Setelah kami tenang, pesawat mulai dibuka untuk penumpang yang lain. Penerbangan ini hanya memakan waktu antara 4 atau 4,5 jam saja, untuk sampai ke Jakarta.
Dengan waktu yang relative sebentar dibanding dengan penerbangan dari San Francisco ke Taiwan ang memakan waktu sekitar 20 jam, ini merupakan penerbangagn yang tidak terlalu tinggi dari permukaan bumi.
Kulihat, Bruder Frank pun tenang.
Begitu pesawat terbang, diapun membuka laptopnya. Siap untuk bekerja untuk mengamati keadaanku. Dia akan mengirimkan email langsung, dengan laporan tentang keadaannku.
Waktu2 aku harus minum obat pun, Bruder Frank siap dengan obat2an dan vitamin2ku. Saat itu, obat2an dan viamin2 ku sangat banyak. Sehingga memang aku membutuhkan bantuan untuk memilah2 obat2an dan vitamn2ku.
Bruder Frank benar2 telaten. Dia fikus dengan pekerjaannya, merawat dan menemaniku. Bukan hanya sekedar seperti seorang suster atau bruder biasa saja, tetapi Bruder Frank seperti bapakku yang sangat sabar dan sayang kepadaku ......
Kupikir, pesawatku terbang dengan lambat sekali! Aku sudah tidak sabar untuk sampai keJakarta!
Terbayang, nanti anakku berteriak2,
"Mamaaaaaa ...... mamaaaaaa ...... mamaaaa .....",
Seperti waktu aku masih di rumah sakit di San Francisco.
Aku kangen sekali kepada mereka. Aku juga kangen kepada kedua orang tuaku. Kepada bapakku yang selalu memelukku denan lembut dan mengusap2 punggungku, jika aku emosi dan marah.