Mohon tunggu...
Money

Digital Money: Peluang dan Tantangan bagi Bisnis Perbankan

8 November 2017   07:28 Diperbarui: 8 November 2017   15:14 12056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fintech hadir dengan beragam bentuk dan layanan. Mulai dari layanan peminjaman (lending), penggalangan dana (crowdfunding), jasa pembayaran dan pengiriman uang, manajemen investasi hingga layanan edukasi dan pengelolaan keuangan pribadi. Industri yang satu ini sukses memberikan kemudahan finansial bagi masyarakat.

Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, terutama dua tahun belakangan, ada perusahaan-perusahaan rintisan (startup) berbasis teknologi yang memang terus tumbuh. Mereka mulai menggarap sektor finansial, dan melakukan sejumlah pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh bank, misalnya transfer dana, pembayaran, peminjaman modal, kredit, hingga pengelolaan aset. Startup demikian biasa disebut fintech alias financial technology.

Bank konvensional memiliki beberapa masalah spesifik yang bisa dengan cepat diatasi oleh startup fintech. Jangkauan konsumen misalnya. Fintech mampu menjangkau masyarakat yang tidak memiliki akses perbankan (unbanked) khususnya UKM. Ia juga akrab dengan generasi millennial yang melek teknologi. Generasi yang anti dengan proses berbelit-belit yang sering kali ditujukan kepada bank dan lembaga keuangan. Di sisi lain, startup fintech kerap tersandung masalah reputasi dan kepercayaan. Melalui kolaborasi dengan bank, startup fintech dapat memanfaatkan reputasi bank dan lembaga keuangan yang sudah terbangun bertahun-tahun. Fintech juga dapat belajar dari pengalaman dan pengetahuan terkait industri keuangan serta manajemen risiko yang baik dari bank.

Sejumlah bank di Indonesia memang sudah mengejar ketertinggalan itu dengan mencetuskan beberapa inovasi layanan yang menyerempet pada  layanan digital. Bank Mandiri misalnya, membuat Mandiri Capital Indonesia (MCI) untuk berinvestasi pada startup, membantu usaha-usaha rintisan tersebut untuk berkembang dan membuka akses kepada jaringan merchant dan konsumen.

Awal Februari, MCI bersama dengan Lynx Asia Partners, Beenext dan Midplaza Holding berinvestasi untuk Amartha. Bank Bukopin juga melakukan cara serupa. Mereka membangun BNV Labs, bersama KIBAR untuk pengembangan startup.

BCA, salah satu bank terbesar di Indonesia, punya cara lain. Mereka mengakuisisi Central Capital Ventura dengan suntikan modal Rp200 miliar pada akhir Januari lalu. BCA juga mengeluarkan aplikasi Sakuku, untuk mempermudah nasabah melakukan proses perbankan dengan hanya lewat ponsel. Usaha serupa juga dilakukan Bank Danamon dengan aplikasi D-Cash, dan Bank BPTN dengan aplikasi Jenius.

Dengan adanya kecepatan pertumbuhan teknologi, Mckinsey (2016) memprediksi tren pada industri perbankan dalam 10 tahun mendatang. Regulasi lokal dan internasional diperkirakan akan semakin ketat dalam mengatur keseluruhan aspek dari industri ini. Selain itu, terjadi pergeseran ekspektasi pelanggan dan teknologi digital diperkirakan akan menyebabkan perubahan besar serta memberikan profil konsumen industri perbankan yang berbeda.

Big data, machine learning, dan crowdsourcing harus menjadi kekuatan utama dalam manajemen risiko suatu perusahaan terutama dalam membantu mengidentifikasi dan mengurangi munculnya risiko baru, seperti risiko akibat efek simultan dari pengaruh global dan cycberattack.Selain itu, fungsi manajemen risiko perusahaan akan diperlukan untuk memperbaiki mekanisme perusahaan dalam melakukan keputusan bisnis dalam semua aspek, termasuk mewujudkan target cost savingdalam sistem operasi sebagai kekuatan bersaing.

Oleh karena itu, fungsi manajemen risiko dalam bank tidak hanya dalam mengidentifikasi dan mengurangi risiko, tetapi keputusan yang dihasilkan harus lebih stratejik dan turut berkontribusi dalam mendukung bisnis dan organisasi, serta menjadikan perusahaan lebih siap dan adaptif dalam menghadapi peraturan baik lokal maupun internasional. Juga, diantara bank dengan fintech company tersebut harus merangkul satu sama lain, karena tidak dapat dipungkiri bahwa kedua lembaga tersebut sama-sama membutuhkan dukungan.

Dukungannya pun banyak, misalnya, bank menjadi salah satu mitra fintech company yang menyediakan e-wallet. Bank sendiri tidak akan kehilangan nasabahnya, karena fitur yang disediakan untuk mengisi ulang e-wallet tersebut hanya melalui bank yang bersangkutan. Selain itu, fintech company tersebut juga mendapatkan konsumen melalui kemudahan pengisian e-wallet yang dapat melalui berbagai bank.

3. Bagaimana perbankan memanfaatkan peluang bisnis dan mengantisipasi risiko penggunaan digital money

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun