Faktor yang Mempengaruhi Earning per Share (EPS)
Faktor-faktor yang mempengaruhi EPS (Brigham & Houston, 2018) adalah sebagai berikut:
- Laba bersih perusahaan: Faktor utama yang mempengaruhi EPS adalah laba bersih yang dihasilkan perusahaan. Ketika laba bersih perusahaan meningkat, EPS yang dihasilkan juga meningkat. Laba bersih dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pendanaan operasional, pengendalian biaya, dan efisiensi manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan.
- Jumlah saham yang beredar: Jumlah saham biasa yang beredar juga mempengaruhi EPS. Jika jumlah saham yang beredar meningkat, misalnya melalui penerbitan saham baru, maka EPS akan menurun karena laba bersih yang sama harus dibagi di antara lebih banyak saham. Sebaliknya, jika perusahaan melakukan buyback saham, jumlah saham yang beredar berkurang, yang akan meningkatkan EPS.
- Struktur modal perusahaan: Penggunaan utang dalam struktur modal perusahaan juga dapat mempengaruhi EPS. Perusahaan yang menggunakan lebih banyak utang harus membayar bunga yang dapat mengurangi laba bersih, sehingga menurunkan EPS. Namun, jika perusahaan dapat menggunakan utang secara efektif untuk meningkatkan pendapatan dan laba bersih, maka EPS bisa meningkat.
- Kebijakan dividen: Kebijakan perusahaan terkait distribusi laba juga mempengaruhi EPS. Jika perusahaan memutuskan untuk menahan sebagian besar laba untuk diinvestasikan kembali dalam bisnis (laba ditahan), EPS dapat meningkat karena potensi pertumbuhan laba dimasa depan. Disisi lain, perusahaan yang membagikan sebagian besar laba dalam bentuk dividen mungkin memiliki pertumbuhan EPS yang lebih lambat.
- Kondisi ekonomi makro: EPS juga dapat dipengaruhi oleh variabel eksternal seperti kondisi ekonomi makro, seperti tingkat suku bunga, inflasi, dan kondisi pasar secara keseluruhan. Kondisi ekonomi yang kuat cenderung meningkatkan pendapatan perusahaan, yang pada gilirannya meningkatkan laba bersih dan EPS. Sebaliknya, resesi atau perlambatan ekonomi dapat mengurangi pendapatan perusahaan dan menurunkan EPS.
Indikator/Pengukuran Earning per Share (EPS)
EPS adalah ukuran profitabilitas perusahaan yang dihitung dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham yang beredar. EPS menunjukkan keuntungan yang diperoleh perusahaan untuk setiap lembar saham biasa yang beredar. Rumus perhitungan EPS adalah sebagai berikut:
EPS = Laba bersih setelah pajak/Jumlah lembar saham yang beredar
Laba bersih setelah pajak adalah pendapatan perusahaan setelah dikurangi semua biaya, termasuk biaya pajak. Laba bersih adalah komponen utama dalam perhitungan EPS karena menunjukkan sisa pendapatan perusahaan setelah semua biaya operasional, bunga, dan pajak telah dibayarkan (Kieso et al., 2019). Laba bersih yang lebih tinggi akan meningkatkan EPS, yang menunjukkan kinerja keuangan yang baik.
Jumlah lembar saham yang beredar adalah total saham biasa yang telah diterbitkan oleh perusahaan dan dipegang oleh pemegang saham. Penting untuk menggunakan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar selama periode tertentu untuk menghitung EPS secara akurat (Kieso et al., 2019). Jumlah saham yang beredar akan dipengaruhi oleh penerbitan saham baru atau buyback saham, yang pada gilirannya akan mempengaruhi EPS.
Debt to Equity Ratio (DER)
Definisi Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan utang sebagai bagian dari struktur modalnya dibandingkan dengan ekuitas yang dimiliki (Brigham & Houston, 2018). DER memberikan gambaran kepada investor dan kreditor mengenai risiko keuangan perusahaan, karena semakin tinggi rasio ini, semakin besar ketergantungan perusahaan terhadap utang dalam pembiayaan operasionalnya (Brigham & Houston, 2018). Dalam menilai stabilitas keuangan dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang, DER sering menjadi indikator utama.
DER adalah ukuran penting untuk memahami struktur modal perusahaan (Brigham & Ehrhardt, 2020). Rasio ini menunjukkan proporsi utang terhadap ekuitas, dengan DER yang lebih tinggi menunjukkan bahwa perusahaan lebih banyak mengandalkan utang untuk membiayai asetnya. DER memberikan wawasan mengenai strategi pendanaan perusahaan, apakah lebih condong menggunakan modal sendiri (ekuitas) atau utang. Dalam banyak kasus, perusahaan dengan DER yang lebih tinggi cenderung lebih berisiko bagi kreditor dan investor karena ketergantungan yang lebih besar pada utang meningkatkan risiko likuiditas dan gagal bayar.