Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

[Bab 14] Ketakutan-ketakutanku di Taiwan

31 Mei 2021   15:57 Diperbarui: 31 Mei 2021   16:08 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

                                                                                                                                     

Di Taiwan, aku harus menginap semalam karena pendarahan hebat!

Hari ketujuhbelas, perjalananku menuju pulang ke Jakarta

Ketakutan2ku di Taiwan

Pagi itu aku bangun dengan segar. Sepertinya, pendarahanku sudah berhenti.

Ketika aku menyibakan selimutku dan melihat kantong kateterku, air seni ku sudah bening. Tinggal sisa2 darah di dalam kantong itu, yang sudah merah kehitaman.

Aku benar2 merasa segar.

Dari kemarin, aku memang tidak merasakan sakit sedikit pun walau pendarahan besar mengalir dari selang kantong kateterku. Aku tidak merasakannya sedikitpun! Apalagi rasa sakit! Aku hanya bingung, ketika melihat darah segar kehitaman terus mengalir .....

Rasa bingung dan cukup stress ketika darah merah kehitaman it uterus mengalir, membuat aku berpikir sangat negative!

Aku bisa kekurangan darah! Aku bisa saja mati mendadak! Itu yang membuat aku ketakutan, bukan karena merasakan kesakitan!

Tetapi, pagi saat itu aku merasa benar2 segar!

Mungkin, karena darah tidak keluar lagi dari dalam tubuhku. Mungkin, itu yang membuat aku merasa segar, karena darah terus berputar dalam tubuhku, bukan keluar .....

Puji Tuhan, puji Tuhan ......

Aku tidur dengan adikku dalam 1 kamarku dan Bruder Frank berada di kamar yang berbeda, tetapi ada "connecting door", supaya dia bisa memantau keadaanku. Dan dia tetapi bekerja secara professional. Memantau keadaanku, memberika obat di malam hari ketika aku tidur .....

Psgi itu aku bangun, dia sudah siap di dekatku. Menyapaku,

"Good morning, beautiful lady, have a good sleep?"

Aku tersenyum, aku meamang merasakan nyaman dengan nya.

Seorang bruder tua, mengingatkan aku tentang bapakku, yang saat itu sedang menunggu aku di Jakarta. Dan, pasti bapak dan semua keluarga kawatir sekali dengan kedaanku yang pendarahan besar!

Bruder Frank bercakap dengan adikku di depanku, dan yang aku mengerti tentang pendarahanku adalah,

Bahwa secara media, otak yang baru saja terserang stroke, apalagi serangan stroke di otak kiriku itu sangat besat dan merendam sekitar 20% otak kiriku, sebenarnya tidak boleh terbang dahulu, apalagi jika terlalu jauh dan terlalu tinggi dari permukan bumi.

Dengan jarak San Francisco ke Jakarta sekitar 24 jam terbang dengan 1x transit, serta pasti terbang lebih dari puluhan ribu meter ketinggian dari permukaan bumi, akan membuat pasien pasca stroke seperti aku, akan mengalami tekanan besar untuk otak.

Sehingga, dengan tekanan tinggi untuk otakku yang masih dalam taraf penyesuaian serta masih banyak denyutan2 di otak kiriku seharusnya aku benar2 belum bisa terbang pulang!

Tetapi, juga dengan banyak pertimbangan diantaranya, tentang biaya serta siapa yang bisa menemaniku jika aku berlama2 disana, semua setujuuntuk aku diterbangkan pulang ke Jakarta.

Dokter Gandhi di rumah sakit San Francisco, pun harus berusaha untuk aku benar2 bisa diterbangkan pulang.

Karena, tanggung jawab dari rumah sakit itu, akan sangat besar jika aku mendapat bencana. Rumah sakit itu harus menyediakan semua fasilitas2 yang aku butuhkan selama perjalan pulang di pesawat .....

Harus ada yang menemani karena tidak mungkin hanya adikku saja yang menemaniku, karena kebutuhanku sangat special. obat2 dan vitamin2  yang harus terus di supply. Apakah adikku mampu membantuku, sementara aku sendiri, bergerakpun aku tidak mampu, saat itu.

Rumah sakit menyediakan seorang tenaga medis yang bisa mengantarku ke Jakarta.

Dia harus yang besar dan kuat, untuk menggendongku karena aku benar2 tidak mau bergerak sama sekali. Seperti mayat hidup!

Dia harus care dan peduli, karena jika dia acuh tak acuh, otakku akan memberontak, dan membuat pemulihanku akan terhambat!

Dan, datanglah Bruder Frank, seorang suster laki2 dari Alaska, dimana disana mempunyai sebuah institusi yang dikenal untuk pekerja2 medis demi penjemputan dan pengantaran pasien2 berpenyakit apapun, dari dan ke seluruh dunia! 

Tuhan mengirimkan Bruder Frank untuk menemaniku, untuk menjagaku. Dan, aku merasakan nyaman dan aman selama perjalanan ini.

Aku tersenyum, melihat Bruder Frank dan adikku berdiskusi sambil bercanda, dan mencandaiku, sebelum Bruder Frank memandikanku. Bukan memandikan di kamar mandi, tetapi membersihkan aku di tempat tidur saja.

Darah yang mengalir lewat selang itu, tidak ada lagi. Tetapi, sisa2 daah itu harus dibersihkan di selangkanganku, karena akan menjadi penyakit jika tidak dibersihkan.

Dan, Bruder Frank dengan hati2 serta kesabaran yang membat aku trenyuh, dia membershkan aku seperti seorang ayah yang melakukannya .....

Keputusan pagi itu, setelah ada fax dari rumah askit yang merawatku kemarin, saat itu, bahwa aku dinyatakan "tidak ada apa2", setelah pendarahan hebat kemarin. Bahwa, otakku sudah tenang dan aku dinyatakan bisa terbang pulang ke Jakarta.

Aku senang sekali! Begitu senangnya, sampai aku bisa makan pagi cukup banyak!

Aku segera bertemu dengan anak2ku!

Aku segera bertemu dengan kedua orang tuaku!

Aku juga akan ertemu dengan semua sahabatku!

Dan, aku juga akan segera bertemu dengan duniaku!

Aku bersorak dala hatiku. Aku berdendang sambil tertawa2. Bruder Frank melihatku dengan senyum kebapakannya .....

Adikku segera mengurus keberangkatanku terbang. Karena, jika pesawat penuh, kami pun bsa saja batal terbang lagi. Dan semua yang di Jakrta pun, akan menjadi kecewa lagi, karena aku tetap harus tinggal lagi di Taiwan.

Tetapi, Tuhan memang maha besar!

Adikku mengurus tiket kami bertiga ke Jakarta, dan kursi sudah di dapat! Pesawat akan terbang sekitar jam 11.00 siang, kalau tidak salah. Dan, akan tiba di Bandara Soekarno-Hatta sekitar jam 15.00 waktu Jakarta.

Adikku bolak balik menelpon bapak di Jakarta, untuk memberi tahu bahwa sore itu kami akan mendarat di Bandara Soekarno Hatta, karena sudah ada kepastian bahwa aku bisa terbang pulang. Asalkan, sampai terakhir sebelum terbang, aku tidak pendarahan lagi.

Kedua orang tuaku pasti pun sangat senang, karena aku akan segera datang, untuk mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit di Jakarta. Bapak mengabari kepada beberapa orang yang bisa ikut menjemputku.

Entah menjemputku di bandara atau langsung bertemu dengan ku di Rumah Sakit PGI Cikini, tempat aku akan dirawat intensif, entah sampai kapan.

Aura kebahagiaan menyelimuti hatiku, tentu juga adikku serta semua keluarga ku di Jakarta. Kedua orang tuaku, kedua anak2ku serta semua sahabat2ku. Aku tahu itu. Hatiku benar2 berdendang .....

Sudah lebih dari 2 minggu aku dirawat secara intensif di rumah sakit di San Francisco, St Francis Hospital. Aku merasa sudah bertahun2 meninggalkan Jakarta. Dan bertahun2 juga tidak memeluk anak2ku! Aku benar2 kangen pada semuanya!

Jadi, setelah makan pagi bersama di kamar hotel, kami pun bersiap ke bandara lagi. Adikku check-out, dan semua pembayaran ditanggung oleh asuransi, lewat Bruder Frank, termasuk kemarin di rmah sakit di Taiwan .....

Entah bagaimana, tetapi asuransi erjalanan atau "travel insurance" AIG itu yang menanggung kami. Entah bagaimaa uang it uterus mengalir atas nama Tuhan! Entah bagaimana, Bruder Frank menanggung semunya.

Walau aku tahu, nantinya semua akan diselesaikan ketika semua sudah selesai. Tetapi, apa yang ada saat itu, bahwa semuanya benar2 seiring dengan Rencana NYA ......

Ambulance datang ke hotel, dan aku diletakkan di brangkar dari ambulance, dan langsung dimasukkan ke ambulance. Segera setelah itu, ambulance mengaum untuk membwa kami ke Bandara Internasional Taoyuan, untuk kami terbang pulang ke Jakarta.

Hatiku berdendang riang .....

Aku akan segerang terbang pulang ......

Di ambulance, aku bercanda dengan Bruder Frank dan adikku. Mereka tertawa2 dan meledek aku, sampai aku teriak2 bahagia, walau aku tidak bisa bicara.

Suaraku masih menggumam, kata2ku masih seperti alien, kata nanak2ku. Aku masih tidak bisa bergerak sama sekali, dan aku pun sepertinya belum atau masih lama sekali untuk pulih .....

Otak kiri ku pun, sama sekali belum pulih. Penyerapan darah yang merendam 20% otak kiri ku, akan cukup lama, dan setelah itu aka nada ssa2 warna merah di otak kiriku setelah darah semuanya terserap.

Sisa2 noda darah itu pun, tidak akan mampu pulih 100%, dan itu yang akan terus da sampai aku mati. Sisa2 noda darah itu yang disebut cacat!

Dan, saat itu, aku belum bisa apa2 karena justru penyerapan darah di otak kiriku baru saja dimulai, dan sudah mendapat masalah pertama, yaitu tekanan besar karena terbang dalam pesawat dalam watu lama dan di ketinggian puluhan meter diatas permukaan bumi.

Tetapi, dengan keadaan fisik yang sama sekali belum pulih, serta kecacatatnku yang pastinya saat itu mengundang belas kasihan dari orang2 disekitarku, hatiku semakin pulih!

Hatiku pulih dengan semangat dan keinginanku untuk terus sembuh!

Walau saat itu pun, aku tidak yakin untuk aku bisa sembuh 100%, tetapi aku mengisi hatiku dengan semangat yang menggebu untuk bisa pulih 100%!

Aku sadar sekali, bahwa masa depanku masih gelap. Sungguh, gelap!

Aku sudah menjadi single parent sejak tahun 2007, dan aku membawa 2 orang anakku, yang pada saat itu mereka masih kecil. Dennis baru 13 tahun, kelas 1 SMP dan Michelle berumur 10 tahun, kelas 5 SD.

Mereka membutuhkan aku, untuk hidup dan bergantung padaku untuk sekolah.

Aku pun harus menghidupi diriku sendiri, karena kepada siapakah aku berlindung dan bergantung untuk hidup? Uang dari mana? Karena aku juga sadar bahwa mantan ku sama sekali tidak mau membiayaiku dan anak2ku, termasuk sekolah mereka.

Berarti, aku harus bisa bejkerja lagi! Walau mungkin aku tidak sembuh!

Direktur2 ku sudah memberi aku kesempatan sekuas2nya untuk aku bisa kembali bekerja, walau mungkin aku tidak bisa bekerja di posisiku sebelumnya, tetapi aku tetap bisa bekerja, bukan?

Jadi, setelah ini, setelah aku berada di Jakarta, di rumahku sendiri, aku harus benar2 belajar untuk bisa bergerak! Belajar berjalan lagii! Dan, suaru saat entah kpan, aku akan bisa berjalan! Itu tekadku, untuk hidupku!

Aku tidak mau muluk2, secara aku benar2 tidak tahu harus bagaimana. Aku Cuma mau belajar, belajar dan belajar!

Jika Tuhan berkenan, aku hanya ingin tetap bisa bekerja lagi! Itu saja! Karena, bagaimana dengan kedua anak2ku jika aku benar2 tidak bisa menghasilkan uang lagi?

Kasihan kedua orang tuaku, mereka sudah tua, dan berapa lama mereka bisa uat mendampingiku, termasuk dana untuk pendidikan anak2ku?

Semangatku sungguh menggebu, ditambah candaan2 Bruder Frank dan dadikku selama  di dalam ambulance.

Auman sirine ambulance yang membawaku, terus terdengar, jalanan dari hotel ke bandara pun macet sekali. Tetapi karena kami berangkat dari hotel cukup pagi setelah makan pagi sekitar jam 7.00 pagi dan check-out, waktu kami pun cukup untuk sampai ke bandara.

Tidak berapa lama, kemudian kami sampai ke Bandara Internasional Taoyuan Taiwan. Ambulance langsung diserbu oleh petugas2 bandara, dan aku diletakkan di Bandar bandara, setelah pintu ambulance terbuka.

Adikku sibuk dengan keberangkatanku, dengan koper2 kami di conter chek-in, sementara Bruder Frank sibuk dengan mengurus aku untuk bisa masuk ke pesawat.

Kami tetap naik pesawat dan nomor penerbangan yang sama seperti kemarin. China Airlines di First Class, tempat yang sama dengan yang kemarin, dan aku bisa berbaring selama perjalanan ternang ke Jakarta.

Aku tenang ketika kami sempat menunggu sebelum pesawat boarding. Dan, kami menunggu di tempat tunggu khusus. Tempat tunggu untuk pasien pasca-stroke ......

Aku tidak athu, apakah irng2 disekelilingku bertanya2 tentang aku atau tidak, seperti saat aku berada di banadara di San Francisco, yang sempat membuat aku marah karena mereka meremehkan aku.

Karena saat itu, kami berada di Taiwan, dan mereka tidak berbicara dengan bahasa Inggris. Mereka berbicara dengan bahasa lokal, bahasa Mandarin, sehingga aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.

Tetapi, aku mrasa mreka membicarakanku, karena mreka melirik kepadaku dan berbisik2 kearahku ......

Diatas brankar, aku hana bisa melihat disekitarku saja, tanpa bisa bergerak, pandanganku hana terpaut sekitar 5 meter saja, tanpa bisa melihat terlalu jauh karena aku berada dalam posisi berbaring.

Koper ku dan koper adikku serta Bruder Frank sudah masuk ke bagasi dan kami tinggal menunggu saat segera boarding. Aku tetap berada diatas brangkar, dan begitu saatnya boarding, kami diantar ke lift khusus untuk naik pesawat, langsung ke First Class.

Aku dan Bruder Frank duduk di First Clas, sedangkan adikku berada di kelas ekonomi.

Sebelum bergerak, Bruder Frank memeriksa kantong kateterku, supaya memastikan bahwa tidak ada pendarahan lagi. Karena, jika aku pendarahan lagi, aku benar2 harus dirawat di rumah sakit kemarin, entah sampai kapan.

Tetapi, untunglah!

Aku benar2 "sehat", semangat dan siap terbang .....

Setelah kami tenang, pesawat mulai dibuka untuk penumpang yang lain. Penerbangan ini hanya memakan waktu antara 4 atau 4,5 jam saja, untuk sampai ke Jakarta.

Dengan waktu yang relative sebentar dibanding dengan penerbangan dari San Francisco ke Taiwan ang memakan waktu sekitar 20 jam, ini merupakan penerbangagn yang tidak terlalu tinggi dari permukaan bumi.

Kulihat, Bruder Frank pun tenang.

Begitu pesawat terbang, diapun membuka laptopnya. Siap untuk bekerja untuk mengamati keadaanku. Dia akan mengirimkan email langsung, dengan laporan tentang keadaannku.

Waktu2 aku harus minum obat pun, Bruder Frank siap dengan obat2an dan vitamin2ku. Saat itu, obat2an dan viamin2 ku sangat banyak. Sehingga memang aku membutuhkan bantuan untuk memilah2 obat2an dan vitamn2ku.

Bruder Frank benar2 telaten. Dia fikus dengan pekerjaannya, merawat dan menemaniku. Bukan hanya sekedar seperti seorang suster atau bruder biasa saja, tetapi Bruder Frank seperti bapakku yang sangat sabar dan sayang kepadaku ......

Kupikir, pesawatku terbang dengan lambat sekali! Aku sudah tidak sabar untuk sampai keJakarta!

Terbayang, nanti anakku berteriak2,

"Mamaaaaaa ...... mamaaaaaa ...... mamaaaa .....",

Seperti waktu aku masih di rumah sakit di San Francisco.

Aku kangen sekali kepada mereka. Aku juga kangen kepada kedua orang tuaku. Kepada bapakku yang selalu memelukku denan lembut dan mengusap2 punggungku, jika aku emosi dan marah.

Aku sudah tidak sabar lagi, untuk bertemu dengan mereka!

"Ayooooo, cepat lah, pesawatku! Cepatlah ....."

Pramugari2 cantik itu selalu tersenyum untuk semua orang, terutama untukku. Merka selalu menanyakan keadaanku, sambil berkata kepada Bruder Frank, jika membutuhkan sesuatu, silahkan hubungi mereka.

Sebuah pelayanan standard, tetapi saat itu bermakna sangat dalam!

Terbukti ketika dalam penerbangan dari San Francisco ke Taiwan atau ketika penerbangan antara Taiwan ke Jakarta saat itu, mereka denan cepat dan ramah memberikan apa yang aku butuhkan melalui Bruder Frank.

Saat itu dalam penerbanganku dari San Francisco ke Taiwan, tubuhku sangat dingin, walau AC di sekutarku bahkan disekitar Bruder Frank, sudah dimatikan, tetapi tubuhku sanat dingin.

Bruder Frank pun menyelimuti ku dengan 2 selimut tebal, tetapi tetapi saja tibuhku dingin. Sehingga, dia meminta pramugari, ditengah malam, bantal penghangat untukku!

Memanaskan tubuhku tidak cepat, saat itu. Aku menggigil.

Mungkin, itu adalah tanda2 awal aku pendarahan, karena esok nya, sebelum pesawat mendarat  di Taiwan untuk transit menuju Jakarta, pendarahan ku deras mengucur, walau aku tidak merasakannya ......

Pramugari2 itu memang bukan hanya bicara saja, tetapi mereka benar2 membantu setiap penumpang. Terutama, aku, yang memang sangat membutuhkan bantuan apapun! Bahkan bantuan sekecil apapun, karena aku benar2 belum bisa banyak berbegark.

Bruder Frank pun terus focus dengan keadaannku, dan setiap saat dia email dengan rumah sakit di San Francisco, dia selalu menunggu balasannya. Dia sungguh telaten .....

Aku benar2 tidak sabar!

Astaga! Aku benar2 tidak sabar untuk sampai ke Jakarta!

Pesawat seperti melambat, disaat hatiku semangat untuk berjuang!

Duniaku seakan berputar hanya untukku saja. Seakan semua orang yang kukenal, hanya focus menungguku sampai. Pasti, kedua orang tuaku sudah tiba di bandara untuk menjemputku. Tetapi, mungkin anak2ku masih les ....

Ah, tidak mngapa ...

Toh, nanti malam mereka pasti menemuiku di rumah sakit .....

Aku juga yakin, bahwa bapakku sudah mengabarkan berita aku akan pulang ke sahabat2ku, dan kepada atasan2ku. Aku yakin itu.

Ketika aku sempat diceritakan oleh adikku tentang betapa semua teman dan sahabat2ku melalui Facebook, mendoakan aku dan menungguku pulang, aku yakin sekali mererka memang sedang menungguku pulang.

Sungguh, hatiku sungguh bahagia, membayangkan duniaku akan segera kembali lagi. Dunia ceriaku, dunia kebanggaanku .....

Aku menunggu dengan sungguh sangat tidak sabar! Tidak sabar!

Pesawat ku terus terbang cepat, sebenarnya, dan aku hanya mnunggu, dengan mata menerawang, melihat masa depan dengan penuh harapan ......

Duniaku, aku pulang ......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun