“Belum, Mbah.”
“Kenapa belum makan?”
“Dimarahi romo, Mbah.”
“Dimarahi? Kenapa?”
“Tabung elpijin romo saya rombeng.”
“Salahmu sendiri kalau sekarang jadi lapar.”
“Iya, Mbah, memang saya salah. Kalau pun benar tapi tidak ada orang yang tahu. Jadi tetap saja salah. Kalau tahu seperti ini, baju Raden Gatotkoco tidak usah saya kembalikan dulu.”
“Sudah, sudah! Kalau lapar segera pergi ke dapur. Mumpung sayurnya baru saja dipanasi.”
“Tidak, Mbah. Itu tadi saya hanya bercanda. Apa iya saya setega itu menjual elpiji romo.”
“Dasar!”
Petruk terkekeh sambil mengambil sebatang rokok di atas meja. Setelah menyalakannya dia duduk di sebelah Cak Gepeng. Dua lelaki dari dua dunia yang berbeda itu segera asyik dalam perbincangan hangat. Seolah-olah kawan lama yang sudah sekian tahun tak saling jumpa.