****
Pukul 10.00
Hari bahagia kami tiba juga. Aku sudah berdandan dari jam 7 tadi. Aku ingin terlihat cantik di mata Al. Dengan baju pengantin putih yang sudah kusiapkan. Aku harus menyiapkan semuanya dengan sangat sederhana dan cepat. Bahkan ijin dari rumah sakit pun baru kudapat kemarin
Aku menarik nafas berkali-kali. Dag dig dug rasanya membayangkan pernikahan ini. Tak ingin membayangkan hal-hal yang terlalu manis yang akan kujalani bersama Al. Aku hanya ingin menyatakan besarnya rasa cintaku pada Al, hingga tak takut untuk memutuskan menjadi pendamping hidupnya...sampai maut memisahkan.
"Hai sayang..."
Aku mendekati tempat tidur Al. Melihatnya tersenyum sambil menatapku lekat. Kami menghabiskan waktu beberapa menit untuk saling berbicara dari hati ke hati...tanpa suara. Aku memang tak bisa banyak bicara, sama seperti Al juga. Tapi kami punya cinta yang lebih banyak berbicara lewat sikap kami, lewat rasa yang kami bangun dengan pengertian yang dalam akan hidup dan cinta yang akan kami perjuangkan sampai mati.
"I love you..."Bisikku di telinga Al.
Aku hanya melihatnya menangis. Sekalipun Al tak berkata apa-apa. Aku meyakini banyak yang ingin disampaikannya sebagai laki-laki normal meskipun dengan tubuh yang tak lagi normal.
****
Sepuluh jam bersamamu, adalah sepuluh jam terindah yang pernah terasa. Disaksikan keluarga dan sahabat, foto pernikahan yang akan selalu menjadi kenangan yang terekam.
Tak pernah berpikir hanya bisa menikamati kebahagiaan itu selama sepuluh jam. Aku selalu berkata, kalau aku punya ketulusan, cinta tanpa syarat dan kesabaran. Aku hanya ingin memberikan kebahagiaan untuk Al, untuk segala cinta yang sempat ku terima darinya, walau kesempatan terakhir ini hanya bisa kulalui...sepuluh jam bersamanya.