Al dan aku sempat merasakan indahnya masa pacaran. Al pasti pulang ke Indonesia saat musim liburan. Memang berbeda, saat membayangkan seseorang berada di dekat kita dan saat bisa menggenggamnya dengan nyata.
Satu tahun terakhir rasanya begitu berat. Al sempat tak mau bertemu lagi. Aku memaklumi. Al yang dulunya gagah dan sehat kini harus terbaring di tempat tidur dan sangat tergantung pertolongan orang lain. Hanya kekerasan hatiku yang sanggup mencairkan lagi kebekuan hatinya. Aku hanya ingin membuktikan dalam keadaan apapun cintaku tak pernah berubah untuk Al....
****
Pukul 17.00
"Mandi dulu ya pak..."
Dua orang suster masuk ke kamar dengan membawa peralatan mandi. Tubuh Al yang semakin kurus itu tampak dengan mudah di lap dan dibersihkan.
"Nanti kalau pulang ke rumah sudah ada yang bisa memandikan, kan sekarang sudah ada istri."Suster itu menggoda.
Al sempat memandang ke arahku. Aku melihat wajahnya bersinar-sinar hari ini. Al memang sempat menolak pernikahan ini beberapa kali. Al merasa tak adil kalau aku harus merasakan penderitaannya, rasa sakitnya. Al tak ingin berbagi denganku soal itu.
"Sudah selesai pak Al."
Dua suster itu pamit keluar. Aku baru bisa memandangnya dengan leluasa. Â Mencium pipinya sambil merasakan wangi sabun yang terasa menyegarkan. Masih terlihat sisa-sisa ketampanannya dulu. Aku tak salah menikahinya. Bukan cuma aku yang jadi penyemangat hidup Al tapi Al juga memberiku kekuatan lebih untuk memperjuangkan hidup dan cinta kami berdua.
****