Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Ibu Bohong

30 Agustus 2020   00:20 Diperbarui: 1 September 2020   18:33 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by pixabay.com

Aku memang bukan siapa-siapa. Aku memang begini-begini saja. Aku hanyalah anak perempuan ibu yang mencoba untuk menjadi wanita kuat, cerdas dan tidak menggantungkan hidupnya pada orang lain.

Aku tidak berada di tempat yang tinggi, tapi Tuhan meninggikan aku. Seharusnya aku balik katakan, "Kamu siapa, berani sekali berbuat tidak baik padaku?". Sayangnya mulutku masih bisa menahan untuk mengumbar emosi.

Senja belum berpulang dengan sempurna, di ujung takbir pada alunan adzan, matahari masih sisakan bagiannya sebelum malam menggantikan posisinya.

Warna langit senja yang begitu indah, jarang aku lihat seperti ini. Apakah adzannya terlalu cepat atau matahari yang terlambat pulang?

Kaki melangkah pelan, agak kuseret sedikit karena rupanya kepala dan badankuku belum siap bertemu angin sore. Baru saja beberapa langkah, badan serasa mau ambruk.

"Dru, kamu jalan kok sempoyongan sih. Belum sembuh ya? Jangan paksa ke mesjid lah, Dru."

"Aku bosan di rumah. Seperti hidup di dalam kotak. Malah tidak kunjung sembuh sakitku."

"Ya sabar dong, Dru. Namanya juga sakit. Aku antar pulang yuk!"

"Kamu kan harus maghriban juga Bram. Teruskan saja yuk. Nanggung sebentar lagi sampai."

Kubasuh wajahku, kubersihkan bagian lainnya. Kuhamparkan sajadah, kuambil posisi dekat pintu keluar, agar kalau tiba-tiba ambruk, orang-orang mudah mengeksekusi.

Biasanya ada ibu di sebelahku. Aku bermanjaan sesaat setelah tahiyatul mesjid. Lalu ngobrol sebentar setelah salam dan memanjatkan doa pada-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun