Selama SMA, walau banyak menghadapi perundungan, mereka tetap bisa mempertahankan persahabatan dan rasa cinta mereka.
Hingga sekarang.
Seharusnya, mereka dapat merealisasikan impian mereka membentuk keluarga bahagia penuh iman. Seharusnya mereka juga dapat merasakan kegembiraaan di balik banyaknya orang yang mengucap selamat atas pernikahan mereka. Seharusnya mereka bisa melaksanakan prosesi pernikahan dengan tenang.
Sayangnya, bukan itu yang terjadi di sini.
Ijab qabul baru dimulai, teriakan dan ejekan mulai bergema di depan pintu masjid.
Awalnya hanya gertakan penuh amarah, “Hidup Dewa Rama!”
“Hidup Dewa Rama!”
BRAK!
Pintu masjid didobrak oleh mereka yang menggunakan ikat kepala berwarna saffron. Semua orang di masjid hanya tahu bahwa pelakunya adalah kumpulan ekstremis yang tak ingin ada populasi Muslim di India.
Para pengunjung masjid mencoba menahan satu-satunya pintu yang menghalangi mereka dengan para ekstremis. Sayangnya, kunci pada pintu kayu itu terhempas dan para ekstremis berhasil menerobos masuk.
Bagi Aminah dan Ghulam, semuanya buyar. Aminah hanya bisa menjerit sekeras mungkin begitu tangannya ditarik para ekstremis sementara Ghulam dilempari batu dan dihajar dengan tongkat kayu.