Hal tersebut berbeda jauh dan bertolak belakang dengan Bu Risma yang sangat arogan.
Bambang bahkan membagi resep bagaimana bisa mengalahkan elektabilitas Bu Risma yang sangat tinggi. Kuncinya, kata Bambang adalah mampu memainkan peran media untuk memberikan informasi kepada rakyat sosok Rasiyo yang mengayomi yang sangat dirinduhkan oleh warga Surabaya (sumber).
Sebelumnya, pada September 2014, Bambang yang ketika itu adalah Wakil Ketua DPD PDIP Jawa Timur juga pernah membuat manuver penolakan terhadap Bu Risma, dengan membuat pernyataan yang mengdiskreditkan Bu Risma; yang disebutnya sebagai sosok yang arogan, temperamental, dan tidak berprestasi saat menjadi Wali Kota Surabaya.