Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ran (Kasih Tak Sampai)

20 Agustus 2019   09:01 Diperbarui: 20 Agustus 2019   21:37 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pic. Pixabay.com ; design by me (story art)

Selepas pertemuan itu, beberapa hari kemudian Ran bersama keluarganya pergi meninggalkan kota untuk menghindari suasana genting di sana. Karena para pejuang pribumi telah melakukan perlawanan pada tentara pendudukan Jepang. Mbah Kakung tidak menyangka kalau kepergian Ran saat itu merupakan tanda terputusnya kisah cinta mereka berdua untuk selamanya. Menjelang waktu subuh, keluarga pembesar Jepang bersiap-siap untuk pergi meninggalkan kota. Satu persatu anggota keluarga itu masuk ke dalam mobil militer Jepang untuk dievakuasi.

"Watashi wa anata to kimasu (aku ikut denganmu)!" kata Mbah Kakung.

"Īe! (tidak)" teriak Ran.

"Setidaknya aku antar kamu hingga batas kota!" Mbah Kakung sedikit memaksa Ran agar dia bisa ikut serta.

"Īe!" Ran menjulurkan kedua tangannya sambil digerak-gerakkan sebagai isyarat tidak setuju dengan keinginan Mbah Kakung. Mbah Kakung tetap nekat naik ke dalam mobil militer. Tetapi Ran segera mendorong tubuhnya dengan kuat hingga jatuh ke tanah.

"Aku ... tidak mau ... kamu mati!" kata  Ran terbata-bata.

"Aku rela mati untuk kamu!" kata Mbah Kakung sambil berusaha bangkit dan berdiri lagi.

"Īe ...!" Ran menatap Mbah Kakung dengan mata berkaca-kaca.

Mobil militer Jepang segera pergi meninggalkan rumah pembesar Jepang. Mbah Kakung mengiringi kepergiannya dengan tatapan sedih. Di bawah dingin dan gelapnya malam iring-iringan mobil militer itu bergerak menuju batas kota. Tak disangka oleh rombongan itu, kepergian mereka meninggalkan kota telah tercium oleh para pejuang pribumi.

Selepas subuh di sebuah hutan kecil yang sepi jauh dari kota, rombongan dihentikan oleh para pejuang pribumi. Terjadi baku tembak di sana. Desingan peluru dari senapan mesin otomatis memberondong rombongan pembesar Jepang itu. Rombongan panik dan berhamburan keluar dari mobil untuk mencari tempat perlindungan.

Ran terlihat meloncat keluar dari mobil dan mencoba berlari masuk ke dalam hutan. Tapi naas beberapa butir peluru menerjang punggungnya hingga menembus dada dan bersarang di jantungnya. Dia jatuh tersungkur ke tanah. Darah segar mengalir dari tubuhnya. Sementara anggota rombongan yang lain pun berjatuhan tertembus peluru yang dimuntahkan dari senapan para pejuang pribumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun