Kabut tebal Penyelimut Lara
Kenapa aku bertanya tentang dimana Mataharimu?
Matahari, Kamu dimana?
Bersembunyi di balik kelamnya?
Ataukah diam-diam; namun tetap menyinari siapa!
Meski tak jua utuh
#CoffeeTime
Rinai dan Kabut penyelimut kokohnya Talang pagi itu. Ufuk Barat Langit Andalas tak lagi mendung, bias gerimis tak henti-hentinya mengutuhkan diri menjadi Hujan. Seorang gadis berusia dua kali usia Murid kelas Enam Sekolah Dasar tengah merenung (Sri Putri Tanjung). Gadis kelahiran Kabupaten Solok Selatan, DuaPuluhTiga tahun yang lalu. Ia mempunyai ciri yang selama ini diidam-idamkan seorang aku; sang penakhluk semu. Raut wajahnya polos, senyumnya begitu kikir; pelit, hanya sedikit saja. Seakan hanya isyarat, bahwa dia juga ingin membalas senyuman milik siapa saja yang menyajikannya senyuman.
 Tapi aku tau, dia setia bersenandung dalam diam, menatap nanar keadaan di sekitarnya. Seperti terpaku, tetapi tidak sedikit pun terlihat ada luka. Jika untuk pribadinya, dia kerap bercerita dalam hening miliknya; seakan tiada pernah membagi kepada siapa yang dia percaya sekalipun. Bahkan seumpama derai-debu kristal yang bercecer tajam dan sedia menggores, jika ada siapapun yang berani menyentuh ataupun bertanya tentang sunyi yang dia tutup-tutupi. Ada apa ini? Bahkan memang tiada yang mau atau berani bertanya.
 Ingin tau kelanjutannya? Checkitout...,
Pagi itu, 08.00Wib, 21 September 2018 ...
Hari pertama kuliah bagi seorang Perindu yang tak lagi berusia Muda. Tapi apa? Bukankah Menuntut ilmu tak bergantung pada Usia? Begitu prinsipnya. Sedangkan di sisi lain, aku ialah seorang staff sekretariat yang bekerja di salah satu Badan Pemerintahan Kota Padang Panjang; kota dimana aku dilahirkan dan dibesarkan.
Impianku Kuliah saat ini, kemarin dan waktu-waktu sebelumnya adalah ingin berdiri di atas awan. Apa hubungannya Kuliah dengan Berdiri di Atas Awan? *Pertanyaan kedua yang penuh tanda tanya*
Usiaku sudah berkepala Tiga. Di Dompet, terselip dua photo gadis-gadis lucu yang mirip denganku, di bagian lain juga ada photo lelaki kecil berambut panjang, namun mirip dengan Istri kedua. Upps... Di sekeliling pandangan mata sanggup memahami keadaan, Cakrawala tak jua biru. Masih saja samar, penuh rahasia. Ahh.. Apa perjalanan ini akan tetap ditempuh? Atau nati saja setelah langit kembali biru?
Di hari pertama harus paham dengan keadaan rekan-rekan yang entahlah siapa mereka. Itulah sebabnya BD Â penakhluk semu itu bersikeras untuk tetap menlaju menuju Ibu kota.
Perjalanan pun dimulai. Duapuluhlima Menit waktu berselang, atau Lebih Kurang Tigapuluhlima Kilo Meter perjalanan, Seorang perindu; pengendara Sepeda Motor buatan Jepang terpeleset saat mencoba berhenti tergesa-gesa(hampir saja jatuh). Seperti orang panik kebingungan. Ahh, mungkin karena (aku)tidak menggunakan Mantel dan takut seragamku kebasahan. Sedangkan Ibu kota kan masih jauh, *ungkapku dalam hati*.
Mumpung masih pagi dan jam Kuliah nanti pukul Dua; sehabis Shalat Jum'at. Hmm ... Hingga hujan ini reda, sebaiknya aku menikmati secangkir Kopi saja di sini, di sebuah warung kaki lima, di perbatasan antara Kabupaten Solok dan Padang. Dari pada menantang titik-titik air yang berjatuhan dari udara karena proses pendinginan.