Ahok akhirnya memilih dan direstui oleh PDIP: mantan Wali Kota Blitar, Djarot Saiful Hidayat, yang sampai hari ini mendampingi Ahok, dan kemungkinan besar akan diusung kembali oleh PDIP untuk pilgub DKI 2017.
Diduga, itulah sebabnya yang membuat Bambang DH yang semula adalah pendukung Ahok berbalik seratus delapan puluh derajat menjadi seorang pembenci Ahok nomor wahid, menjadi salah satu pentolan BSH Ahok.
Ia menderita sakit hati luar biasa kepada Ahok, ketika Ahok mengingatkan publik bahwa dia masih berstatus tersangka penerima gratifikasi, ia merasa pernyatan Ahok sebelumnya bahwa akan memilihnya sebagai wakil gubernur DKI Jakarta itu ternyata hanya PHP dari Ahok. Ia merasa diperdayai dan dipermalui Ahok. Tanpa mau tahu dengan alasan Ahok yang memang demikianlah keadaanya, yaitu bahwa dia masih dalam status tersangka kasus gratifikasi oleh Polda Jawa Timur, yang masih disandangnya sampai hari ini.
Sejak saat itu diduga Bambang DH ingin membalas sakit hatinya kepada Ahok, tetapi belum tahu bagaimana caranya. Sampai datanglah momen pilgub DKI 2017 itu.
Terbukalah peluang untuk membalas rasa sakit hati itu dengan cara menggalang kekuatan sepenuhnya di PDIP, terutama PDIP DKI untuk menolak Ahok untuk dipilih kembali sebagai gubernur DKI Jakarta. Jabatannya sebagai Ketua DPD PDIP DKI Jakarta (meskipun hanya plt.) dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memenuhi hasrat pribadinya itu.
Agar kekuatan menolak itu semakin kuat, Bambang merasa perlu diadakan juga kolaborasi kekuatan dengan parpol-parpol lain. Maka itulah yang dilakukan oleh Bambang DH ketika membawa PDIP DKI membentuk koalisi kekeluargaan yang aneh bin ajaib itu.
Lalu, ketika para lawan politik Ahok sedang mencari-cari lawan Ahok yang sepandan, muncullah ide untuk membawa Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ke DKI Jakarta untuk dicalonkan sebagai calon gubernur DKI melawan Ahok.
Kebetulan sekali, Bambang DH juga termasuk dari kelompok PDIP Surabaya yang tempo hari menolak keras Bu Risma untuk maju lagi di pilwali Surabaya 2015 (periode kedua), karena yang mereka inginkan adalah Wisnu Sakti Buana-lah yang maju.
Wisnu Sakti Buana, yang sekarang menjabat sebagai Wakil Wali Kota Surabaya adalah putra bungsu sesepuh PDIP, Sutjipto (alm.). Sedangkan Bambang DH adalah anak didik setia Sutjipto ketika tokoh itu masih hidup. Maka itu ia pun sangat ingin mewujudkan ambisi besar Wisnu untuk menjadi Wali Kota Surabaya.
Ambisi mereka itu “terhalang” dengan adanya Bu Risma, yang didukung oleh mayoritas warga Surabaya. Oleh karena itu penghalang yang bernama Bu Risma itu harus disingkirkan, dengan cara apapun.
Latar Belakang Hubungan Bambang DH-Bu Risma-Wisnu Sakti Buana