Mohon tunggu...
Budi Yanto
Budi Yanto Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 009 BUKIT INDAH

"BELAJAR SEPANJANG HAYAT"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Media Video dan Model Pembelajaran Cooperatif Type RTE

2 Oktober 2022   22:22 Diperbarui: 2 Oktober 2022   22:34 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru sebagai tenaga profesional dituntut untuk memiliki kompetensi paedagogi, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Upaya untuk menguasai keempat kompetensi itu melalui pendidikan formal hanyalah merupakan syarat mutlak bagi guru. Akan tetapi upaya peningkatan kemampuan terus menerus (continuous improvement) merupakan syarat yang tidak perlu ditawar-tawar lagi. Salah satu pilihan upaya yang bisa digunakan guru untuk melakukan  continuous improvement adalah melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas  merupakan salah satu alternatif model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran dalam beberapa siklus secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kesejawatan dan saling membutuhkan (Suharsimi Arikunto, 2006 : 23). Dengan kata lain PTK merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikanyang tak pernah berakhir. Dari segi profesionalisme, PTK juga dipandang sebagai suatu unjuk kerja seorang guru yang professional karena studi sistemik yang dilakukan terhadap diri sendiri dianggap sebagai tanda (hallmark) dari pekerjaan guru yang professional (Hopkins, 1993 dalam Wardani, 2000).

Alasan lain yang juga ikut memperkuat perlunya guru melakukan PTK adalah keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan pengembangan di sekolahnya dan mungkin ditingkat yang lebih luas, sehingga ia perlu melakukan reviu terhadap kinerjanya sendiri, untuk selanjutnya dapat dipakai sebagai masukan terhadap kinerjanya sendiri, untuk selanjutnya dipakai sebagai masukan dalam reviu  kinerja sekolah. Kegiatan menilai daya serap, reviu muatan kurikulum, atau reviu teknik pembelajaran yang efektif memerlukan keterampilan untuk melaksanakan PTK, guru akan merasa lebih mantap berpartisipasi dalam berbagai kegiatan inovatif. Dengan kata lain PTK adalah suatu tindakan perbaikan pembelajaran yang memerlukan kompetensi secara komperhensif.

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti diarahkan pada mata pelajaran Matematika . Berdasarkan hasil analisis nilai peserta didik kelas IV SDN 009 BUKIT INDAH Kecamatan Rakit Kulim Kabupaten Indragiri Hulu  untuk matri  pecahan   diperoleh data sebagai berikut :

  1. Pada pembelajaran  konsep pecahan, nilai rata-rata peserta didik  pada topik ini hanya mencapai 5,00 dari Kriteria Ketuntasan Minimal 6,00.
  2. Berdasarkan catatan penulis, pada pembelajaran konsep pecahan ini peserta didik cenderung pasif.

            Berdasarkan refleksi yang penulis lakukan, identifikasi penyebab masalahnya antara lain :

  • Guru belum optimal dalam menggunakan Media pembelajaran.
  • Metode, Model Pembelajaran kurang menarik bagi siswa, sehingga siswa merasa bosan
  1. Pengunaan Model, Metode, dan Media Pembelajaran belum mengakomodir kebutuhan siswa sesuai karakternya.
  2. Kurang penguasaan teori model, media, dan karakteristik pesrta didik .
  3. Guru kurang terampil mengelola kegiatan pembelajaran.

Dari analisis penyebab masalah, penulis dengan bantuan rekan sejawat dan supervisor, dalam hal ini adalah pengawas SD Kecamatan Rakit Kulim merencanakan alternatif pemecahan masalah. Alternatif pemecahan masalahnya sebagai berikut :

Pembelajaran Matematika pada materi pecahan   akan menggunakan :

1. Pendekatan pembelajaran scientifik.

2. Model Pembelajaran Cooperatif type Rotation Exchange (RTE)

3. Menggunakan Media pembelajaran berbasis Video.

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Apakah model pembelajaran Cooperatif type Rotation Exchange (RTE) dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Video  dapat meningkatkan Minat  dan hasil belajar  peserta didik tentang pecahan ?

C.  Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Kegiatan perbaikan pembelajaran yang penulis laksanakan bertujuan :

  1. Meningkatkan minat dan hasil belajar pesrta didik pada muatan pelajaran Matematika, materi pecahan.
  2. Mendeskripsikan dampak penggunaan pembelajaran model pembelajaran Cooperatif type Rotation Exchange (RTE) dengan media Video  terhadap hasil belajar peserta didik.
  3. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam menerapkan model pembelajaran Cooperatif type Rotation Exchange (RTE)
  4. Menerapkan solusi yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala dalam menerapkan model pembelajaran Cooperatif type Rotation Exchange (RTE) dan media pembelajaran berbasis video.

D.  Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Bagi peserta didik pembelajaran model pembelajaran yang lain dari biasanya memberikan pengalaman baru dan diharapkan memberikan kontribusi terhadap peningkatan belajarnya. Peserta didik memiliki kesadaran bahwa proses pembelajaran adalah dalam rangka mengembangkan potensi dirinya, karena itu keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh peserta didik. Disamping itu, melalui penelitian ini peserta didik terlatih untuk dapat memecahkan masalah dengan pendekatan ilmiah dan peserta didik didorong aktif secara fisik, mental, dan emosi dalam pembelajaran.

Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan profesional, dan pembelajaran inkuiri menjadi alternatif pembelajaran untuk meningkatkan prestasi peserta didik. Memberikan kesadaran guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan, materi, karakteristik siswa, dan kondisi pembelajaran. Guru mempunyai kemampuan dalam merancang model pembelajaran yang merupakan hal baru bagi guru, dan menerapkannya dalam pembelajaran. Dengan penelitian ini, kemampuan guru mengaktifkan peserta didik dan memusatkan pembelajaran pada pengembangan potensi diri peserta didik juga meningkat, sehingga pembelajaran lebih menarik, bermakna, menyenangkan, dan mempunyai daya tarik. Disamping itu penelitian ini dapat memperkaya pengalaman guru dalam melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran dengan refleksi diri atas kinerjanya melalui PTK.

Bagi kepala sekolah penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk kebijakan dalam upaya meningkatkan proses belajar mengajar (PBM) dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik serta perlunya kerjasama yang baik antara guru dan guru dengan kepala sekolah.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Media Pemebalajaran Matematika

Menurut Nurhati, N., & Yanti, P. G. (2022: 7590). Jika siswa menggunakan gawai untuk mencari bahan   pembelajaran,   menonton   video   pembelajaran,   akan   meningkatkan   prestasi   belajar. Jika   siswa menggunakan  gawai  hanya  bermain  permainan  serta  menonton  video  bersifat  negatif  akan  menurunkan prestasi belajar siswa.

Sejak tahun 50-an sampai tahun 70-an tidak kurang dari 20 rangkuman penelitian penggunaan media pembelajaran dalam pengajaran matematika. Di antaranya : yang paling lengkap adalah rangkuman Dr. Higgins dan Dr.Suydan tahun 1976, yang antara lain menyimpulkan :

Pada umumnya penelitian itu berkesimpulan bahwa pemakaian media pembelajaran  dalam pengajaran matematika itu berhasil atau efektif dalam mendorong prestasi peserta didik.

Sekitar 60% lawan 10% menunjukkan keberhasilan yang meyakinkan dari belajar dengan media pembelajaran terhadap yang tidak memakai. Besarnya persentase yang menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran itu paling tidak hasil belajarnya sama dengan yang tidak menggunakan media pembelajaran adalah 90%.

Manipulasi media pembelajaran itu penting bagi peserta didik SD di semua tingkatan.

Ditemukan sedikit bukti bahwa manipulasi media pembelajaran itu hanya berhasil ditingkat yang lebih rendah.

Ada beberapa fungsi atau manfaat dari penggunaan media pembelajaran dalam pengajaran matematika, di antaranya:

Dengan adanya media pembelajaran, anak-anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran matematika dengan gembira, sehingga minatnya mempelajari matematika semakin besar. Anak akan terangsang, senang, tertarik, dan bersikap positif terhadap pengajaran matematika.

Dengan disajikan konsep abstrak matematika dalam bentuk kongkret, maka peserta didik pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti.

Media pembelajaran dapat membantu daya tilik ruang, karena tidak membayangkan bentuk-bentuk geometri terutama bentuk geometri ruang sehingga dengan melalui gambar dan benda-benda nyatanya akan terbantu daya tiliknya sehingga lebih berhasil dalam belajarnya.

Anak akan menyadari adanya hubungan antara pengajaran dan benda-benda yang ada di sekitarnya, atau antara ilmu dengan alam sekitar dan masyarakat.

Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk kongkret, yaitu dalam bentuk model matematika dapat dijadikan objek penelitian dan dapat pula dijadikan alat untuk penelitian ide-ide baru dan relasi-relasi baru.

            Media pembelajaran untuk menerangkan konsep matematika itu dapat berupa benda nyata dan dapat pula berupa gambar atau diagramnya. Media pembelajaran yang berupa benda-benda real itu memiliki keuntungan dan kelemahan. Keuntungan benda-benda nyata itu dapat dipindah-pindahkan atau dimanipulasikan sedangkan kelemahannya tidak dapat disajikan dalam bentuk tulisan atau buku. Karenanya untuk bentuk tulisan kita buat gambarnya atau diagramnya tetapi tetap masih memiliki kelemahan karena tidak dapat dimanipulasikan berbeda dengan benda-benda nyatanya.

2.2. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

          Seringkali kita mendengar kata penelitian, yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris : research, yang berarti kegiatan pencaharian atau ekspolrasi untuk menemukan jawaban dari masalah yang menjadi bidang kajian. Adapun yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research, yaitu satu action research yang dilakukan di kelas. Dari segi semantik (arti kata) action research diterjemahkan menjadi penelitian tindakan. Carr dan Kemmis (McNiff, J, 1991, p.2) mendefisikan action research sebagai berikut :
Action research is a form of self – refflective enquiry undertaken by participants (teachers, students or principals, for example) in social (including educational) situations in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these practices, and the situations (and institutions) in which the practices are carried out.

Berdasarkan definisi di atas terdapat beberapa ide pokok antara lain :

Penelitian Tindakan Kelas merupakan satu bentuk inkuiri atau penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri

Penelitian Tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah.

Penelitian Tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi pendidikan.

Tujuan Penelitian Tindakan adalah untuk memperbaiki : dasar pemikiran dan kepantasan dari praktek-praktek, pemahamn terhadap praktek tersebut, serta situasi atau lembaga tempat tersebut dilaksanakan

            Dari keempat ide pokok di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utama dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek. Berdasarkan pengertian tersebut maka Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan guru di dalam kelasnya melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar peserta didik menjadi meningkat.

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN

 

A.  Subjek Penelitian 

Lokasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan di kelas IV (Empat) SDN 009 BUKIT INDAH  Kecamatan Rakit Kulim Kabupaten Indragiri Hulu. Waktu pelaksanaan adalah dimulai dari tanggal  1 September  2022 dengan rincian sebagai berikut : 

  1. Pada hari Kamis tanggal 1 September  2022 perbaikan pembelajaran Matematika siklus I dari pukul 09.30 sampai dengan 10.40 WIB.
  2. Pada hari Sabtu tanggal 17 September 2022 perbaikan pembelajaran siklus II dari pukul 07.30 sampai dengan 09.15.

Karakteristik peserta didik kelas IV SDN 009 BUKIT INDAH adalah sebagai berikut : Jumlah  peserta didik laki-laki sebanyak 13 orang dan jumlah peserta didik perempuan adalah 10 orang yang  berasal dari desa stempat  di sekitar SDN 009 BUKIT INDAH yaitu  desa Bukit  Indah. Latar belakang peserta didik berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. 60 % pekerjaan orang tua peserta didik adalah buruh , 30 % adalah petani sisanya pedagang dan pegawai negeri sipil.

B.  Deskripsi Persiklus

Kegiatan perbaikan pembelajaran matematika untuk materi pecahan, dilaksanakan dalam dua siklus pembelajaran yang meliputi kegiatan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Pada setiap siklus perbaikan, penulis dibantu oleh rekan sejawat dan supervisor yaitu pengawas TK/SD Kecamatan Rakit Kulim yang selanjutnya pada laporan ini disebut tim peneliti. Berikut deskripsi dari setiap prosedur kegiatannya : 

1. Perencanaan

Pada siklus I berdasarkan identifikasi penyebab masalah pada pembelajaran pra siklus guru, rekan sejawat dan supervisor yang selanjutnya disebut tim peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut :

Merancang strategi dan skenario kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan pembelajaran yang disesuaikan dengan pendekatan belajar scientifik berbasis materi dan media video dengan penekanan pada metode pengamatan dan penyelidikan.

Menyusun Lembar Kerja Peserta didik (LKPD) yang sesuai dengan pendekatan belajar yang dimaksud.

Menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpulan data.

Sedangkan pada rencana tindakan siklus II yang dirumuskan berdasarkan refleksi dari siklus I tim peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut :

Melakukan review dan re-planning rancangan pembelajaran dimana pada siklus II fokus kegiatan belajarnya terletak pada pendemonstrasian teknik penyelesaian masalah pecahan campuran.

Mengembangkan lembar kerja peserta didik.

Mengembangkan instrumen observasi.

b. Pelaksanaan/Tindakan

Pada kegiatan pelaksanaan siklus I, rincian kegiatan yang dilakukan peneliti, rekan sejawat dan supervisor ialah :

  1. Peneliti sehari sebelum melaksanakan perbaikan pembelajaran, terlebih dahulu melakukan semacam micro teaching/simulasi tentang pembelajaran inkuiri  dengan bimbingan supervisor.
  2. Melaksanakan perbaikan pembelajaran di kelas sesuai langkah-langkah yang tercantum pada perencanaan perbaikan pembelajaran. Secara garis besar prosedur pembelajaran yang dilaksanakan sebagai berikut :

    • Mengajukan pertanyaan eksploratif/probing kepada peserta didik untuk menggali pehamaman mereka tentang jenis-jenis pecahan  dan konsep awal mengenai ciri-ciri pecahan.

    • Mengenalkan terlebih dahulu konsep awal pecahan.

    • Membagi peserta didik menjadi kelompok penyelidikan terpandu untuk menganalisis jenis-jenis pecahan dan menyelesaikan masalah penjumalahan dan pengurangan pecahan biasa melalui video yang telah diamati  dengan menggunakan panduan Lembar Kerja Peserta didik (LKPD).

    • Membimbing peserta didik untuk mengakurasi hasil penyelidikannya dengan konsep pecahan.
  1. Rekan sejawat dan supervisor di belakang kelas melakukan pengamatan.
  2. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahap tindakan.

Sedangkan pada siklus II garis besar prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajarannya adalah sebagai berikut :


    • Kegiatan awal peserta didik menyebutkan jenis-jenis pecahan dari pengetahuan awal mereka dan mengamati video pembelajaran.
    • Berdiskusi kelompok dan dilanjtkan dengan mendemonstrasikan teknik merubah pecahan .
    • Melatih peserta didik merubah pecahan .
    • Memberikan penguatan, terhadap hasil diskusi dan latihan peserta didik.

c. Pengamatan

            Pada kegiatan pengamatan, rekan sejawat dan supervisor mengamati peneliti dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran dan mengamati perilaku peserta didik pada proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen lembar observasi sebagai berikut :

Tabel 1

LEMBAR OBSERVASI SIKLUS I

Mata Pelajaran         : …………………………

Kelas                        : …………………………

Hari / Tanggal          : …………………………

Fokus pengamatan   : Penjelasan guru, penggunaan media pembelajaran, pemberian contoh

                                   dan latihan, serta  penggunaan teknik dan metode

                                   pembelajaran, sistematika penyajian, perubahan aktivitas

                                   siswa, kemajuan hasil belajar.

No

Aspek Yang diobservasi

Kemunculan

Komentar

Ada

Tidak

1.

Penjelasan konsep oleh guru

2

Pemberian contoh

3

Pemberian latihan.

4

Kemajuan hasil Belajar Siswa

5

Perubahan aktivitas siswa

6

Penggunaan media pembelajaran

7

Penggunaan teknik dan metode pembelajaran

8

Sistematika penyajian

                Pengamat ,

               …………..

Untuk memudahkan pengisian lembar observasi  tersebut, tim peneliti merancang deskripsi indikator keberhasilan dimana pengamat ketika membubuhkan tanda check list (√) pada kolom ada atau tidak memperhatikan indikator-indikator berikut ini :

 

No

Aspek Yang di Observasi

Indikator Keberhasilan

1

Penjelasan oleh guru

Relevan dengan konsep dan semakin mudah dipahami oleh anak.

2

Pemberian Contoh

Contoh relevan dengan konsep dan mempermudah anak untuk mengerjakan soal lainnya.

3

Pemberian latihan

Peserta didik semakin mahir menggambar bangun ruang

4

Kemajuan Hasil Belajar Siswa

Nilai peserta didik meningkat pada setiap siklusnya

5

Perubahan aktivitas siswa

Peserta didik semakin terlibat aktif dalam pembelajaran

6

Penggunaan media pembelajaran

Makin kongkritnya konsep yang diajarkan

7

Metode

Makin variatifnya metode dan relevan serta efektif terhadap peningkatan hasil belajar

8

Sistematika Penyajian

Urutan memperhatikan prinsip model spiral yaitu dari mudah ke sukar, sederhana ke kompleks, terdekat ke terjauh dsb.

Selain intrumen observasi di atas, tim peneliti akan menjadikan hasil penilaian peserta didik dalam pengerjaan LKPD dan pengamatan kerja kelompok sebagai bahan refleksi.

d. Refleksi

Berdasarkan lembar observasi (lihat lampiran) masih terjadi kelemahan-kelemahan mendasar pada saat perbaikan pembelajaran siklus I antara lain,

Contoh yang disajikan guru masih kurang.

Sistematika penyajian perlu diperbaiki. Pada saat tahap pengenalan konsep mestinya peneliti menggunakan pengetahuan peserta didik yang dikuasai tentang konsep jenis pecahan untuk dikaitkan dengan kosep penjumlahan dan pengurangan pecahan

Sebagian peserta didik masih belum memahami penjelasan guru.     

Sedangkan kekuatan perbaikan pembelajaran pada siklus I yaitu :

  • Pembelajaran Cooperatif  berimbas positif terhadap perubahan aktifitas dan kreatifitas peserta didik.
  • Media pembelajaran video cukup komunikatif dalam menyampaikan konsep materi pembelajaran. 

Selain hal tersebut agar kemampuan peserta didik secara individual dapat diukur, pada LKPD kelompok ada perintah untuk pengerjaan secara individual dalam naungan kelompok.

Sedangkan pada siklus II berdasarkan hasil observasi (terlampir) yang dilakukan rekan sejawat dan supervisor, didapati kekuatan-kekuatan perbaikan pembelajaran siklus II antara lain :

  • Penjelasan guru menjadi lebih jelas.
  • Contoh dan latihan disampaikan relevan dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan.
  • Sistematika penyajian terurut dengan baik.

BAB IV

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

 

A.  Deskripsi Per Siklus

Siklus I

          Setelah melakukan perencanaan tindakan dimana rancangan pembelajaran menggunakan pendekatan scientifik dan media pembelajaran video metode pengamatan dan penyelidikan berpandu pada LKPD, pelaksanaan berdasarkan prosedur pembelajaran yang di rancang dan pengamatan berdasarkan instrumen observasi. Diperoleh data perbandingan sebagai berikut :

a. Data nilai peserta didik

Siklus

KKM

Terendah

Tertinggi

Modus

Rata-Rata

Pra Siklus

60,00

35,50

60,50

45,00

45,80

Siklus I

60,00

50,00

100,00

70,00

75,00

Keterangan :

1. KKM = Kriteria Ketuntasan Minimal.

2. Nilai lengkap lihat pada lampiran.

b. Data Observasi

            Data-data yang diperoleh dari observasi adalah, sebagian peserta didik belum memahami penjelasan guru, kurangnya contoh, kurangnya latihan, adanya peningkatan kemajuan belajar, lebih aktif dari pembelajaran sebelumnya, metode sudah cukup veriatif, perlunya konsep yang sudah dikuasai anak ditampilkan pada kegiatan awal.

            Dari paparan tersebut dapat digambarkan keberhasilan-keberhasilan antara lain, pertama pendekatan belajar sudah tepat, kedua media pembelajaran memudahkan peserta didik mengerjakan LKPD, ketiga peserta didik aktif berpartisipasi dalam pembelajaran.

Sedangkan kelemahan-kelmahannya dapat digambarkan sebagai berikut, pertama belum semua peserta didik memahami penjelasan yang disampaikan guru, kedua masih ada nilai peserta didik yang belum mencapai nilai KKM, ketiga contoh dan latihan belum cukup dari segi kuantitas untuk meningkatkan kemampuan peserta didik. 

Siklus II

         Setelah melakukan rancang ulang rencana tindakan, melaksanakan tindakan yang dirancang, dan observasi pada pengamatan, diperoleh data sebagai berikut :

a. Data nilai siswa

Siklus

KKM

Terendah

Tertinggi

Modus

Rata-Rata

Siklus I

60,00

50,00

100,00

70,00

75,00

Siklus II

60,00

70,00

100,00

80,00

85,00

1. KKM = Kriteria Ketuntasan Minimal.

2. Nilai lengkap lihat pada lampiran.

b. Data Observasi

Peserta didik memahami penjelasan  konsep, contoh tepat, Latihan cukup, semua peserta didik sudah menunjukkan kemajuan belajar, metode penyelidikan membuat peserta didik tertantang sehingga terlibat aktif dalam proses pembelajaran, langkah pembelajaran terurut dengan baik sehingga setiap langkah bermakna dalam meningkatkan pemahaman peserta didik.

Dari data-data di atas khususnya dari nilai peserta didik apabila data nilai peserta didik ditampilkan dengan grafik, akan terlihat sebagai berikut :


  B.  Pembahasan 

           Berdasarkan data-data di atas temuan yang cukup menarik dari pembelajaran siklus I adalah rata-rata nilai peserta didik meningkat 32 % dibandingkan pembelajaran sebelumnya namun masih ada beberapa peserta didik yang belum mencapai nilai KKM (lihat nilai terendah). Apabila dikomparasi dengan hasil observasi rekan sejawat maka penyebabnya bukan pada model pendekatan pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan tetapi dari cara guru menjelaskan, latihan dan contoh yang kurang dan desain sistematika penyajian. Dengan kata lain teori belajar yang melandasi penggunaan pendekatan ini memang terbukti dapat meningkatkan keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran.

            Melihat hal tersebut tidak salah kiranya tim peneliti merekomendasikan agar cara menjelaskan guru diperbaiki dimana mengurangi istilah-istilah yang tidak dimengerti siswa, menggunakan ilustrasi-ilustrasi, diucapkan ulang pada bagian penting materi. Dan rekomendasi yang penting adalah perubahan pada kegiatan awal dimana pembelajaran dikaitkan dengan konsep yang sudah dipelajari anak. Sehingga hasil belajar siklus II meningkatkan kembali rata-rata nilai peserta didik menjadi 40 %.

BAB V

KESIMPULAN, SARAN DAN TINDAK LANJUT

 

A.  Kesimpulan

Kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan perbaikan pembelajaran ini adalah :

  1. Pendekatan pembelajaran scientifik  terpandu membuat peserta didik termotivasi sehingga mereka terlibat aktif dalam pembelajaran.
  2. Model belajar secara kelompok dapat menjembatani kesenjangan kemampuan antar peserta didik.
  3. Media pembelajaran yang komunikatif dan relevan dengan pengalaman belajar anak dapat meningkatkan pemahaman peserta didik.

B.  Saran dan Tindak Lanjut

  1. Disarankan kepada rekan-rekan sejawat yang mengalami masalah serupa dalam pembelajaran sifat-sifat bangun ruang agar melakukan pendekatan inkuiri sehingga pembelajaran menjadi bermakna karena peserta didik sendiri yang mengkonstruksi pengetahuannya.
  2. Kepada Kepala Sekolah disarankan agar membuka ruang kepada guru untuk bebas berkreasi dalam melakukan kegiatan profesionalnya dan mengutamakan proses ketimbang hasil.
  3. Kepada supervisor dalam hal ini pengawas TK/SD Kecamatan Rakit Kulim agar selalu membuka wawasan dan mengubah pandangan guru untuk selalu menyajikan pembelajaran yang variatif dan bermakna dan efektif dalam meningkatkan hasil belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk.(2007). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta : Universitas Terbuka

Anonim (2006) Kurikulum Standar isi. Jakarta : Depdiknas

Arifin, Zainal (1994). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; & Supardi (2006) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Karso, dkk. (2000) Pembelajaran Matematika II. Jakarta : Universitas Terbuka

Wardani, I G. A. K.; Wihardit, K; & Nasoetion, N (2000). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka

Nurhati, N., & Yanti, P. G. (2022). Pengaruh Penggunaan Gawai terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(4), 7586-7592.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun