"Maksud Om Bud tulisan saya jelek?"
"Lo gak usah terganggu sama omongan gue. Tulisan lo udah bagus banget terlepas dari storytelling atau tidak.
"Tapi pertanyaan saya belom terjawab. Saya beneran mau tau beda tulisan blogger dan storyteller," desak dia lagi."
"Okay. Bentar, ya?"
"Tulisan Om Bud udah kelar?"
"Belum. Gue tulis dulu, ya. Kasih gue waktu 5 menit. Lo lanjutin dulu aja makannya," sahut saya lalu mencoret-coret kertas sementara orang tersebut melanjutkan ritual makan siangnya.
"Okay, storytelling gue udah kelar, nih," kata saya gak lama kemudian.
Riziek meletakkan gelas minumannya. Dengan antusias, dia langsung berujar, "Bacain, dong, Om Bud?"
Sebetulnya saya belum dapet ide tapi karena ini cuma mau membuktikan perbedaan antara tulisan blogger dan storyteller, saya mengadaptasi cerita yang pernah ada untuk storytelling itu. Rizieknya juga sudah saya kasih tau dan dia gak keberatan karena memahami bahwa saya gak punya cukup waktu untuk menciptakan cerita baru.
Saya berdiri sambil memegang storytelling dadakan tersebut (Udah kayak sambel dadakan aja nih. Hehehehe... Semoga rasanya cukup pedes deh). Dengan seluruh penghayatan, saya pun mulai membaca.
TENTANG SEBUAH MEMORI