Bu Herlina dan Humaira, sebetulnya ingin berbasa-basi mengakrabkan susana juga kepada Rain Fello, namun nampaknya ia terlihat gusar dan terganggu, seolah simpati tak lebih belas kasihan menyedihkan, lalu ia menerangkan bahwa, “Laki gue di penjara!”
OH! Terang saja hal itu tidak membantu ketenangan Humaira, terlebih suster Jane menjelaskan, “Kapasitas ambulans sebetulnya hanya untuk satu pasien, dan dua petugas medis, ini keadaan darurat ibu-ibu. Maaf, suamimu tidak bisa turut serta.”
Ismail tak punya pilihan, “Tenang yang, abi sudah pesan Gojek, sejam lagi abi nyusul.” Seraya mengecup kening istri, keluar dari ambulans. Petugas menutup pintu ambulans, setelah memastikan semua pasien masuk, ditemani suster Jane.
Ambulans dipacu berkecepatan sedang ke tempat tujuan. Rambatan hujan mulai menciprat halus, seiring angin menggelebuk dan halilintar menggelegar, serta kilat sepanjang jalan. Bayangan Petugas Polisi nampak dari kaca mobil kap depan, memberi kode cahaya lampu senter, supaya menepi dan menghampiri, menyampaikan info, “Insiden kontainer terbalik, melintang menghalang di tengah lintasan, bapak harus belok arah jalan.”
Pilihan belok arah memutar bukit, untuk sementara tak terelak, berpacu dengan waktu, “Kita tidak bisa stop menunggu truk diderek, atau ibu-ibu bisa mengalami kontraksi pembukaan bayi, sementara dr. Ferry tidak hadir di sini, Raka!” Suster Jane menjelaskan.
Cuaca yang terus memburuk sepanjang jalan, membuat Raka tidak bisa ambil resiko mengulur waktu lebih lama tiba di RS. Central, apalagi ibu Humaira telah menunjukan gejala pembukaan ketuban bayi. “Kita memutar!” Lanjut Raka, dan memang jarak tempuh bertambah jadi jauh, jalan lengang diapit-kiri kanan Hutan Jati. “Facebook gue mati signal.” Keluh suster Jane, “Mau bagaimana lagi, ini Perbukitan dan Hutan.”
Tiba-tiba ambulans direm mendadak! Anjing! Sahut Bu Fello kaget dan mengalami kontraksi. Suster Jane menenangkan, bahwa semua baik-baik saja. Raka di depan kemudi menjelaskan, “Ada kecelakaan di depan!” Sambil membuka kaca skat, kabin belakang.
Gerimis halus masih belum terasa cipratannya, seorang lelaki tampan bersetelan jaket kulit, berlari mendekat, dan tampaknya meminta bantuan, “Semuanya baik-baik, mas?” Tegur Raka, begitu lelaki itu menyampak ke jendela ambulans, menghampiri.
“Saya Byron, Om! Rantai motor saya putus, ada kecelakaan sedikit tadi. Barangkali saya bisa meminjam peralatan.” Lanjutnya, “Supaya saya bisa melanjutkan perjalanan.” Raka ingin menawarkan tumpangan, tapi itu melanggar aturan, karena ia sedang bertugas membawa pasien.
“Baiklah!” Rasanya tidak manusiawi menurut Raka, meninggalkan orang ini di tengah hutan, secara cuaca akan terjadi badai. Ia mengambil kotak peralatan, berjalan bersama pria tampan itu ke motornya yang terguling di tengah jalan, memperbaiki rantai.
Gelegar petir dan kilat, terasa cetar membahana. Suster Jane jengkel, Raka malah meladeni orang itu, sementara Bu Humaira mulai kontraksi, dan Mbak Fello menjadi sangat menyebalkan tiba-tiba membuka pintu belakang ambulan, keluar. “Kamu kenapa?” Tukas Jane.