Mohon tunggu...
Byron Kaffka
Byron Kaffka Mohon Tunggu... Karyawan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bunting Mutilasi

3 September 2016   20:22 Diperbarui: 4 September 2016   12:30 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Byron! Mereka tersentak! “Bawa lari bayinya, Bunda!” Jerit Humaira, sebelum tersedak tak lagi bisa berteriak, ia mematahkan lidi di tangannya, terus menusukan pada kedua mata Byron, di belakang wajahnya. JLEBB! AGHHH! Lelaki itu mengerang, menjatuhkan diri di antara bebatuan cadas, lalu berdiri mencabut satu persatu lidi yang menancap matanya secara mengerikan, berlumur darah.

Di antara dua bayi dan Humaira, Herlina di hadapkan kepada dilema yang sulit. Humaira mempermudah Herlina, agar naik dari sungai membawa kedua bayi, agar meninggalkan dirinya saja. Ia memperlihatkan kakinya yang terhimpit di antara batu, tak mungkin bergerak!

Keadaan semakin mendesak, deru air tiba-tiba terdengar lebih keras dari hujan, gulungan air bah datang. Sepertinya pintu bendungan sudah dibedah! “Bilang aku cinta sama Miska, Bunda.” Humaira terisak,  “Aku kasih anak cowok buat dia.” Ucapan terakhir Humaira ke hadapan Herlina, saat Herlina mengambil bayi kedua ke buaiannya, lalu berpaling secepat mungkin, berpacu dengan gulungan air bah yang datang segera!

Byron bangkit selesai mencabuti lidi di mata, sepertinya tersisa satu mata yang masih rabun menerawang di antara gelap. Humaira tak buang kesempatan, saat Byron melangkah melewati dirinya, hendak mengejar Herlina dan bayinya. Humaira menghantamkan batu hingga lelaki itu roboh ke dekatnya.

Gulungan air menderu keras, menyampak seolah memburu ke area. Humaira merayap pada tubuh jatuh Byron, menangkap kakinya, lalu melepas sabuk yang melilit di leher, mengikatkan diri pada keduanya. “JANCUK!” Upat Byron, melihat dirinya terikat bersama Humaira, saat air bah menabrak kedua tubuh mereka.

“Aku seret kau ke neraka, Byron!” Upat Humaira tabah, saat air bah menerjang tubuh keduanya.

***

Herlina mencapai tepi sungai, menaikan kaki dan menelentangkan tubuh menatap angkasa, dua bayi ia taruh di kedua sisinya, ringtone selular berbunyi dari saku daster terdengar, mulai signal selular masuk. Matanya letih tertutup. Dalam gelap, ia mendengar sirine dan kerlap-kerlip lampu di pelupuk matanya.

SELESAI

KATARSIS : RS. Central : Kelopak mata terbuka, kilau cahaya putih menerawang pandang, mengarah ke sekitar, ternyata diri kini tengah telantang di atas ranjang ruang rawat, begitu menyadari suster seksi dengan span pendek muncul dari balik pintu, mengganti kantung infus. Seraya berkata, "Anda ditemukan team SAR hayut dari sungai dengan luka-luka, tuan Byron Khafka."

Suster memandang tubuh lelaki bertelanjang dada di balik selimut, penuh rasa minat, meski berbalut perban di sekitar kepala dan lingkar dada, "Tertarik dengan pria terluka?" Goda Byron, menyingkap selimut hingga pangkal pinggang terbuka, "Aku rasa aku bisa menanganinya, suster Maitra Tara." Senyum Byron terkembang membaca papan nama di seragam suster.

#AbyKahfi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun