" Wes gak usah takon ae terus! Bisa mencarikan aku pekerjaan tidak?", jawab Lodi.
Suaranya setengah berbisik dan menggeser duduknya lebih dekat pada Ucik. Sepertinya dia takut orang lain mendengar.
Pertanyaaan Lodi itulah sebenarnya yang diharapkan Ucik selama ini, perempuan bertato kupu - kupu itu sudah lama mengincar Lodi.
Tanpa Lodi sadari dia sudah masuk dalam perangkap. Begitulah cara Ucik, dia selalu memanfaatkan kesempatan untuk meraih keuntungan.
Dia tahu Lodi butuh uang dan pekerjaan. Dari dulu Ucik sudah merencanakan untuk menawari pekerjaan, tapi dia tidak ingin Lodi merasa terpaksa bekerja di tempatnya. Jadi tinggal menunggu sambil mengamati saat Lodi putus asa seperti ini. Saat yang tepat, Ucik dengan manis datang menjemputnya.
" Gak usah kuatir rek. Ono lowongan ndek kafeku,  kon gelem tah? Kalau mau sekarang saja kita berangkat sebelum kamu berubah pikiran lagi. Sebenarnya aku sudah menjanjikan pekerjaan itu untuk temanku dari Ponorogo. Ya demi kamu aku akan batalkan temanku itu. " jawab Ucik.
Bibir Ucik yang berlipstik merah dengan manis meluncurkan kata-kata rayuannya. Padahal sebenarnya dia tidak menjanjikan pekerjaan pada siapapun, apalagi teman dari Ponorogo. Hanya triknya saja agar Lodi terpikat dan segera ikut bersamanya.
Dengan perjanjian akan diberi separuh dari gajinya jika Lodi mau berangkat. Tawaran ini membuat Lodi tak bisa berpikir panjang lagi. Jumlah uang yang ditawarkan Ucik sangat besar dan menggiurkan.
Lodi langsung saja menyanggupi. Lodi tidak merasa perlu berpamitan pada orang tua angkatnya. Sejak Lodi lulus sekolah dasar, mereka tidak pernah mempedulikan lagi. Mereka katakan Lodi sudah besar. Jadi harus bisa mencari nafkah sendiri.
Satu-satunya orang yang harus dia pamiti adalah Reni. Setelah menyiapkan barang bawaannya dia bergegas menuju warung soto bik Yah, untuk menemui Reni.
Dari jauh Reni sudah melihat sahabatnya itu. Di punggungnya melekat ransel biru yang sudah kumal dan pias warnanya, sementara tangan kanannya menenteng gitar kecil miliknya.