Aku pun harus menghidupi diriku sendiri, karena kepada siapakah aku berlindung dan bergantung untuk hidup? Uang dari mana? Karena aku juga sadar bahwa mantan ku sama sekali tidak mau membiayaiku dan anak2ku, termasuk sekolah mereka.
Berarti, aku harus bisa bejkerja lagi! Walau mungkin aku tidak sembuh!
Direktur2 ku sudah memberi aku kesempatan sekuas2nya untuk aku bisa kembali bekerja, walau mungkin aku tidak bisa bekerja di posisiku sebelumnya, tetapi aku tetap bisa bekerja, bukan?
Jadi, setelah ini, setelah aku berada di Jakarta, di rumahku sendiri, aku harus benar2 belajar untuk bisa bergerak! Belajar berjalan lagii! Dan, suaru saat entah kpan, aku akan bisa berjalan! Itu tekadku, untuk hidupku!
Aku tidak mau muluk2, secara aku benar2 tidak tahu harus bagaimana. Aku Cuma mau belajar, belajar dan belajar!
Jika Tuhan berkenan, aku hanya ingin tetap bisa bekerja lagi! Itu saja! Karena, bagaimana dengan kedua anak2ku jika aku benar2 tidak bisa menghasilkan uang lagi?
Kasihan kedua orang tuaku, mereka sudah tua, dan berapa lama mereka bisa uat mendampingiku, termasuk dana untuk pendidikan anak2ku?
Semangatku sungguh menggebu, ditambah candaan2 Bruder Frank dan dadikku selama  di dalam ambulance.
Auman sirine ambulance yang membawaku, terus terdengar, jalanan dari hotel ke bandara pun macet sekali. Tetapi karena kami berangkat dari hotel cukup pagi setelah makan pagi sekitar jam 7.00 pagi dan check-out, waktu kami pun cukup untuk sampai ke bandara.
Tidak berapa lama, kemudian kami sampai ke Bandara Internasional Taoyuan Taiwan. Ambulance langsung diserbu oleh petugas2 bandara, dan aku diletakkan di Bandar bandara, setelah pintu ambulance terbuka.
Adikku sibuk dengan keberangkatanku, dengan koper2 kami di conter chek-in, sementara Bruder Frank sibuk dengan mengurus aku untuk bisa masuk ke pesawat.