Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ran (Kasih Tak Sampai)

20 Agustus 2019   09:01 Diperbarui: 20 Agustus 2019   21:37 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pic. Pixabay.com ; design by me (story art)

"Padang ilalang!" jawab Ran.

Mbah Kakung masih dengan seragam tentara PETA-nya sedangkan Ran berkimono terlihat duduk di belakang. Sepeda onthel Mbah Kakung berjalan meyusuri jalanan menuju padang ilalang di pinggir kota. 

"Dō shita no? (apa yang terjadi?) Mengapa terburu-buru?" tanya Mbah Kakung lagi.

"Nanimonai (tidak apa-apa)! Aku ... hanya ingin ... pergi ... denganmu," kata Ran dalam bahasa Indonesia yang terbata-bata.

"Apa yang kamu bawa?"

"Nanti ... kamu ... akan tahu ..."

Mbah Kakung mempercepat laju sepeda onthelnya. Sementara Ran duduk di belakang memeluk erat pinggang Mbah Kakung.

"Yukkuri! Mawarimichi." (Perlahan. Jalan memutar).

"Dō shita no?" Mbah Kakung memperlambat laju sepeda onthelnya menuruti keinginan kekasihnya. Dia pun membelokkan arah sepedanya agar lebih lama sampai di padang ilalang.

"Aku ingin ... lebih lama ... bersamamu ... naik sepeda ini ...."

Mbah Kakung tersenyum. Dia pun menyadari kalau seorang wanita memang susah ditebak. Sebentar berubah keinginannya. Apa yang dikatakan kadang berbeda dengan apa yang diinginkannya. Apalagi mereka berbeda budaya dan bahasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun