Mohon tunggu...
Dahnil Firdaus
Dahnil Firdaus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Assalamualaikum semua nya. Perkenalkan Saya Dahnil Firdaus, boleh di panggil Danil. Saya Mahasiswa UIN Suska Riau Pekanbaru Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia S1. Disini saya ingin mengasah skill saya seperti menulis puisi, menulis artikel/karya ilmiah dan lain sejenisnya. Mohon Bimbingannya :D

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kolaborasi Generasi Muda dan Masyarakat Terhadap Melestarikan Budaya Orisinal Indonesia dalam Wadah Sanggar Seni

20 Juni 2024   23:00 Diperbarui: 20 Juni 2024   23:37 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://berita.99.co/keragaman-budaya-indonesia/

Oleh:

Dahnil Firdaus

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru

Abstrak

             Kesenian di Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah semakin berkembang dan telah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Perkembangan kearah komersial sudah ditata sejak puluhan tahun yang lalu, bahkan pada saat ini kesenian di Indonesia sudah banyak yang berskala industri.

             Namun, dengan adanya ancaman-ancaman globalisasi terhadap pelestarian budaya Indonesia yang menyebabkan lunturnya dan hilangnya budaya orisinal di Indonesia bagi generasi yang akan datang.

             Oleh sebab itu, Pentingnya kolaborasi antara generasi muda dengan masyarakat upaya melestarikan warisan budaya Indonesia dengan menggunakan wadah atau sarana organisasi sanggar seni.

             Sanggar adalah suatu tempat atau sarana yang digunakan untuk berkesenian, baik seni lukis, seni tari, seni musik, maupun seni pertunjukan. Sanggar identik dengan kegiatan belajar pada suatu kelompok masyarakat yang mengembangkan suatu bidang tertentu termasuk seni tradisional. Adapun sanggar juga merupakan suatu bentuk lain dari pendidikan nonformal, yang mana bentuk pendidikan tersebut diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Kata kunci: Sanggar Seni, Budaya Indonesia, Seni Budaya, Pelestarian Budaya, Indonesia

PENDAHULUAN

             Dahulu kebudayaan Indonesia sangat dibanggakan dan dicintai oleh masyarakat, sehinggabanyak terlaksana pementasan seni budaya daerahdan apresiasinya.Namun kini, keberadaan budaya daerah sangat jauh berbeda sekali dengan keberadaannya sekarang yang semakin terpojok dan tertinggal. Kesenian di Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah semakin berkembang dan telah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Perkembangan kearah komersial sudah ditata sejak puluhan tahun yang lalu, bahkan pada saat ini kesenian di Indonesia sudah banyak yang berskala industri (Murcahyanto, 2023).

             Usaha pembangunan dan modernisasi kebudayaan perlu dilakukan bangsa Indonesia untuk menghadapi tantangan-tantangan kehidupan modern. Menurut Budiyono (Luqman fajar Nugroho Djono, 2016), dalam rangka menghadapi perubahan-perubahan sosial yang sangat luas dan mendalam sekarang ini, serta dalam menghadapi pengaruh kebudayaan dari luar negeri dalam berbagai bentuk. 

             Globalisasi budaya dapat merambah daerah manapun dibelahan bumi, namun dampak positif dan negatif tidak akan menjadi masalah apabila daerah yang terkena dampak globalisasi menyikapi dengan bijak dengan cara mengantisipasi dampak negatif globalisasi melalui penyelenggaraan pendidikan luar sekolah yang lebih menyentuh kepribadian budaya bangsa.

            Kesenian terus dilestarikan dariwaktu ke waktu oleh wadah-wadah pengembangan kesenian itu. Demikian pula dalam instansipendidikan sepertisekolah yang banyak melakukan pengembangan kesenian sebagaibentuk pelatihan bagisiswa sekaligus edukasiakan pentingnya melestarikan kesenian. Olehnya dalam sekolah tersebut dibentuk suatu wadah bagipengembangan kesenian itu sendiri. Sebab ada banyak potensibesar dalam dirisiswa yang dapat kembangkan,namun tak jarang potensiitu tidak terlihat sebab tidak adanya wadahuntuk pengembangannya.

             Sanggar adalah suatu tempat atau sarana yang digunakan untuk berkesenian, baik seni lukis, seni tari, seni musik, maupun seni pertunjukan. Sanggar identik dengan kegiatan belajar pada suatu kelompok masyarakat yang mengembangkan suatu bidang tertentu termasuk seni tradisional. Adapun sanggar juga merupakan suatu bentuk lain dari pendidikan nonformal, yang mana bentuk pendidikan tersebut diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Kegiatan yang diselenggaran pada sanggarseni tradisional yang terdapat pada masyarakat merupan kegiatan yang berorientasi pada pengembangan pengetahuan dan ketrampilan, kecakapan hidup, pengembangan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi dan bekerja usaha mandiri. 

             Setyawati dalam (Sri Wahyuni Muhtar, 2022), mendefinisikan sanggar sebagai suatu wadah, tempat atau perkumpulan baik individu ataupun kelompok yang pada umumnya program serta tujuan demi munculnya ide-ide baru, kemudian dikembangkan sehingga hasilnya dapat disampaikan pada masyarakat umum dan diterima serta dapat dinikmati masyarkat. Hartono dalam (Sri Wahyuni Muhtar, 2022), mendefinisikan sanggar tari sebagai sarana untuk melakukan aktivitas kesenitarian bersama-sama oleh beberapa orang. Sanggar seni merupakan wadah yang dibentuk untuk pengembangan minat dan bakat yang berupa aktivitas kesenian. Yulistio 2011 dalam (Sri Wahyuni Muhtar, 2022), mendefinisikan sanggar seni sebagai suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau sekumpulan orang untuk melakukan suatu kegiatan seni seperti seni tari, seni lukis, seni musik, seni peran, dan sebagainya. Kegiatan ini yang ada dalam sebuah sanggar seni berupa kegiatan pembelajaran yang meliputi proses dari pembelajaran, penciptaan hingga produksi.

             Organisasi seni yang ada memiliki peran penting dalam menjaga keberlangsungan hidup seni baik dalam menghadirkan kesenian dan meregenerasi calon seniman. Pada persaingan global ini, wadah seni menjadi penting, bukan hanya sebagai tempat seni, tapi juga sebagai ruang edukasi serta tempat berkumpulnya sekelompok orang atau masyarakat (Ardiyasa, 2005) .

             Proses pelestarian sebuah kesenian tradisional dapat dilakukan oleh pelaku seni yang memiliki rasa cinta terhadap suatu kesenian kepada para pelaku seni yang memiliki perbedaan zaman. Regenerasi sebuah karya seni dapat dilakukan di Pendidikan formal dimulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. (Oktariani, 2024) Upaya yang dilakukan dalam pengelolaan tari didasarkan pada kesadaran masyarakat pendukungnya yang dilakukan dari waktu ke waktu dan diwariskan secara regenerasi. (Oktariani, 2024) Melestarikan budaya nasional harus dimulai dari menjaga dan memelihara budaya tradisional yang ada diberbagai daerah nusantara. Para pelaku seni juga menggunakan Pendidikan nonformal untuk mengajarkan sebuah tarian kepada pelaku seni lainnya yang kerap kali disebut dengan sanggar. Sanggar seni menjadi salah satu tempat dan sarana pembelajaran dibidang karya seni pertunjukan dan seni rupa. Pendidikan nonformal juga memiliki sebuah tujuan kesuksesan atau pencapaian materi pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada murid, namun tidak memiliki kurikulum yang terikat seperti Pendidikan format, dengan kata lain Pendidikan nonformal lebih bersifat fleksibel.

             Keberagaman kesenian perlu diimbangi dengan adanya pendidikan non-formal yakni dibentuknya sanggar-sanggar pendidikan kesenian atau sering disebut sebagai sanggar seni sebagai wadah dari para pelaku dan pegiat seni sekaligus sebagai tempat pelestarian maupun pengembangan kesenian. sanggar pendidikan seni merupakan tempat di mana anak-anak dan remaja bisa belajar berbagai jenis seni, seperti musik, tari, seni rupa, dan teater (Murcahyanto, 2023). Sanggar ini dapat menjadi wadah bagi mereka yang ingin mengembangkan bakat seni mereka dan belajar dari pengalaman praktis. Agar sanggar pendidikan seni bisa berjalan dengan baik, perlu ada sistem pengelolaan yang baik dan teratur(Murcahyanto, 2023).

             Namun, faktanya adalah bahwa tata kelola sanggar pendidikan seni masih belum mendapat perhatian yang memadai dalam usaha kesenian, terutama kesenian tradisional. Menurut (Murcahyanto, 2023) beberapa alasan mengapa hal ini terjadi adalah: 

             Kurangnya perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap kepentingan seni tradisional Pemerintah dan masyarakat seringkali cenderung lebih memprioritaskan pengembangan kesenian modern dan kontemporer, sehingga kesenian tradisional sering terpinggirkan. Akibatnya, tata kelola sanggar pendidikan seni yang berkaitan dengan kesenian tradisional seringkali tidak mendapatkan perhatian yang cukup.

            Kurangnya kesadaran akan pentingnya tata kelola yang baik Banyak sanggar pendidikan seni yang hanya berfokus pada kegiatan artistik semata, tanpa memperhatikan tata kelola yang baik. Padahal, tata kelola yang baik sangat penting untuk menjaga keberlangsungan sanggar, melindungi hak-hak pelaku seni, serta memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan dan sumber daya.

            Kurangnya pemahaman tentang tata kelola yang baik Banyak pelaku seni tradisional yang belum memiliki pemahaman yang cukup tentang tata kelola yang baik, sehingga sulit bagi mereka untuk mempraktikkannya dalam pengelolaan sanggar pendidikan seni. Selain itu, kurangnya akses terhadap informasi dan sumber daya juga menjadi kendala dalam pengembangan tata kelola yang baik.

           Masalah finansial Sanggar pendidikan seni, terutama yang berkaitan dengan seni tradisional, seringkali mengalami masalah finansial yang cukup besar. Hal ini membuat pengelolaan sanggar menjadi kurang terfokus pada tata kelola yang baik, karena lebih berfokus pada pemenuhan kebutuhan finansial.

             Namun, di sisi lain, kesenian juga dianggap sebagai bagian penting dari budaya dan identitas Indonesia, sehingga ada juga orang tua yang sangat mendukung anak-anak mereka untuk belajar dan mengembangkan kreativitas mereka melalui kesenian. Selain itu, beberapa orang tua juga menyadari manfaat positif yang dapat diperoleh anak-anak dari belajar seni, seperti meningkatkan kreativitas, kepercayaan diri, kemampuan berkomunikasi, dan keterampilan sosial. Sehingga hal tersebut menjadi salah satu penghambat pengelolaan pendidikan kesenian(Murcahyanto, 2023).

             Adapun tujuan dari Artikel ini yaitu: untuk mengetahui sanggar-sanggar seni nonformal di masyarakat Indonesia. Untuk mengetahui peranan Sanggar dalam melestarikan kesenian tradisional Indonesia. Untuk mengetahui ancaman globalisasi terhadap seni budaya Indonesia dan untuk mengetahui peran generasi muda melestarikan kesenian budaya Indonesia.

PEMBAHASAN

A. Macam-Macam Sanggar Seni Nonformal di Masyarakat Indonesia

 1. Sanggar Literasi

             Pembentukan sanggar literasi yang dilaksanakan di Desa Air Genting, Kecamatan Air Batu, Kabupaten Asahan, terdiri dari kegiatan; musikalisasi puisi, drama, dan seni tari budaya. Puisi merupakan bentuk karya sastra dari hasil ungkapan dan perasaan penyair dengan bahasa yang terikat irama, mantra, rima, penyusunan lirik dan bait, serta penuh makna. Puisi mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dalam mengonsentrasikan kekuatan bahasa dengan struktur fisik dan struktur batinnya. Puisi mengutamakan bunyi, bentuk, dan juga makna yang disampaikan yang mana makna sebagai bukti puisi baik jika terdapat makna yang mendalam dengan memadatkan segala unsur bahasa. (Eva Mizkat, 2022). Adapun istilah drama berasal dari kata drame, sebuah kata yang berasal dari bahasa Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid, yaitu drama bermaksud untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Jadi, pengertian drama adalah jenis sastra berupa lakon yang ditulis dengan dialog-dialog yang memperhatikan unsur-unsur dengan gerak atau perbuatan yang akan dipentaskan di atas panggung (Eva Mizkat, 2022). Seni tari adalah gerak terangkai yang berirama sebagai ungkapan jiwa atau ekspresi manusia yang di dalamnya terdapat unsur keindahan wiraga atau tubuh, wirama atau irama, wirasa atau penghayatan dan wirupa atau wujud. Fungsi tari yang paling di kenali yakni sebagai sarana pertunjukan. Seni tari juga berfungsi untuk menghibur masyarakat luas. (Eva Mizkat, 2022).

2. Sanggar Seni Anacaraka

             Sanggar Seni Anacaraka adalah salah satu organisasi seni yang bernafaskan tradisi yang berada di Kintamani, sebuah daerah dataran tertinggi di Bali. Organisasi ini, secara umum dapat dikatakan masih muda, karena baru berdiri sejak tahun 2011. Sanggar Seni Anacaraka didirikan oleh Putu Ardi seorang seniman muda lulusan Insitut Seni Indonesia Denpasar dengan tujuan untuk mewadahi minat dan bakat seni anak-anak pegunungan, serta dapat dijadikan sebagai ruang untuk bermain dan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi anak-anak yang hidupnya jauh dari hiruk-pikuk perkotaan.

             Dengan dukungan orang tua, dan semangat pengabdian besar, walaupun hanya memanfaatkan modal kecil, Putu bisa terus konsisten mewadahi minat anak-anak tanpa meminta imbalan sepeserpun. Dalam proses kegiatannya, SanggarSeni Anacaraka menggunakan konsepngayah, dimana mereka (seniman) mengorbankan tenagadan pikirannya untuk generasi muda dan kelangsungan hidup seni. Tujuannya untuk menciptakan generasi muda berkarakter yang mencintai seni dan budaya serta terlibat dalammenjaga kelangsungan hidup seni dan budaya. Tapi sayangnya, pihak pengelola belum memiliki struktur oganisasi yang jelas, kurangnya SDM dan belum adanya rencana strategis untuk pengembangan usaha ke depannya.

3. Sanggar Seni Budaya Anak di Lombok Timur

             Pengelolaan sanggar-sanggar pendidikan kesenian di Lombok Timur berdasarkan beberapa informasi yang tersedia, terdapat beberapa kegiatan dan inisiatif yang dilakukan di Lombok Timur untuk pengembangan seni dan budaya, seperti:

             Sistem pengelolaan Sanggar pendidikan kesenian di Lombok Timur terdiri atas bentuk organisasi, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta administrasi yang berisi data-data pengurus, siswa, sarana prasarana, surat menyurat, dan program kerja.Sanggar pendidikan kesenianmerupakan Lembaga pendidikannon-formal yangmempunyai misi penting dalam pelestarian kesenian daerah. Berdasarkan informan dari ke tiga pengurus sanggar, bahwa sanggar pendidikan kesenianyang dikelola bertugas melestarikan kesenian daerah melalui berbagai latihan, proses berkarya,pentasmaupun bentuk-bentuk penyajian kesenian. Sanggar pendidikan keseniansudah terdaftar di Dinas Kebudayaan Pariwisata Kabupaten Lombok Timur dan sudah memiliki landasan hukum.

             Sumber daya manusia yang digunakan masih kurang karena sanggar merekrut pelatih dari kalangan praktisi dan belum banyak dari kalangan akademisi yang sudah bergelar sarjana. Sumber daya yang baiksangat penting untuk menjalankan sebuah sanggar pendidikan seni. Pengajar yang berkualitas dan berpengalaman belum banyak direkrut untuk memberikan pelatihan yang efektif dan menginspirasi anak-anak.

             Fasilitas dan perlengkapan yang dimiliki oleh sanggar sudah bisa dikategorikan cukup untuk memenuhi kebutuhan di Lombok Timur. Masing-masing sanggar rata-rata sudah memiliki peralatan musik tradisi lengkap dan dibedakan sesuai kebutuhan untuk latihan dan kebutuhan pementasan. Selain itu perlengkapan busana tari, maupun busana seragam untuk pementasan sudah lengkap sesuai dengan jumlah anggotanya. Ruangan tempat latihan dan Gedung untuk pertunjukan sudah disiapkan oleh sanggardan sewaktu-waktu digunakan pada acara-acara tradisi yang memerlukan pementasan kesenian. Fasilitas yang memadai sangat penting untuk menjalankan sebuah sanggar pendidikan seni, yakni ruangan yang memadai, peralatan musik tradisi, alat-alat seni tari, dan perlengkapan untuk pertunjukan atau pameran. Hanya saja fasilitas dan perlengkapan masih kurang terawat dan perlu diperbarui secara berkala.

             Rencana pembelajaran kurang begitu jelas dan masih menggunakan system tradisional dan belum terstruktur. Sehingga pelatihan masih kurang efektif dan menginspirasipara anggota dan peserta didik yang baru. Rencana pembelajaran yang mencakup tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, dan evaluasi belum diterapkan secara detail karena disamaratakan dari segala karakteristik peserta, seperti usia dan tingkat kemampuan anggota.

             Sistem produksi masing-masing sanggar kesenian yang meliputikegiatan latihan, materi latihan, teknik latihan, pembuatan karya, dan performance berbeda-beda pada tiap-tiap sanggar, karena masing-masing sanggar kesenian memiliki ciri khas masing-masing, misalnya sanggar A lebih mengutamakan kesenian musik tradisigamelan, sanggar B lebih mengutamakan Tari, damn sanggar C lebih mengutamakan performance Gendang Beleq secara kolosal.

             Teknik latihan yang digunakan rata-rata adalah teknik menirukan pelatih dan menggunakan hitungan. Proses pembuatan karya mengalami hambatan karena belum ada yang dinotasikan sehingga karya dibuat berdasarkan kreasi dari pelatih atau anggota yang diikuti oleh peserta yang lainnya dan belum banyak yang didokumentasikan.

             Performance kesenian atau penyajian kesenian lebih banyak dilakukan karena dipakai pada upacara tradisi, acara pernikahan, atau permintaan dari instansi untuk mengisi sebuah acara pada instansi tersebut yakni pembukaan pameran, pembukaan seminar, pawai, menyambut tamu dari luar daerah, dan lain-lain.

             Pembentukan Sanggar Seni Budaya Anak yang merupakan salah satu program yang digagas oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Timur. Program ini bertujuan untuk mengembangkan kreativitas anak-anak dan remaja dalam bidang seni dan budaya, serta meningkatkan kecintaan mereka terhadap warisan budaya Indonesia.Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Timur juga melakukan pelatihan seni dan kreativitas bagi masyarakat, terutama untuk bidang seni kerajinan tangan dan seni tari. Pelatihan tersebut diadakan secara berkala untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan masyarakat di bidang seni.

             Produktivitas sanggar Pendidikan kesenian di Lombok Timur dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:kreativitas, kualitas pendidikan, dukungan finansial, akses pasar, lingkungan sosial dan teknologi. Kreativitas kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru yang inovatif dan berbeda dariyang sudah ada sebelumnyamasih sangat kurang karena seniman tradisi masih belum banyak berinovasi dan menciptakan karya yang menarik perhatian masyarakat. Kualitas pendidikan juga masih kurang karena masih mengandalkan pelatih dari praktisi pengurus sanggar yang mayoritas belum dilengkapi dengan kesarjnaan pada bidangnya sehingga belum bisa memberikan dasar-dasar seni yang kuat dan kemampuan teknis yang diperlukan dalam pembuatan karya seni.

4. Sanggar Seni Santi Budaya

             Sanggar Seni Santi Budaya berasal dari Desa Kepuh Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Untuk menunjukkan eksistensinya dan sah di mata hukum, maka sebagai wujud legalitas hukum pada tahun 2013 Sanggar Seni Santi Budaya resmi mendapatkan Akta Notaris No. 17 tertanggal 20 Pebruari 2013 dengan Pejabat Notaris bernama Emy Puspita Sari Sudaryanto, SH., M.Kn. Upaya yang dilakukan Sanggar Seni Santi Budaya ini untuk memantapkan perjuangan yang tak kenal lelah dari para pembina dan pengurus sanggar dalam rangka pembinaan dan pelatihan-pelatihan kesenian tradisional kepada anak-anak dan remaja, serta untuk lebih mengembangkan diri dalam kegiatan-kegiatan kesenian yang bersifat legal dan diakui oleh hukum. 

             Kegiatan pembinaan dan pelesatarian yang dilakukan Sanggar Seni Santi Budaya Desa Kepuh Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo meliputi:

1) Kegiatan Pelatihan Seni 

a) Seni Tari Klasik dan Tari Kreasi

b) Seni Karawitan dan Musik 

c) Kethoprak dan Teater 

d) Seni Vokal, Menyanyi, dan Nembang Jawa 

2) Kegiatan Pementasan Seni 

3) Pembuatan Sinema Seni Tradisional Anak dan Remaja 

4) Pengembangan Karya Seni

             Untuk menjalankan kegiatan operasional dalam rangka upaya pelestarian dan pembinaan budaya tradisional, maka dibentuklah struktur organsisasi. Pengurus di Sanggar Seni Santi Budaya adalahorang yang mempunyai motivasi intrinsik yaitu mempunyai motivasi yang timbul dan tertanam pada diri sendiri karena mereka adalah orang-orang yang peduli terhadap kesenian serta kemajuan sanggar. Pengurus di Sanggar Seni Santi Budaya adalahorang yang mempunyai motivasi intrinsik yaitu mempunyai motivasi yang timbul dan tertanam pada diri sendiri karena mereka adalah orang-orang yang peduli terhadap kesenian serta kemajuan sanggar.

             Program pembinaan dan pelestarian dalam bidang kegiatan seni yang diselenggarakan oleh Sanggar Seni Santi Budaya adalah sebagai fasilitator dan motivator yang memfasilitasi para siswa ataupun masyarakat yang belajar seni dengan segala fasilitas latihan yang tersedia.Selain itu, juga sebagai pendorong bagi usaha pengembangan suatu kesenian. Sanggar Seni Santi Budaya Sukoharjo sebagai tempat belajar seni yang ridak membatasi ruang gerak para seniman dalam mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan kesenian yang nantinya akan terus dikembangkan (Luqman fajar Nugroho Djono, 2016).

             Sanggar Seni Santi Budaya juga berperan sebagai wahana pendidikan di SMP Negeri 4 Sukoharjodapat membantu kinerja guru kesenian di SMP Negeri 4 Sukoharjo yang mengalami masalahkarena kurangnya jam mata pelajaran seni budayadi sekolah.Materi seni budaya yang sangat banyakdan luas, tidak dapat selesai dengan hanya pembelajaran di sekolah saja.

             Sistem pembelajaran di Sanggar seni santi budaya memiliki 2 metode, yaitu sistem drill dan sistem bengkel. 

1) Sistem Drill 

             Sistem Drill adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi daripada yang dipelajari. Metode drill diharapkan dapat menambahkan kecepatan, ketepatan, kesempurnaan dalam melakukan gerak tari. Dalam melatih menggunakan sistem drill ada beberapa faktor dan jalan pengajaran yang harus diperhatikan terutama bagi pengajar, faktor tersebut antara lain: 

a) Menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari latihan (misalnya sesudah latihan selesai murid-murid akan dapat melakukan gerakan tarian tertentu dengan tepat). 

b) Menentukan dan menjelaskan kebiasaan, kecekatan, gerak tertentu dan sebagainya yang akan diajarkan sehingga murid-murid mengetahui dengan jelas apa yang harus dikerjakan. 

c) Memusatkan perhatian murid kepada bahan materi yang sedang dilatihkan. 

d) Menyelingi latihan supaya tidak membosankan dan meletihkan. 

e) Pengajar hendaknya mencatat kesalahan-kesalahan umum serta menganalisis kesulitan-kesulitan yang dialami oleh murid-murid. Kesalahan umum dibetulkan secara klasikal sedangkan kesalahan perorangan dibenarkan secara perorangan. 

f) Latihan tidak boleh terlalu lama atau terlalu pendek. Lamanya latihan dan banyaknya bahan yang diajarkan harus disesuaikan dengan keadaan, kemampuan serta keletihan murid-murid (Luqman fajar Nugroho Djono, 2016).

2) Sistem Bengkel 

             Bengkel secara umum mempunyai arti suatu tempat untuk melakukan perbaikan, perawatan dan modifikasi terhadap suatu produk mesin atau kendaraan bermotor. Sanggar seni santi budaya terinspirasi dari bengkel sehingga menggunakannya sebagai filosofi dan dasar dalam sistem pembelajarannya. Orang-orang yang belajar tari di Sanggar seni santi budaya tidak hanya orang yang belum bisa belajar tari, tetapi bisa juga orang yang sudah bisa menari tetapi gayanya kurang, powernya kurang, atau mungkin tanjaknya kurang. Tanjak merupakan sikap dasar tari, berdiri tegak dengan lutut melipat, dankaki menghadap ke samping (Luqman fajar Nugroho Djono, 2016).

             Dapat diketahui bahwa sanggar seni santi budaya mempunyai beragam kegiatan dalam rangka melestarikan budaya khususnya di Kabupaten Sukoharjo dan Kota Surakarta, salah satunya adalah tampil di dalam berbagai kegiatan seperti seminar budaya, pentas budaya, pekan budaya telah banyak dijumpai dalam berbagai moment seperti peringatan Hari Jadi sebuah kota atau suatu instansi, misalnya hari jadi kabupaten Sukoharjo. Semangat ini perlu terus dijaga dan dikembangkan bukan saja sebagai upaya membendung pengaruh negatif dari budaya asing yang tidak lagi dapat dihindari di zaman globalisasi modern ini, tetapisebagai upaya kaderisasi di kalangan pemuda untuk lebih mengenal dan mencintai budaya sendiri serta melestarikan budaya tari.

5. Sanggar Seni Kesumba

             Sanggar Seni Kesumba merupakan salah satu sanggar seni termahsyur di Kabupaten Mempawah yang memberikan pengajaran dalam bentuk Pendidikan nonformal dibidang seni tari dan seni musik tradisional serta kreasi. Tidak hanya itu, Sanggar Seni Kesumba juga menyewakan berbagai kostum tari tradisional Kabupaten Mempawah yang dapat digunakan oleh seluruh kalangan masyarakat. Sanggar ini juga berperan sangat penting dalam perkembangan kesenian tradisional yang ada di Kabupaten Mempawah. Peran serta Sanggar Seni Kesumba khususnya dapat dilihat dari eksistensinya dalam mengembangangkan tari di Kabupaten Mempawah melalui peserta didikya yang ditampilkan didalam maupun luar kota hingga berhasil mencapai hasil yang baik dibidang seni tari. Sanggar Seni Kesumba juga kerap kali dipercaya oleh beberapa lembaga pemerintah Kabupaten Mempawah, masyarakat Kabupaten Mempawah, sekolah formal hingga pemerintah provinsi Kalimantan Barat.

             Kesenian-kesenian yang dimiliki masyarakat melayu di Kabupaten Mempawah dengan segala nilai kebaikan yang dimiliki harus terus dipertahankan. Penyebaran dapat dilakukan dengan metode tradisional yaitu dari mulut kemulut, maupun dengan menggunakan perkembangan IPTEK. (Oktariani, 2024) Perkembangan zaman dan kemajuan IPTEK selain membawa dampak positif, juga membawa dampak negatif yang berimbas pada tradisi atau budaya yang nilainya sudah mulai bergeser kearah kepunahan. Berbagai pihak harus turut serta bekerjasama agar keberlangsungan budaya itu tidak padam dan menghilang diterpa budaya asing. Nilai kearifan lokal pada kesenian melayu membuat generasi muda sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik saling menjaga silahturahmi, persatuan, gotong royong, sopan santun, kebersamaan, kedisiplinan dan mengamalkan ajaran agama. Sanggar seni dapat membantu pelestarian nilai budaya kearifan lokal terus meregenerasi dari satu pihak kepihak lainya melalui proses Pendidikan nonformal. Sanggar tari sebagai media untuk membina karakter berbasis kearifan lokal seperti yang di paparkan dalam peraturan Menteri pariwisata republik Indonesia nomor 21 tahun 2015 tentang standar usaha seni bahwa sanggar seni merupakan tempat untuk melakukan kesenian gua melestarikan budaya hal ini sesuai dengan tuuan untuk membentuk warga negara yang baik dan memiliki semangat nasionalisme guna mencintai budaya bangsanya sendiri. Setiap sanggar seni tari dalam masa proses pembelajarannya pasti memiliki kendala baik dibidang eksternal maupun internal antar anggota sanggar seni itu sendiri.

             Kontribusi pada pelestarian dan pengembangan seni tari dan musik tradisional melayu di Kabupaten Mempawah terus dilaksanakan oleh Sanggar Seni Kesumba. Ada beberapa tarian yang dikembangkan atau diciptakan oleh Sanggar Seni Kesumba yaitu, Tari Mendulang Emas, Tari Kaponjen Emas, Tari Paku Pingitan, Tari Jepin Pengantin, Tari Potek, Tari jepin Laba-Laba, Tari Jepin Laron, Tari Garuda dan masih banyak lagi tarian lainnya yang terus diciptakan dari hasil pengembangan gerak tradisi melayu tradisi yang ada di Kabupaten Mempawah. Tarian-tarian tersebut diajarkan kepada para siswa-siswi hingga mereka mampu membawakannya di berbagai panggung lokal, nasional dan internasional. Konsistensi yang dilakukan para pengelola Sanggar Seni Kesumba berbuah manis menghasilkan eksistensi sanggar tersebut hingga kini masih ada dan terus dikenal oleh para masyarakat Kabupaten Mempawah dan Kalimantan barat.

             Prestasi-prestasi yang pernah diraih oleh Sanggar Seni Kesumba menurut hasil wawancara dengan Ibu Umi yaitu festival songket Malaysia, festival budaya bumi khatulistiwa, festival dan lomba seni siswa nasional tingkat nasional di nusa tenggara barat, festival seni budaya melayu, festival equator, pagelaran tunggal seni budaya di TMII Jakarta, festival tari Zapin Internasional, Festival Kesenian Tari Kreasi Melayu se-Kalimantan Barat, pagelaran Jepin yang diselenggarakan oleh BPNB, Festival Tari Jepin Kreasi se Kabupaten Mempawah serta berbagai event lokal.

             Setiap pelatih di Sanggar Seni Kesumba memiliki kesamaan visi dan misi yaitu membuat para siswa mencintai budaya yang berasal dari Kabupaten Mempawah, hingga nusantara. Maka dari itu materi yang diberikan juga terdapat beberapa materi tari nusantara, dan kreasi tari dari suku Dayak dan tionghoa di Kalimantan barat. Kekompakan dan kebersamaan para pemusik dan penari terlihat selama proses, mereka saling bersemangat dalam berkarya kreasi yang berpijak dari budaya pakem melayu begitu pula pada tari dan musik tradisi yang menjaga pakem pola musik dan tari yang tidak boleh berubah demi menjaga identitas budaya melayu di Kabupaten Mempawah. Peran serta Sanggar Seni Kesumba perlu diacungi jempol dalam usahanya mempertahankan dan melestarikan budaya tradisi melayu di Kabupaten Mempawah.

             Nilai gotong royong dan kebersamaan dalam etis budaya melayu juga diperlihatkan dalam proses pelatihan, dimana para senior dengan sabar mengajari adik-adik junior yang baru ikut bergabung. Penanaman nilai-nilai moral akan membentuk akhlak mulia yang bisa menjadi fondasi bagi terbentuknya tatanan masyarakat yang beradap serta sejahtera (Oktariani, 2024).

             Kesenian dan kebudayaan yang ada dan berkembang pada masyarakat melayu di Kabupaten Mempawah memiliki berbagai nilai-nilai kebajikan yang harus dijunjung tinggi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar nilai tersebut terus lestari dan bertahan di kalangan masyarakat. Sanggar Seni Kesumba telah membuktikan bahwa kesenian tradisional dapat dijadikan media dalam pembentukan generasi muda berbasis nilai kearifan lokal. Jadi proses yang dilakukan oleh Sanggar Seni Kesumba tidak hanya sebagai bentuk pelestarian karya seni yang dimiliki oleh suku melayu di Kabupaten Mempawah namun juga penanaman karakter baik yang memiliki jiwa nasionalisme dan cinta terhadap budaya tanah airnya.

             Sanggar Seni Kesumba juga membuka cabang penyewaan kostum tradisi atau adat budaya Kabupaten Mempawah yang dapat digunakan oleh anggota dan orang luar. Selain menjadi salah satu sumber pendapatan sanggar, hal tersebut uga sebagai perwujudan Ibu Umi dalam mempertahankan kebakuan bentuk kostum dan busana tradisi yang dimiliki Kabupaten Mempawah. Tentunya sebuah sanggar tidak hanya berfokus pada pertunjukan tari dan musik tanpa unsur dukungan seperti busana pada penari dan pemusik. Fasilitas yang kami miliki yaitu stop kontak, kipas, property tari, cermin, kostum, alat make up dan alat musik (wawancara dengan Ibu Umi). Perlengkapan sanggar seperti instrument musik yang dimiliki sanggar kesumba yaitu alat musik melayu dan Dayak. Begitupula kostumya juga berbagai etnis yang ada di Kalimantan barat dan nusantara tidak luput hadir dalam koleksi busana tradisi Sanggar Seni Kesumba.

             Dibalik kesuksesan juga pasti terdapat tantangan dan kendala pada Sanggar Seni Kesumba dalam mempertahankan eksistensinya. Hal tersebut datang dari pihak internal pengurus dan eksternal kepengurusan. Kejenuhan yang dimiliki para siswa atau anggota sanggar pada materi seni tari tradisi juga kerap kali ditemui oleh Ibu Umi dan para pelatih lainnya. Masuknya tiktok dengan segala dance challengenya juga membuat anak-anak semakin menggemari budaya luar. Kendala dalam anggota sanggar yaitu terkadang terdapat ketidaksamaan persepsi dalam pembuatan suatu garapan, namun dapat diselesaikan langsung saat berproses, sebuah proses tentu saja mengalami perbedaan pendapat baik pemusik maupun penari. Tidak hanya itu, kesulitan dalam system pemasaran dan perluasan wilayah penyebaran untuk mendapatkan panggung bagi siswa serta penambahan siswa juga dialami oleh Sanggar Seni Kesumba. Promosi sanggar kesumba melalui berbagai media sosial sudah dilakukan dengan membuat Instagram dan YouTube channel bernama "sanggarsenikesumbamempawah". Promosi dari mulut-kemulut serta pengenalan kesekolah-sekolah juga telah dilakukan oleh para tim Sanggar Seni Kesumba, namun tetap saja penambaha anggota tidak menghasilkan kenaikan yang signifikan.

             Kehambatan eksternal yang dialami Sanggar Seni Kesumba yaitu kurangnya fasilitasi yang diberikan pihak pemerintah dalam setiap proses pertunjukan karya yang sedang dikerjakan oleh Sanggar Seni Kesumba. Kurang adanya mou atau perjanjian tetap antar pemerintah dan Sanggar Seni Kesumba untuk kegiatan pembinaan dan pertunjukan sehingga sanggar harus mandiri dan mahir dalam mencari jalan untuk tetap melanjutkan program yang ingin dilakukan. Para anggota harus mencari dana pribadi untuk keberlangsungan acara- acara besar yang akan mereka gelar. Para masyarakat penikmat seni sekarang juga sudah semakin berkurang kehadirannya untuk menonton secara langsung pagelaran tari dari Sanggar Seni Kesumba. Sanggar Seni Kesumba kurang mendapatkan perhatian dari sebagian masyarakat yang menganggap remeh sebuah karya seni. Sebagian Masyarakat menganggap melestarikan kesenian Kabupaten Mempawah tidak mendapatkan banyak pemasukan secara materil daripada bagian pekerjaan lainnya. Dan adapula yang menganggap dan cenderung berpikir bahwa kegiatan di Sanggar Seni Kesumba tidak penting.

              Meskipun pihak pemerintah tidak memiliki berbagai program kerja yang mengikat Sanggar Seni Kesumba dalam proses pelestarian kesenian melayu di Kabupaten Mempawah.

6. Sanggar Kartika Budaya

             Sanggar Kartika Budaya (Ramadhani, 2018) adalah salah satu sanggar yang ada di Ambulu Jember. Ambulu adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Jember yang wilayahnya di bagian Selatan dan berbatasan dengan Samudera Hindia. Ambulu merupakan kecamatan yang memiliki banyak organisasi bergerak di bidang seni seperti Sotalisa Sanggar Tari, Sanggar Seni Banitas, Sanggar Seni Laras Agung, dan salah satunya adalah Sanggar Kartika Budaya. Sanggar ini berada di perumahan bumi Ambulu Permai D 14. Sanggar ini didirikan sebagai wadahpelestarian budaya. Sanggar Kartika Budaya adalah sanggar tari yang mengajarkan tari tradisonal dan tari kreasi. Selain tari tradisonal dan kreasi, sanggar ini menciptakan tari garapan yang dipentaskan dalam festival atau lomba tari. Melalui Sanggar Kartika Budaya, sehingga budaya dan seni dapat berkembang serta terjaga keutuhannya. 

             Siswa sanggar tidak hanya anak SD, SMP, dan SMA, tetapi para mahasiswa maupun masyarakat umum yang mengembangkan dirinya di tempat ini. Sanggar Kartika Budaya tidak hanya mengembangkan seni tari saja melainkan beberapa kesenian lain, seperti wayang orang, karawitan, dan tata rias busana menjadi bagian pengembangan sanggar. (Ramadhani, 2018).

             Sesuai dengan visi Sanggar Kartika Budaya yaitu terwujudnya sanggar seni yang berpegang teguh pada seni tradisi, siap berkreasi dan mampu menjadi wadah pembinaan, pelestarian seni serta penyangga pariwisata budaya khususnya di Kabupaten Jember. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas sanggar yang terkait dengan kegiatan sanggaryaitu pengembangan seni. Menurut Handayingrum (Ramadhani, 2018) dalam pengembangan seni hal paling penting adalah pengalaman anak mengalami seni baik melalui apresiasi untuk mengembangkan sikap apresiasif, sikap demoktaris, sikap toleran, dan sikap menghargai seni. Sanggar Kartika Budaya telah melakukan kegiatan yang terkait dengan pengembangan seni melalui Pendidikan Seni antara lain seni tari, musik, dan dramatari. Menurut Handayaningrum (Ramadhani, 2018) Pendekatan seni dalam pendidikan adalah secara hakiki materi seni penting diberikan kepada anak, artinya keahlian melukis, mematung, menari, menyayi, dan jenis keterampilan seni lainnya. 

1. Seni tari

             Berikut pendekatan seni (Ramadhani, 2018) dilakukan di sanggar Kartika Budaya melalui beberapa pendidikan seni seperti tari menggunakan beberapa metode antara lain: 

a. Metode Imitasi

             Metode Imitasi ini diberikan kepada siswa dengan posisi siswa berada dibelakang pelatih. Pelatih mencontohkan gerak didepan dengan posisi membelakangi siswa kemudian siswa mengikuti dari belakang. 

b. Metode ngedhe

             Metode ngedhe hampir sama dengan metode mencotoh, perbedaannya terletak pada posisi pelatih yang tidak membelakangi siswa tetapi menghadap ke siswa atau berhadapan langsung dengan siswa. Posisi metode ini yaitu saling berhadapan antara pelatih dengan siswa, kemudian pelatih memberi contoh memberikan gerak berlawanan, gerak yang dilakukan dengan tangan kanan maka pelatih bergerak dengan tangan kiri. Siswa biasanya lebih mudah merespon dengan metode ngedheini. Pelatih akan lebih mudah mengontrol siswa, karena posisi pelatih dan siswa saling berhadapan dan lebih komunikatif.

c. Metode Garingan

             Metode garingan ini menggunakan hitungan untuk mengiringi gerak yang dilakukan pada saat latihan. Penggunaan metode ini bertujuan untuk mempermudah penguasaan teknik gerak, memahami dan menguasai rangkaian gerak yang panjang dan rumit tanpa menggunakan musik. 

d. Metode iringan 

             Metode iringan pada proses latihan biasanya menggunakan musik pengiring atau dengan cara pelatih melantunkan iringan tari untuk mengiringi gerak tari yang diajarkan. Pelatih melakukan gerak yang diringi dengan musik pengiring, sedangkan siswa menirukan dari belakang. Menggunakan metode ini siswa dengan mudah dan cepat dalam memahami materi yang diberikan. Proses latihan untuk garapan pementasan biasanya menggunakan iringan musik live yang ditabuh oleh siswa musik kelas khusus. 

2. Seni musik

             Program pendidikan seni musik di Sanggar KartikaBudaya ini terdapat beberapa kelas musik antara lain kelas musik Karawitan Jawa, Patrol dan Modern. Kelas musik ini terdapat 2 kelompok yaitu kelompok A dan B. Pada kelas musik di Sanggar Kartika Budaya, meytode yang digunakan adalah metode alami. Maksud dari metode ini adalah di mana siswa diberi kesempatan untuk mengenal terlebih dahulu dunia musik karawitan Jawa, patrol, maupun modern, kemudian setelah mereka mengenal sampai menemukan hal baru dengan teman sebaya, maka diarahkan teknik yang benar oleh pelatih sampai siswa benar-benar mengerti dan menguasainya. (Ramadhani, 2018)

3. Seni Dramatari

             Program kelas tari dan musik ini sama-sama memiliki kurikulum yang dibuat oleh sanggar. Tetapi untuk kelas dramatari ini masih terggolong baru dan belum berjalan sesuai jadwal, karena masih belum memiliki jadwal yang pasti. Selain itu, kelas dramatari hanya berjalan jika terdapat kepentingan pentas, seperti pentas festival Pendhalungandi Kabupaten Jember.

             Sanggar Kartika Budaya setiap tahunya mengadakan pementasan kecil yang dilakasanakan pada hari Ulang Tahun Sanggar. Pelaksanaan pementasan diadakan sebagai ujian ahkir siswa untuk menentukan kenaikan ke tingkat selanjutnya, memperkenalkan, mempertunjukkan bagaimana Sanggar Kartika Budaya dalam mengembangkan dan melestarikan seni tradisonal di Kabupaten maupun diluar Kabupaten Jember. (Ramadhani, 2018)

B. Peranan Sanggar dalam Melestarikan Kesenian Tradisional Indonesia

             Peranan sanggar (Purnama, 2015) dalam kesenian tradisional di masyarakat Indonesia dapat dikategorikan sebagai berikut:

1) Sanggar sebagai wadah atau tempat bernaung sejumlah seni budaya.

2) Sanggar sebagai media edukasi baik itu pendidikan dan latihan.

3) Sanggar sebagai media hiburan bagi masyarakat sekitar dan peminat seni.

4) Sanggar sebagai tempat mengatur strategi seputar seni yang digeluti.

5) Sanggar sebagai tempat berkumpul, bersilaturahmi, dan berdiskusi dalam rangka mempererat persaudaraan.

             Berbagai cara dilakukan untuk menyelamatkan kesenian tradisional dari kepunahan. Hal ini dilakukan oleh berbagai elemen selain pemerintah seperti seniman, LSM, dan komponen lainnya. Salah satu upaya yang sudah dilakukan oleh seniman dalam rangka menyelamatkan dan menjaga kesenian tradisional agar tetap hidup adalah dikelola di dalam sanggar.

             Selanjutnya di dalam sanggar pembinaan dan pelatihan para pemain terus dilakukan secara kontinuitas walapun dalam frekuensi yang masih minim dan terbatas, karena mereka berlatih sekadarnya dan hanya untuk mempersiapkan bila akan manggung. Namun eksistensi sanggar sangat kursial dan penting sebagai upaya penyelamatan kesenian tradisional di Indonesia.

             Kehadiran sanggar sangat menopang dan mendukung kemajuan seni budaya yang berada di dalamnya. Semakin lengkap dan memadai fasilitas di dalamnya, akan berdampak pada kelestarian seni budaya, kemajuan, dan kesejahteraan para pelaku seni tersebut. Namun disayangkan pada umumnya para pendukung seni tradisional yang menekuni dan bergelut di dalam kesenian tradisional tidak didukung faktor ekonomi yang memadai. Oleh karena itu perlu adanya campur tangan pihak lain termasuk pemerintah, pengusaha, pegiat dan pendukung kesenian ini untuk mengeluarkan bantuan terutama dana dan pembinaan.

C. Ancaman Globalisasi Terhadap Seni Budaya Indonesia

Ancaman globalisasi (Purnama, 2015) terhadap pelestarian seni budaya di Indonesia  yaitu:

1. Ketimpangan Budaya atau Cultural Lag

             Ketimpangan budaya yaitu ketimpangan salah satu unsur dalam budaya agar bisa menyesuaikan dengan budaya lain. Bisa juga disebut dengan kelambanan salah satu unsur budaya karena perlu beradaptasi dengan budaya lain.

              Contohnya adalah sikap kurang disiplin saat di jalan raya, hal ini karena terdapat banyak orang yang membeli mobil karena gaya hidup. Belum lagi para pengendara mobil yang tidak berhati-hati saat berkendara.

2. Keguncangan Budaya

             Terjadinya goncangan budaya karena kelompok masyarakat belum siap menerima budaya baru. Awal-awal masyarakat akan berpikir bahwa bisa mendapatkan pengalaman menarik dari budaya tersebut, namun lama kelamaan akan terkejut.

             Hal ini disebut dengan culture shock dan jika dibiarkan begitu saja maka dapat mengganggu keseimbangan jiwa. Contohnya adalah orang desa merantau ke kota besar seperti Jakarta akan mengalami culture shock karena budayanya berbeda.

3. Terjadinya Pergeseran Nilai Budaya Lokal

             Terjadinya pergeseran nilai yang sudah lama dipegang masyarakat namun harus bergeser karena budaya asing. Hal ini karena adanya perkembangan teknologi yang mengubah gaya hidup masyarakat.

             Masyarakat juga bisa melupakan budaya lokal yang sebenarnya harus dilestarikan namun terhambat karena budaya asing.

4. Musik Asing

             Musik asing, terutama musik dari Barat, telah mendominasi dunia musik global dalam beberapa dekade terakhir. Banyak genre musik asing yang telah diadopsi oleh masyarakat Indonesia, seperti pop, rock, hip-hop, dan EDM. Hal ini dapat dilihat dari popularitas lagu-lagu barat yang mendominasi tangga lagu Indonesia. Pengaruh musik asing ini mengancam eksistensi musik tradisional dan lokal yang merupakan bagian dari identitas budaya Indonesia.

5. Film dan Acara Televisi Asing

             Masuknya film-film asing dan acara televisi dari luar negeri juga turut mengancam budaya nasional Indonesia. Banyaknya film Hollywood yang tayang di bioskop-bioskop Indonesia, serta tayangan acara televisi asing yang bisa diakses melalui platform streaming, membuat masyarakat lebih banyak mengkonsumsi budaya asing daripada budaya lokal. Hal ini mengakibatkan menurunnya apresiasi terhadap film-film dan acara televisi Indonesia, serta mengancam keberlanjutan industri perfilman nasional kita.

6. Pengaruh Fashion Asing

             Tren mode dan fashion asing juga ikut mempengaruhi budaya nasional Indonesia. Banyaknya merek fashion internasional yang masuk ke Indonesia dan semakin mudahnya akses terhadap produk-produk fashion dari luar negeri melalui online shopping, membuat masyarakat Indonesia lebih sering mengenakan pakaian dan gaya rambut yang berasal dari budaya asing. Pengaruh ini dapat mengurangi keberagaman dan orisinalitas fashion lokal, serta mengancam industri fashion nasional.

7. Pengaruh Bahasa Asing

             Tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa asing, terutama bahasa Inggris, telah merasuk ke dalam budaya nasional Indonesia. Penggunaan kata-kata dan frasa dalam bahasa Inggris yang semakin banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari, serta dominasi bahasa Inggris dalam media sosial dan teknologi informasi, membuat generasi muda Indonesia semakin jauh dari penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini dapat mengancam keberlanjutan dan keaslian bahasa nasional.

8. serbuan budaya asing.

             Salah satu tantangan utama adalah serbuan budaya asing. Budaya populer seperti Hollywood, K-Pop, dan gaya hidup modern Barat, dengan mudah diakses melalui media sosial dan internet. Hal ini dapat memicu akulturasi yang tidak seimbang, di mana generasi muda lebih mengagumi budaya asing daripada budaya sendiri. Arus informasi dan teknologi yang begitu cepat membawa budaya asing masuk ke Indonesia dengan mudah melalui media sosial, internet, dan berbagai platform digital lainnya.

9. Melemahnya identitas budaya.

             Tantangan berikutnya adalah melemahnya identitas budaya. Globalisasi mendorong homogenisasi budaya, di mana budaya-budaya lokal terancam kehilangan keunikannya. Tradisi-tradisi lokal, seperti bahasa daerah, seni tari, dan ritual adat, mulai ditinggalkan karena dianggap kuno dan tidak relevan.

              Selain itu Globalisasi, bagaikan pisau bermata dua, membawa perubahan besar bagi berbagai aspek kehidupan, termasuk budaya. Di satu sisi, globalisasi membuka peluang untuk pertukaran budaya dan memperkenalkan budaya Indonesia ke dunia internasional. Di sisi lain, arus globalisasi juga membawa pengaruh budaya asing yang berpotensi menggeser nilai-nilai budaya tradisional Indonesia, dan berakibat pada melemahnya identitas budaya.

10. Salah satu ancaman globalisasi terhadap identitas budaya adalah homogenisasi budaya. Dalam konteks ini, homogenisasi budaya merujuk pada proses di mana beragam budaya lokal atau tradisional menjadi seragam atau serupa dengan budaya yang diterima secara global. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh budaya yang lebih dominan dari negara-negara maju, seperti Amerika Serikat atau negara-negara Eropa. Popularitas budaya pop seperti film, musik, dan gaya hidup Barat seringkali mengalahkan budaya lokal yang lebih khas dan tradisional. Sebagai hasilnya, budaya lokal dapat hilang atau mengalami penurunan keberagaman dalam budaya yang diadopsi secara global.

D. Peran Generasi Muda Melestarikan Kesenian Budaya Indonesia

             Upaya generasi muda (Purnama, 2015) terhadap mempertahankan seni budaya di Indonesia yaitu:

             Budaya ialah kekayaan yang merupakan bentuk warisan dari nenek moyang berupa keindahan seni, baik itu berupa keindahan seni musik, tarian, bendabenda, bahasa, dan sebagainya. Budaya selalu dimiliki oleh setiap wilayah dimana budaya merupakan peninggalan dari orang orang terdahulu yang menempati wilayah tersebut serta diteruskan turun temurun ajarannya. Saat ini, alangah baiknya jika kita berkontribusi untuk mulai cintai budaya Indonesia dengan cara berikut:

1. Meningkatkan Kompetensi Budaya

             Belajar yang rajin di sekolah untuk meningkatkan kompetensi diri sehubungan dengan budaya tentu menjadi jalan terbaik untuk bisa melestarikan budaya Indonesia. Dengan belajar, remaja akan mengenal lebih dalam sekaligus menanamkan rasa cinta.

2. Aktif Kegiatan Budaya

            Remaja wajib tetap aktif ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan, misalnya gotong royong mengadakan acara budaya hari-hari tertentu seperti hari kemerdekaan yang umumnya diadakan acara budaya, hal ini sekaligus memperkenalkan remaja lainnya.

3. Mencegah agar Tak Diakui Negara Lain

             Remaja tentu wajib ikut serta dalam usaha menjaga keamanan budaya dengan cara mempraktikkan dan melaksanakan yang berhubungan seperti tata cara berbahasa dan sebagainya. Dengan demikian, budaya tidak akan bisa diambil atau diakui oleh orang lain.

4. Sopan Santun

             Melihat remaja banyak menggunakan bahasa modern yang bahkan alay tentu terdengar miris. Padahal dalam kehidupan masyarakat Jawa, bahasa kromo/alus harus tetap digunakan apalagi dalam berbicara dengan orang yang tua, sebab itu hal tersebut harus dibiasakan.

5. Mengenal Seni dan Lagu Daerah

             Remaja harus turut aktif menjaga kesenian daerah dan lagu-lagu daerah. dengan mengajarkannya kepada adik-adiknya maupun sedang bermain bersama sehingga tidak hanya lagu modern saja yang dikenal namun juga belajar mengenal lagu budaya beserta makna indahnya.

6. Menerapkan Budaya dalam Pergaulan

             Berperilaku santun dalam pergaulan sehari-hari adalah salah satu peran penting yang bisa dilakukan remaja untuk melestarikan budaya Indonesia, tak perlu meniru bagaimana cara remaja dari luar bergaul, tentu jauh lebih baik jika memiliki jati diri sendiri sehingga memiliki ciri khas dan keunikan.

7. Menjadikan Budaya sebagai Prioritas

            Remaja juga dapat menunjukkan bahwa budaya adalah hal yang penting sebab berhubungan dengan jati diri bangsa. Pemerintah pusat maupun daerah ikut memperhatikan upaya pelestarian budaya nasional dan tidak hanya memprioritaskan pada bidang politik dan ekonomi saja tetapi juga pada bidang budaya.

8. Memiliki Rasa Bangga

             Generasi remaja bangsa Indonesia harus mempunyai rasa kebanggaan dan menampilkan budaya nasional di setiap moment, tentunya sesuatu yang tidak dilakukan dengan cinta tidak akan terasa menyenangkan, satu-satunya untuk menjadikan budaya terasa asyik untuk dipelajari dan diterapkan tentu dengan melakukannya dengan bangga orang-orang yang melihatnya pun ikut tertarik dan ikut mencintainya.

9. Kerjasama dengan Berbagai Pihak

            Remaja dapat menunjukkan bahwa Pemerintah pusat maupun daerah perlu adanya kerjasama dengan pihak remaja di bidang pendidikan untuk menjadi binaan dan tanggung jawab agar budaya nasional dapat dilestarikan dan dikembangkan dengan kerjasama tersebut budaya akan menjadi salah satu prioritas. Misalnya menjadi salah satu hal yang penting dalam materi pelajaran atau di jenjang pendidikan dengan bantu untuk membiasakannya misalnya dengan terbiasa meng gunakan bahasa daerah pada siswanya sehingga siswa secara langsung akan menerapkan bahasa daerah yang sama dalam keseharian.

10. Evaluasi untuk Mendatangkan Keuntungan

             Remaja dapat menunjukkan bahwa budaya Indonesia dapat mendatang kan keuntungan misalnya ketika ditampilkan acara tertentu yang akan menjadi kebanggaan sehingga akan ada evaluasi pada peran dan fungsi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata sebagai lembaga yang bisa mempromosikan budaya bangsa ke negera lain agar dapat mendatangkan keuntungan bagi negara ini.

11. Melahirkan kesadaran melestarikan seni dan budaya

             Sejatinya kesadaran untuk melestarikan warisan budaya bangsa memang harus dimulai dari para generasi bangsa karena di pundaknya lah ada potensi besar yang dapat memotivasi berbagai pihak. Demi mempertahankan seni dan budaya Indonesia, generasi muda wajib membangun kesadaran untuk melestarikan, menjaga, serta melindungi apa yang sudah menjadi warisan budaya Indonesia agar tetap berkembang.

12. Mengenalkan keragaman budaya pada dunia

             Diantara negara-negara di dunia, Indonesia terkenal dengan keragaman seni budaya yang tersebar dari sabang sampai merauke. Memperkenalkan keragaman budaya kepada dunia akan menumbuhkan kebanggaan atas kekayaan budaya yang dimiliki. Jika dunia sudah mengenal seni dan budaya Indonesia, maka akan terjadi harmonisasi hubungan dengan negara-negara lain. Kerjasama dapat terjalin, seperti pertukaran pelajar atau pertukaran misi kebudayaan. Perbedaan yang ada dari keberagaman juga bisa menjadi cara untuk mengusung slogan "Bhinneka Tunggal Ika" (berbeda-beda tetap satu jua).

PENUTUP

             Kesimpulannya dari Artikel ini yaitu di Indonesia sangat banyak sekali wadah-wadah bagi anak kecil, generasi muda, orang tua, bahkan masyarakat Indonesia untuk melestarikan kebudayaan seni yang orisinal Indonesia yakni berupakan sanggar. Sanggar seni adalah suatu wadah atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau sekumpulan orang untuk melakukan kegiatan pembelajaran seni seperti seni tari, seni lukis, seni kerajinan atau kriya, seni peran dan lain sebagainya. Kegiatan yang ada di dalam sebuah sanggar seni berupa kegiatan pembelajaran tentang seni, yang meliputi proses dari pembelajaran, penciptaan hingga produksi. Semua proses hampir sebagian besar dilakukan di dalam sanggar (tergantung ada tidaknya fasilitas dalam sanggar), sebagai contoh apabila menghasilkan karya berupa benda (patung, lukisan, kerajinan tangan dll) maka proses akhir adalah pemasaran atau pameran, apabila karya seni yang dihasilkan bersifat seni pertunjukan (teater, tari, pantomim dll) maka proses akhir adalah pementasan.

             Sanggar seni termasuk ke dalam jenis pendidikan nonformal atau biasa disebut (cantrik). Sanggar seni biasanya didirikan secara mandiri atau perorangan, mengenai tempat dan fasilitas belajar dalam sanggar tergantung dari kondisi masing-masing sanggar ada yang kondisinya sangat terbatas namun ada juga yang memiliki fasilitas lengkap, selain itu sistem atau seluruh kegiatan yang terjadi dalam sanggar seni sangat fleksibel, seperti menyangkut prosedur administrasi, pengadaan sertifikat, pembelajaran yang menyangkut metode pembelajaran hingga evaluasi dll, mengikuti peraturan masing-masing sanggar seni, sehingga antara sanggar seni satu dengan lainnya memiliki peraturan yang belum tentu sama. Karena didirikan secara mandiri, sanggar seni biasanya berstatus swasta, dan untuk penyetaraan hasil pendidikannya harus melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah agar bisa setara dengan hasil pendidikan formal.

             Keberagaman seni dan budaya suatu daerah menjadi penarik bagi wisatawan dalam dan luar negeri untuk mengunjungi suatu wilayah. Dalam perkembangannya, berbagai aspek dapat mempengaruhi maju mundurnya serta keberhasilan suatu daerah tersebut memelihara seni dan budaya tersebut agar tidak hilang ditelan zaman yang salah satunya keberadaan sanggar seni milik pemerintah kabupaten. Dengan adanya sanggar seni yang tersebar di beberapa desa di suatu daerah diharapkan semakin banyak anak-anak generasi penerus bangsa dapat menyalurkan hobby mereka di bidang seni. Dan secara tidak langsung mereka dapat melakukan pelestarian budaya daerah agar tidak punah. 

             Banyak anak-anak sejak usia dini sudah memiliki bakat di bidang seni. Bahkan mereka memiliki ketertarikan di bidang seni tradisional namun mereka bingung harus mengasah kemampuan mereka dimana. Maka dari itu penting adanya sanggar seni yang memiliki guru-guru seni yang dapat melatih anak-anak sejak dini dalam berlatih dan mengasah kamampuan mereka dan mampu bersaing dengan seniman-seniman lainnya.

             Pengaruh arus globalisasi terhadap budaya lokal adalah perubahan yang terjadi pada budaya lokal akibat adanya arus globalisasi. Beberapa ancaman-ancaman globalisasi terhadap budaya Indonesia yaitu: Globalisasi membawa perubahan tata nilai dan sikap masyarakat yang semula irasional menjadi rasional. Hal ini dapat berdampak positif dan negatif terhadap budaya lokal.Dampak positifnya adalah masyarakat menjadi lebih terbuka terhadap perubahan dan inovasi, sedangkan dampak negatifnya adalah masyarakat menjadi kurang menghargai dan melestarikan budaya lokal. Globalisasi membawa masuknya budaya barat ke Indonesia, seperti gaya hidup, musik, dan fashion. Hal ini dapat berdampak positif dan negatif terhadap budaya lokal.Dampak positifnya adalah masyarakat menjadi lebih terbuka terhadap budaya lain dan dapat memperkaya budaya lokal, sedangkan dampak negatifnya adalah budaya lokal menjadi terpinggirkan dan luntur. Dan Globalisasi mengakibatkan pergeseran nilai-nilai budaya lama dan menghadirkan nilai-nilai budaya baru. Hal ini dapat berdampak positif dan negatif terhadap budaya lokal.Dampak positifnya adalah masyarakat menjadi lebih terbuka terhadap perubahan dan inovasi, sedangkan dampak negatifnya adalah nilai-nilai budaya lama menjadi terabaikan dan hilang serta masih banyak lagi ancaman lainnya.

            Oleh karena itu, adapun saran-saran yang diambil dari Artikel ini upaya mengembangkan sanggar seni budaya di kalangan anak muda dan masyarakat Indonesia dan agar dapat mencegah ancaman-ancaman globalisasi terhadap budaya Indonesia serta sarana gerenasi muda dan masyarakat melestarikan budaya Indonesia yaitu: 

            Upaya mengembangkan sanggar di Indonesia: Tingkatkan fasilitas dan infrastruktur sanggar seni agar nyaman dan layak digunakan. Penyediaan alat-alat musik, kostum, dan perlengkapan lainnya harus diperhatikan. Adakan pelatihan dan workshop secara rutin untuk meningkatkan keterampilan para anggota sanggar. Libatkan ahli seni dan budaya sebagai pengajar untuk memberikan materi yang berkualitas. Jalin kerjasama dengan institusi pendidikan untuk menyelenggarakan program ekstrakurikuler atau magang di sanggar seni. Ini akan meningkatkan partisipasi generasi muda dalam kegiatan budaya. Promosikan sanggar melalui media sosial, website, dan event-event lokal. Dokumentasikan kegiatan dan pencapaian sanggar untuk menarik perhatian masyarakat dan calon anggota baru. Selenggarakan pertunjukan, pameran, atau acara terbuka di komunitas sekitar untuk memperkenalkan kesenian tradisional kepada masyarakat luas. Ini juga bisa meningkatkan minat dan dukungan terhadap kegiatan sanggar. Dengan strategi-strategi ini, budaya kesenian asli Indonesia dapat terus dilestarikan dan berkembang meskipun di tengah tantangan globalisasi.

             Saran agar mencegah ancaman globalisasi terhadap seni budaya Indonesia: Perkuat pendidikan tentang nilai-nilai budaya lokal di sekolah dan masyarakat. Ajarkan pentingnya menjaga identitas budaya dalam menghadapi arus globalisasi. Kembangkan pariwisata berbasis budaya yang memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia sambil menjaga keasliannya. Program homestay dan wisata desa budaya bisa menjadi contoh. Berikan insentif ekonomi bagi para pelaku seni dan budaya tradisional. Ini bisa berupa subsidi, pelatihan kewirausahaan, atau bantuan pemasaran produk budaya.

             Sarana upaya generasi muda dan masyarakat melestarikan budaya asli Indonesia: Integrasikan pendidikan budaya dan kesenian lokal ke dalam kurikulum sekolah sejak dini. Ini bisa mencakup pembelajaran tentang tari tradisional, musik, kerajinan tangan, dan cerita rakyat. Selenggarakan festival budaya secara rutin di tingkat lokal, regional, dan nasional. Acara-acara ini bisa menampilkan berbagai kesenian tradisional, memperkenalkan budaya lokal kepada generasi muda dan wisatawan. Manfaatkan media sosial, aplikasi, dan platform digital untuk mempromosikan kesenian tradisional. Buat konten yang menarik, seperti video tutorial tari, musik tradisional, atau proses pembuatan kerajinan. Libatkan seniman lokal dalam proyek-proyek seni di sekolah, komunitas, dan even-even besar. Mereka dapat menjadi mentor bagi generasi muda dan membantu mempertahankan praktik budaya yang autentik. Lakukan dokumentasi dan penelitian tentang kesenian tradisional yang ada. Arsipkan hasil penelitian dalam bentuk buku, film, atau database online yang dapat diakses oleh masyarakat umum.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyasa, I. P. (2015). STRATEGI PENGELOLAAN SANGGAR SENI ANACARAKA DALAM MEWADAHI BAKAT ANAK-ANAK DI PEGUNUNGAN KINTAMANI BALI. TATA KELOLA SENI : VOL. I NO. 2, 31-44.

Eva Mizkat, I. O. (2022). PEMBENTUKAN SANGGAR LITERASI SEBAGAI WADAH PENGEMBANGAN BAKAT PEMUDA-PEMUDI DI DESA AIR GENTING. Comunitaria : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 2 No. 2, 140-142.

Luqman fajar Nugroho Djono, S. (2016). Peranan Sanggar Seni Santi Budaya dalam Pelestarian Budaya Tradisional dan Sebagai Wahana Pendidikan Seni Budaya Kelas 8 SMPN 4 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal CANDI Vol. 14 No. 2, 147-164.

Murcahyanto, H. (2023). SISTEM PENGELOLAAN SANGGAR PENDIDIKAN SENI DI LOMBOK TIMUR. JOEAI (Journal of Education and Instruction)Volume 6, Nomor 1, 128-135.

Oktariani, D. (2024). PERAN SANGGAR SENI KESUMBA DALAM MELESTARIKAN KESENIAN TRADISIONAL MELAYU. Journal Ilmiah Rinjani (JIR) Media Informasi Ilmiah Universitas Gunung Rinjani Vol. 12 No. 1, 15-23.

Purnama, Y. (2015). PERANAN SANGGAR DALAM MELESTARIKAN KESENIAN TARI TRADISIONAL BETAWI. Jurnal Patanjala Vol. 7 No. 3, 461-476.

Ramadhani, E. (2018). UPAYA SANGGAR KARTIKA BUDAYA DALAM PENGEMBANGAN SENI DI KABUPATEN JEMBER. e-journal UNESA, 01-13.

Sri Wahyuni Muhtar, R. M. (2022). Pembentukan Sanggar Seni Sebagai Wadah Pengembangan Minat dan Bakat Siswa dalam Bidang Kesenian di UPT SMA Negeri 7 Sidrap Kec. Pitu Riawa Kab. Sidrap. Jurnal Lepa-lepa Open Volume 2 Nomor 6, 1665-1668.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun