"Senjaku tak hanya Jingga, Senjaku penuh warna. Hingga kemerlapnya tak sanggup aku bendung sendirinya; bagaimana kalau "kita" yang membendungnya berdua?"
Hihihi...Hanya dengan Tawa Sri menjawabnya.
Diam-diam Anis dan Sentya mengimak bisik bincang kami. Mereka hanya tertawa kecil seperti tidak tau apa-apa. Apa?? Ada yang lucu? Tanyaku kepada mereka.. Ssttt...Justru mereka yang meminta saya diam. Lanjutkan perbincangannya, kami sedang menikmati hidangan ini, katanya.
"Di antara kami tak ada cinta, tapi di diri saya ada cinta yang tersisa."
 2018 berlalu begitu saja, layaknya waktu yang seharusnya berdetak pada alur yang telah ditentukan.
 Kini, 2019. Tak ada yang mengubah keadaan. Kecuali keakraban kami yang memang seharusnya mempunyai batasan.
Di Semester dua aku memilih tidak satu lokal dengan Sri, karena aku memilih lokal yang terpisah dari teman-teman 1h8 yang lain. Mencari jati diri namun tetap menghargai mereka. Tooh, aku dan mereka masih kerap berkumpul di kantin yang sama, bahkan di meja yang sama.
Yang masih saja aku pertanyakan, ialah "Kapan kami berdua memiliki waktu untuk Karaokean sepuasnya?" Hingga tiada yang lusuh atau risih lagi di dalam hati ini. Sementara, hampir di setiap Sabtu di 2019 kami masih tetap karaokean bersama. Hahhaaaaaa ...
#CoffeeTime ~ Entah
Di sekelebat bayang-bayang penantian
Tiap waktu-Di setiap hela napasku  #CeritaSingkatUntukMbakSri