Sang penguasa pun memberikan kami satu per satu pedang yang dibawa oleh pelayan tadi. Aku menerima Pedang Air pertanda aku akan menjadi penjaga langit selatan, sedangkan temanku Hasbi menerima Pedang Api sebagai penjaga langit timur, Ula mendapat Pedang Bumi sebagai penjaga langit barat dan Arju menerima Pedang Udara sebagai penjaga langit utara.
Hal yang menarik dari seorang penjaga langit selain menjaga negeri sendiri, aku juga bisa melihat bumi dari tempatku bertugas. Aku bisa melihat dengan jelas apa yang manusia bumi lakukan.Â
Dan karena aku bertugas di langit selatan berarti aku bisa melihat dengan jelas daratan yang bernama Thurdeo atau manusia bumi lebih sering menyebutnya dengan nama Atlantis. Sungguh daratan itu sangat indah, tidak seperti daratan-daratan lainnya yang ada di bumi.Â
Jelas sekali terpampang dari sini sebuah tanah yang subur penuh dengan hijaunya pepohonan yang diselipi kokohnya bangunan tinggi menjadi kombinasi keindahan yang sejukan mata. Bagi bangsa langit kami menyebut Atlantis sebagai pecahan negeri langit.Â
Karena memang bangunan disana hampir menyerupai tempat tinggalku hanya saja tak ada pepohonan tumbuh di langit. Akan tetapi ada aturan yang sangat keras bagi bangsa langit untuk tidak memijakan kaki ke bumi, bagi siapa pun yang melanggar akan mendapat hukuman mati atau diusir dari sini sebagai orang yang hina. Dan itulah yang nantinya menjadi petaka buatku.
Seratus tahun sudah aku menjadi penjaga langit dan sudah seratus tahun pula aku mengamati dengan jelas Atlantis, mencoba mempelajari apa yang mereka lakukan.Â
Hingga sampai pada hari dimana seorang putri raja dari raja atantis dilahirkan. Masyarakat menyambut meriah atas kelahiran tersebut, pesta besar digelar di berbagai penjuru kota, mengalahkan pesta besar yang dilakukan ayahku pada saat aku dinobatkan menjadi penjaga langit.
Atlantis memberiku rasa keingintahuan yang teramat sangat, mengusik hatiku dengan keras untuk menginjakan kakiku disana. Tapi tak mungkin aku lakukan karena jelas aturan di negeri langit tak mungkin ku langgar.Â
Setiap hari aku terus bertanya-tanya kenapa mesti ada aturan semacam ini? bukankah tak ada salahnya jika aku berada di bumi hanya sekedar menghilangkan rasa penasaran dan sedikit berlibur?Â
Bertahun-tahun pertanyaan itu terus mengusikku hingga pada suatu hari aku sudah tak bisa lagi menahan dorongan yang teramat besar untuk memijakan kakiku disana. Dengan penuh kehati-hatian ku tinggalkan tempatku menuju bumi.
Satu hal yang menjadi pembeda manusia bumi dan bangsa langit adalah sayap. Setiap manusia langit mempunyai sayap di punggung mereka, semakin dewasa manusia langit maka akan semakin indah sayap mereka.Â