Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perbedaan Tulisan Blogger dan Storyteller

27 April 2018   18:58 Diperbarui: 28 April 2018   00:25 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
writingcooperative.com

"Taksi!!" teriak saya memanggil taksi yang kebetulan lewat.

Ciiiit! Taksi tersebut jalannya terlalu ngebut sehingga ketika dia ngerem, berentinya sudah sekitar 10 meter melewati saya.

Dengan langkah cepat, saya pun berjalan menghampiri namun sekonyong-konyong seorang perempuan juga datang hendak menaiki taksi tersebut. Untungnya supir taksi itu tau etika, dengan halus dia menolak calon penumpang itu dengan mengatakan bahwa sayalah yang duluan memanggilnya.

"Mas, boleh gak saya pake taksi ini," tanya Sang Perempuan pada saya yang baru sampai di sana.

Astaghfirullah! Saya melotot dan terpaku seketika itu juga. Kenapa? Karena Inilah perempuan yang saya cari-cari sepanjang hidup. Selama ini, dia hanya muncul dalam imajinasi saya. Masya Allah, wajahnya, tubuhnya, warna kulitnya pokoknya semua persis dengan yang saya bayangkan. Perlu diketahui bahwa saya memang mempunyai tokoh wanita ideal dalam imajinasi saya.

"Wah, gak bisa, Mbak. Saya kan yang manggil duluan," sahut saya tersenyum semanis mungkin, berharap dia juga tertarik pada saya.

"Tapi saya buru-buru nih, Mas. Kalo terlambat bisa batal wawancara saya."

"Maaf, Mbak. Bukan saya gak mau nolong tapi kan Mbak tau, di daerah ini jarang banget taksi lewat," jawab saya lagi sambil terus menikmati wajahnya yang cantik jelita.

"Aduh! Gimana, ya?" keluh perempuan itu kebingungan sementara saya masih saja takjub melihat tokoh idola di imajinasi saya bisa tiba-tiba muncul di dunia nyata. Perempuan itu terlihat sangat gelisah, dia melihat ke arah jalan berharap ada taksi lain kemudian berganti melihat ke arah jam tangannya.

Ngeliat dia nampak panik seperti itu, hati saya pun meleleh lalu berkata dengan suara pelan, "Ya udah, Mbak boleh pake taksi itu. Biar saya nunggu yang lain."

"Serius, Mas? Aduh, terima kasih banyak, ya," kata perempuan itu lalu membuka pintu belakang dan masuk ke dalam taksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun