Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sewu Kutho (Tribute to Lord Didi Kempot)

12 Mei 2020   11:52 Diperbarui: 12 Mei 2020   12:19 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Stasiun Solo Balapan, sumber : mediaindonesia.com

"Andi, kami akan mencoba sekali lagi dengan memulai lagi dari sini. Mas Pram juga sudah pisah dengan Lucy, pacarnya itu. Aku akan merawat Mas Pram. Mas Budi, kakaknya Mas Pram yang dokter itu juga berjanji akan support kami sembari mencarikan donor ginjal bagi Mas Pram. Doain kami ya di" kali ini Retno tidak dapat lagi menahan air matanya.

Andi terdiam dalam bisu. Pupus sudah harapannya, tiada lagi yang tersisa. Bahkan untuk sekedar ciuman backstreet dalam khayalnya.

Ah, tapi ia sudah mencobanya. Sewindu pencarian itu tuntas sudah. Hasilnya sia-sia. Andi membuang waktunya selama delapan tahun untuk kesia-sian belaka. Ambyar tenan!

Hidup ini memang ambyar dan edan. Andi dan Retno saling mencintai. Pram dan Lucy juga saling mencintai. Akan tetapi "Setan" kemudian menikahkan Pram dengan Retno atas nama perjodohan. Jancuk tenan rek! Pram dan Lucy masih bisa memadu kasih dalam perselingkuhan mereka, sedangkan Andi hanya bisa merem melek meluk guling sambil membayangkan wajah Retno...

Awalnya Andi heran, mengapa Pram tidak mau melepaskan Retno kepada Andi, padahal Pram sendiri tidak pernah mencintai Retno.

Akhirnya Andi mendapatkan jawabannya. Pram merasa Retno sejak semula memang menginginkan perkawinan itu. Akhirnya Pram jadi benci kepada Retno.

Kedua, sebelum menikah Retno berbicara kepada Pram bahwa dia sudah menyerahkan kesuciannya kepada Andi. Sejak itu Pram berniat "membunuh" Andi

Entah mengapa Stasiun Balapan selalu disiram hujan ketika Andi sedang berada disana. Hujan memang selalunya meninggalkan genangan dan kenangan...

Andi menghela nafas panjang. Kini ia bisa melihat persoalan cintanya kepada Retno itu secara komprehensif.

Andi justru merasa kasihan kepada Retno, Pram dan Lucy daripada alih-alih membenci mereka itu.  

Kereta menuju Jakarta sudah bersiap-siap meninggalkan peron Stasiun Balapan ketika Andi justru turun dari kereta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun