Selain itu, DER juga digunakan untuk mengukur leverage perusahaan, yang mengacu pada sejauh mana perusahaan menggunakan utang untuk membiayai aktivitas bisnisnya (Brealey et al., 1984). Leverage dapat meningkatkan potensi pengembalian kepada pemegang saham jika perusahaan mampu mengelola utangnya secara efektif. Namun, leverage yang berlebihan juga dapat meningkatkan risiko kebangkrutan, terutama jika perusahaan mengalami penurunan pendapatan atau menghadapi kenaikan suku bunga. Oleh karena itu, DER adalah alat yang berguna bagi kreditor dan investor dalam menilai risiko yang terkait dengan investasi pada perusahaan tersebut.
DER tidak hanya memberikan gambaran tentang komposisi modal perusahaan, tetapi juga membantu dalam menganalisis kemampuan perusahaan dalam mengelola risiko keuangan (Damodaran, 1997). Utang memberikan keuntungan pajak karena pembayaran bunga biasanya dapat dikurangkan dari pajak, yang mengurangi beban pajak perusahaan. Namun, penggunaan utang yang berlebihan dapat menyebabkan kesulitan likuiditas dan risiko gagal bayar, terutama jika pendapatan perusahaan tidak stabil. DER yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mungkin menghadapi tantangan dalam mempertahankan kestabilan keuangan jika kondisi pasar atau ekonomi memburuk.
DER juga menjadi indikator penting dalam menilai tingkat solvabilitas perusahaan, yang mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya (Kieso et al., 2019). Karena porsi ekuitas yang lebih dominan dalam struktur modalnya, perusahaan dengan DER yang lebih rendah dianggap lebih mampu membayar kewajibannya. Ini memberikan kestabilan yang lebih baik dalam menghadapi perubahan kondisi pasar. Sebaliknya, perusahaan dengan DER yang lebih tinggi mungkin memiliki masalah solvabilitas jika tidak mampu menghasilkan cukup laba untuk membayar utangnya.
Investor, kreditor, dan manajemen biasanya menggunakan DER sebagai indikator utama untuk menilai kesehatan keuangan bisnis. DER memberikan pandangan yang jelas tentang bagaimana perusahaan membiayai asetnya dan seberapa besar risiko yang diambil perusahaan dalam menggunakan utang sebagai bagian dari strateginya (Warren et al., 2018). Meskipun utang dapat memberikan keuntungan melalui leverage, penting bagi perusahaan untuk menjaga keseimbangan yang baik antara utang dan ekuitas agar tidak meningkatkan risiko gagal bayar atau masalah likuiditas.
Jenis Debt to Equity Ratio (DER)
Jenis-jenis DER dapat dibedakan berdasarkan pendekatan perhitungannya (Brigham & Houston, 2018). Dua jenis utama dari DER adalah:
- Gross DER: Gross DER dihitung tanpa mempertimbangkan aset likuid. Ini dilakukan dengan membandingkan total utang dan ekuitas perusahaan. Gross DER memberikan gambaran keseluruhan tentang seberapa besar leverage perusahaan, atau seberapa besar perusahaan bergantung pada utang untuk membiayai asetnya. Gross DER ini sering digunakan sebagai indikator awal untuk menilai risiko keuangan perusahaan secara keseluruhan.
- Net DER: Net DER mempertimbangkan aset likuid perusahaan, seperti kas dan setara kas, untuk mengurangi total utang. Dengan kata lain, net DER menghitung utang bersih yang dimiliki perusahaan setelah memperhitungkan kemampuan perusahaan untuk melunasi sebagian utangnya dengan aset likuid yang tersedia. Net DER memberikan pandangan yang lebih realistis mengenai risiko utang perusahaan karena memperhitungkan sumber daya yang dapat digunakan untuk melunasi kewajiban utang.
Fungsi Debt to Equity Ratio (DER)
DER memiliki beberapa fungsi penting dalam analisis keuangan perusahaan (Brigham & Houston, 2018), berikut fungsi DER:
- Mengukur risiko keuangan perusahaan: DER digunakan untuk menilai seberapa besar risiko keuangan yang dihadapi perusahaan. Semakin tinggi DER, semakin besar ketergantungan perusahaan pada utang untuk membiayai asetnya. Ini berarti bahwa perusahaan menghadapi risiko keuangan yang lebih tinggi, terutama jika terjadi penurunan pendapatan atau kondisi pasar yang tidak menguntungkan.
- Menilai struktur modal: DER membantu perusahaan dan investor dalam mengevaluasi bagaimana perusahaan membiayai operasinya, apakah lebih banyak menggunakan ekuitas atau utang. DER yang tinggi menunjukkan perusahaan lebih banyak menggunakan utang sebagai sumber pembiayaan, sementara DER yang rendah menunjukkan ketergantungan yang lebih besar pada ekuitas.
- Mempengaruhi keputusan investasi: Investor sering menggunakan DER sebagai salah satu faktor untuk menilai apakah suatu perusahaan layak untuk diinvestasikan. Karena memiliki lebih banyak kewajiban utang, perusahaan dengan DER yang terlalu tinggi dapat dianggap berisiko, sementara perusahaan dengan DER yang rendah dianggap lebih stabil, meskipun mungkin memiliki potensi pengembalian yang lebih rendah.
- Dasar evaluasi stabilitas jangka panjang: Selain itu, DER digunakan untuk menilai kemampuan organisasi untuk mempertahankan stabilitas dalam jangka panjang. Perusahaan yang memiliki DER yang seimbang dianggap mampu mengelola utangnya dengan baik dan berpotensi memiliki stabilitas yang lebih baik dalam menghadapi fluktuasi ekonomi.
- Indikator solvabilitas
- Kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya dikenal sebagai solvabilitasnya, yang diukur melalui DER. Karena ekuitasnya lebih besar dibandingkan dengan utangnya, DER yang lebih rendah menunjukkan kemampuan solvabilitas yang lebih baik.
Faktor yang Mempengaruhi Debt to Equity Ratio (DER)
Beberapa faktor yang mempengaruhi DER (Brigham & Houston, 2018) adalah sebagai berikut:
- Kebijakan pendanaan perusahaan: Kebijakan pendanaan perusahaan merupakan komponen penting yang mempengaruhi DER. Perusahaan yang lebih cenderung menggunakan utang untuk membiayai pertumbuhan dan operasional akan memiliki DER yang lebih tinggi, sementara perusahaan yang lebih memilih untuk menggunakan ekuitas akan memiliki DER yang lebih rendah.
- Stabilitas pendapatan: Perusahaan dengan pendapatan yang stabil lebih mungkin untuk menggunakan utang dalam struktur modal mereka. Dengan pendapatan yang stabil, perusahaan memiliki kemampuan yang lebih besar untuk membayar kewajiban utang mereka secara teratur, sehingga cenderung memiliki DER yang lebih tinggi. Sebaliknya, perusahaan dengan pendapatan yang fluktuatif akan lebih menghindari utang untuk mengurangi risiko gagal bayar.
- Kondisi ekonomi makro: Suku bunga dan kondisi ekonomi secara umum juga berdampak pada DER. Ketika suku bunga rendah, perusahaan lebih mungkin untuk meminjam karena biaya utang lebih murah, sehingga meningkatkan DER. Namun, ketika suku bunga naik atau kondisi ekonomi tidak stabil, perusahaan mungkin mengurangi penggunaan utang untuk menghindari beban bunga yang tinggi.
- Akses ke pasar modal: Akses perusahaan ke pasar modal juga mempengaruhi DER. Perusahaan yang memiliki akses yang mudah ke ekuitas atau mampu menarik investor dengan mudah biasanya memiliki DER yang lebih rendah, karena mereka lebih mengandalkan ekuitas daripada utang untuk pendanaan. Sebaliknya, perusahaan yang sulit mengakses pasar ekuitas cenderung menggunakan utang sebagai sumber pembiayaan utama.
- Kebijakan dividen: Kebijakan dividen juga memainkan peran dalam menentukan DER. Perusahaan yang membagikan sebagian besar labanya sebagai dividen mungkin akan menggunakan lebih banyak utang untuk membiayai investasi atau ekspansi, yang akan meningkatkan DER. Perusahaan yang menahan lebih banyak laba untuk diinvestasikan kembali mungkin memiliki DER yang lebih rendah karena lebih sedikit bergantung pada utang.
Indikator/Pengukuran Debt to Equity Ratio (DER)