Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Ibu Bohong

30 Agustus 2020   00:20 Diperbarui: 1 September 2020   18:33 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by pixabay.com

Aku kesepian, Bu. Aku sendirian. Tangisku terus saja hadir seakan aku tak ikhlas Ibu pergi. Aku lemah, Bu. Aku bukan perempuan kuat yang ibu gadang-gadang sanggup menghadang semua yang menentang.

Aku rapuh, Bu. Aku tak punya pegangan.

Kulipat sajadah dan mukenaku. Lupa kalau aku datang bersama Bram. Kuseret kembali kakiku menuju rumah.

Penglihatanku tidak jelas, berkunang-kunang, buram, dan pendengaranku tiba-tiba menghilang.

"Dru, bangun. Aku bilang juga apa. Aku bilang pulang ya pulang. Kan jadi bikin panik orang kalau sudah begini."

"Kamu ngapain Bram di rumahku?"

"Ngapain? Kamu bilang ngapain?"

"Menurutmu, aku akan biarkan kamu terkapar di jalan seperti tadi?"

"Aku, terkapar?"

"Kamu pingsan, Dru. Bandel ya kamu. Pantesan ibu selalu wanti-wanti padaku untuk menjaga kamu. Bandel sih kamu."

Kutatap mata Bram. Berkali-kali Bram hadir di mimpiku bersama ibu. Ingin aku sampaikan pada Bram perihal mimpiku. Tapi aku takut ditertawakan oleh Bram. Pasti Bram akan meledekku. Sebal aku pada Bram kalau sudah meledek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun